Politikus PDIP Dibully Habis-habisan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 10 Okt 2019 23:45 WIB

Politikus PDIP Dibully Habis-habisan

Anggota DPR dari Dapil Jatim VI Arteria Dahlan Dikritik, setelah Kasari Akademisi Prof. Emil Salim yang Lebih Tua 45 Tahun. Dipicu soal Perppu KPK Rangga Putra-Jaka Sutisna, Wartawan Surabaya Pagi Politikus muda PDIP Arteria Dahlan dikritik habis-habisan di media sosial. Bahkan, profilnya di situsWikipedia sampai ditambahi oleh warganet dengan kalimat-kalimat kasar. Ini terjadi setelah anggota DPR RI dari daerah pemilihan Jatim VI (Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung, Kota Blitar dan Kota Kediri) itu terlibat debat dengan Prof. Emil Salim di acaraMata Najwa Trans7, Rabu (9/10/2019) malam. Namun dalam debat yang membahas Pengganti Undang-Undang (Perppu) untuk membatalkan UU Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hasil revisi itu, Arteria Dahlan dinilai tidak memiliki etika. Bahkan bersikap kasar dan membentak-bentak Prof Emil yang usianya lebih tua sekitar 45 tahun dari dia. Arteria berusia 44 tahun, sedang umur mantan menteri era Orde Baru dan eks Ketua Wantimpres era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu sudah 89 tahun. Kini publik pun bertanya-tanya, apa tipikal politikus millennial itu agresif dan cenderung mengesampingkan etika? -------------- Arteria Dahlan menjadi sosok paling banyak dibicarakan penggunaTwitter Indonesia, Kamis (10/10/2019), setelah ia dan Prof. Emil Salim terlibat debat menegangkan. Bahkan, Arteria dibully parah di media sosial. Sampai-sampai profil Arteria di Wikipedia ditambahi dengan kata-kata yang kasar. "Arteria Dahlan, S.T., S.H., M.H.B.x.x.x.T adalah seorang tukang bxxxt pengacara dan politisi yang gila hormat di Indonesia dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Yak pokoknya buat keluarga beliau, sabar saja ya. Gua yang bukan siapa-siapa saja malu apalagi kalian. Sabar ya," begitu tambahan diskripsi pada awal profil Arteria diWikipedia yang terlihat kemarin (10/10). Program bincang-bincang yang dipandu Najwa Shihab itu memilih tema Ragu-Ragu Perpu yang membahas revisi UU KPK dan tuntutan penerbitan Perpu KPK. Najwa Shihab menghadapkan dua kubu, yaitu mewakili partai dan nonpartai. Dari partai ada Sekjen Partai NasDem Johhny G. Plate, anggota DPR Fraksi PDIP Arteria Dahlan, dan anggota DPR Fraksi Gerindra sekaligus Ketua Baleg Supratman Andi Agtas. Pihak "seberang" diisi dosen Pascasarjana Universitas Indonesia (YI) dan mantan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Prof Emil Salim, Direktur PUSAKO Universitas Andalas Feri Amsari, dan Direktur Eksekutif Lembaga Survey Indonesia Djayadi Hanan. Perdebatan mengenai RUU KPK dan urgensi penerbitan Perpu KPK mulai sengit pada segmen dua, khususnya ketika Arteria Dahlan dan Emil Salim saling berargumen dengan nada tinggi. Arteria Dahlan mengatakan, "Prof, yang saya ingin katakan pelemahannya dimana? Berhasil dan tidak berhasilnya KPK itu yang tahu kami. Begitu 2015 terpilih, dia buat grand design, roadmap, janji-janji yang harus dikerjakan. Publik ini enggak tahu. Publik ini terhipnotis dengan OTT-OTT (operasi tangkap tangan), seolah-olah itu hebat. Padahal, janji-janji KPK itu banyak sekali di hadapan DPR yang 10 persennya pun belum tercapai." Emil lantas membalas singkat. "Apa semua ketua partai yang masuk penjara, apakah itu bukan bukti keberhasilan KPK?" Arteria langsung menjawab, "Dengan segala hormat saya sama Prof, Prof bacalah tugas fungsi kewenangan KPK. Tidak hanya melakukan penindakan tapi pencegahan. Gimana penindakan, supervisi, monitoring, koordinasinya. Ini enggak dikerjakan Prof. Tolong jangan dibantah dulu." Dia lalu menunjukkan sejumlah dokumen dari sejumlah kasus KPK yang uang rampasannya tak masuk ke kas negara. Ada pula kasus dengan kerugian Rp 6 triliun, kasus bencana, KONI, serta pasar yang disebutnya tak pernah diangkat. Menurut Arteria, itulah guna Dewan Pengawas untuk memastikan pengusutan berjalan lancar. Emil Salim kemudian menjawab, "Dalam aturan UU KPK, ada kewajiban menyampaikan laporan. Tiap tahun dia menyampaikan laporan." **foto** Arteria Dahlan menanggapi dengan nadalebih tinggi sembari menunjuk-nunjuk Emil Salim. "Enggak pernah dikerjakan Prof. Prof tahu enggak. Mana Prof? Saya di DPR Prof, enggak boleh begitu Prof. Saya di DPR, saya yang tahu, Prof. Mana? Prof, sesat! Ini namanya sesat! Prof, sesat!" sebut Arteria Dahlan. Emil mengatakan, "Jadi, yang jadi soal itu ada credibility gap. Bung bilang saya dipilih. Yang jadi persoalan, cara memilih itu bebas dari korupsi?" Arteria pun buru-buru menyergah. Eh jangan. Prof (tadi) nanya saya terpilih bebas korupsi apa nggak, saya yakin (bebas korupsi), kesal dia. Anda jadi menteri karena proses politik di DPR, Pak. Jangan Anda singgung-singgung DPR seperti itu. Kasih contoh Pak ke generasi muda kita dengan baik, cerocos Arteria. Najwa Shihab sebagai moderator lantas menengahi. Pemirsa di studio pun menyoraki Arteria. Direaksi Keras Sikap Arteria Dahlan itu mengundang reaksi keras publik. Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, misalnya. Ia juga mencuit soal Arteria lewat akun@Yunartowijaya. "Kita enggak bisa ngejudge sepihak omongan Arteria Dahlan salah secara substansi, tapi yang jelas gua akan kasih lihat video dia ke anak gua dan bilang, contoh orang yang berpendidikan tapi enggak punya adab/manner, jangan pernah jadi gini ya nak," tulis Yunarto. Pada Maret 2018 Arteria Dahlan pernah ditegur partainya karena dinilai mengucapkan kalimat bangsat tentang Kementerian Agama. Arteria memaki Kementerian Agama ketika rapat dengan Jaksa Agung M. Prasetyo di Komisi III DPR. Berbicara kepada Jaksa Agung, Kementerian Agama dianggap membiarkan kasus penipuan biro perjalanan umrah First Travel. Budayawan Sudjiwotedjo melalui akun Twitter pribadi juga turut berkomentar. Ia menyarankan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri meminta maaf kepada tokoh nasional senior Emil Salim, lantaran perilaku kadernya, Arteria Dahlan. "Mbak Mega sebaiknya minta maaf kepada Bapak Emil Salim atas perlakuan kasar anggotanya terhadap sesepuh kita bersama itu, ujarnya. Kata Tedjo, seandainya dalam debat di acara TV itu Emil Salim memang salah, tidak sepatutnya diperlakukan secara kasar oleh Arteria. Begitu adab kita mengajar. Permintaan maaf langsung dari yang bersangkutan, sudah tidak level lagi, Mbak, tegasnya. Arteria Ikhlas Saat dikonfirmasi terkait pernyataannya itu, Arteria ikhlas bila ia kini menjadi bahan cercaan di media sosial. Ia mengklaim apa yang disampaikannya terkait rencana penerbitan Perppu KPK dalam acara tersebut adalah suatu kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan. "Saya mewakafkan diri saya untuk menyatakan yang benar, walau terkesan tidak populer sekalipun," jelas Arteria, Kamis (10/10/2019). Arteria berkilah dirinya tak emosi saat berdebat dengan Emil Salim. Ia hanya menyayangkan apa yang diucapkan Emil Salim tak sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya. Menurutnya, Emil Salim tidak berlatar belakang hukum dan tidak memahami dengan benar materi muatan yang tertuang dalam revisi UU KPK. Anggota DPR RI itu bahkan menyebut acaraMata Najwa sudah dirancang untuk menyudutkan lembaganya. "Awalnya kan saya sangat sopan, tapi ini kan sudah didesain," cetus Arteria. Menurut Arteria, sikap yang ia tunjukkan dalam perdebatan dengan Emil di perbincangan tersebut merupakan perjuangan ideologi lantaran institusi DPR yang dianggapnya sangat terhormat sudah dinista, dihina, dan difitnah. "Saya datang untuk melakukan dialektika kebangsaan, bukan untuk debat kusir dan penggiringan opini. Dari sejak awal saya melihat ini sudah tidak sehat," katanya. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU