Ekspor Karet Turun 15%, Perang Dagang Hingga Gagal Panen.

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 25 Jul 2019 19:20 WIB

Ekspor Karet Turun 15%, Perang Dagang Hingga Gagal Panen.

SURABAYAPAGI.com Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) memprediksi bahwa ekspor komoditas perkebunan Karet akan turun 15% selama 2019, dari realisasi ekspor 2018 sebanyak 2,95 juta ton menjadi hanya 2,51 juta ton. Ketua Umum Gapkindo Moenardji Soedargo menjelaskan proyeksi penurunan ekspor disebabkan oleh tekanan lesunya ekonomi dunia yang terdampak perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Selain itu, ada potensi kekurangan pasokan akibat penurunan produksi sekitar 15 persen di tingkat petani. Pasalnya, sekitar 318.900 hektare lahan perkebunan karet di Indonesia tengah terdampak penyakit gugur daun karet akibat serangan penyakit jamur Pestalotiopsis yang terjadi sejak awal tahun ini. Perkiraannya, volume produksi akan merosot sekitar 550 ribu ton pada tahun ini dibandingkan tahun lalu yang mencapai 3,76 juta ton. "Dengan proyeksi penurunan produksi sebesar 15 persen, berarti sampai akhir tahun bisa turun segitu juga," ungkap Moenardji di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dilansir dari CNN, Rabu (24/7). Data Gapkindo mencatat, setidaknya sudah ada penurunan volume ekspor sebanyak 200 ribu ton pada periode Januari-Juni 2019. "Ini merupakan sejarah pertama bagi Indonesia mencatatkan penurunan ekspor sampai sebanyak ini. Bagi negara berbasis komoditas, ini hal yang berbahaya," katanya. Kendati begitu, ia belum bisa memperkirakan berapa potensi penurunan nilai ekspor karet. Begitu pula dengan perkiraan penurunan pendapatan yang mungkin ditanggung masing-masing pemain di sektor ini. Pasalnya, harga komoditas karet cukup rendah di pasar internasional. Berdasarkan indeks Tokyo Commodity Exchange (TOCOM), harga komoditas karet sebesar 186,5 yen Jepang pada Rabu (24/7). Di sisi lain, Gapkindo meminta pemerintah bisa segera mengeluarkan kebijakan agar tekanan di sektor perkebunan dan perdagangan karet bisa diatasi. Pasalnya, penurunan produksi membuat pengusaha tidak mendapatkan kepastian pasokan yang bisa dialirkan ke industri selanjutnya. Data Gapkindo mencatat, setidaknya sudah ada penurunan volume ekspor sebanyak 200 ribu ton pada periode Januari-Juni 2019. "Ini merupakan sejarah pertama bagi Indonesia mencatatkan penurunan ekspor sampai sebanyak ini. Bagi negara berbasis komoditas, ini hal yang berbahaya," katanya. Di sisi lain, Gapkindo meminta pemerintah bisa segera mengeluarkan kebijakan agar tekanan di sektor perkebunan dan perdagangan karet bisa diatasi. Pasalnya, penurunan produksi membuat pengusaha tidak mendapatkan kepastian pasokan yang bisa dialirkan ke industri selanjutnya.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU