Mantan Mendag Tuding Kelolaan Beras Kacau Balau

author Lailatul Nur Aini

- Pewarta

Rabu, 28 Feb 2024 20:37 WIB

Mantan Mendag Tuding Kelolaan Beras Kacau Balau

i

Harga beras masih tinggi dibeberapa lokasi Surabaya, baik di toko retail modern maupun pasar tradisional membuat warga Surabaya memburu hingga Pasar Murah Bulog. SP/Aini

Thomas Trikasih Lembong, Nyatakan Kebijakan Bansos Jelang Pemilu Lalu Telah Kuras Habis 1,3 juta Ton Stok Beras Cadangan Pemerintah di Bulog

 

Baca Juga: Penyerapan Beras dalam Negeri Belum Optimal, Bulog: Kita Sangat Andalkan Impor

 

 

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Saat ini tata kelola beras sangat kacau balau. Demikian penilaian Thomas Trikasih Lembong, Co-captain Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN),  soal tata kelola beras di Indonesia.

Penegasan mantan Menteri Perdagangan Jokowi, disampaikan di Rumah Koalisi Perubahan, Jakarta Selatan, dikutip dari CNN, Kamis (28/2/2024).

 

Disebabkan Kebijakan Bansos

Tom Lembong berpendapat buruknya tata kelola beras disebabkan kebijakan bantuan sosial (bansos) yang banyak digelontorkan pemerintah jelang Pemilu 2024.

"Kondisi pasar beras di Indonesia itu lagi kacau balau, dan itu kalau saya menanggapi secara teknokratis, secara profesional, hampir pasti ada kaitannya dengan kebijakan yang diambil di saat-saat di bulan-bulan pemilu terkait bansos," tambah Tom, sapaan akrab Thomas Trikasih Lembong.

 

Kuras 1,3 juta Ton Stok

Tom Lembong menuding kebijakan bansos jelang Pemilu telah menguras habis 1,3 juta ton stok beras cadangan Pemerintah di Bulog.

"Ada indikasi bahwa kebijakan bansos yang ditempuh itu menguras stok bulog sampai 1,3 juta ton, itu angka yang sangat signifikan," beber Tom.

Eks Kepala BKPM itu berharap pemerintah bisa segera kembali mengurus keperluan-keperluan masyarakat. Dia khawatir sibuknya pejabat dengan politik, menghambat upaya-upaya preventif menjaga stok dan stabilisasi harga yang lazim dilakukan menjelang bulan Ramadan.

"Saya berasumsi pejabat sekarang lagi sibuk jadi pemadam kebakaran soal beras, jadi berapa kapasitas pemerintah yang masih tersisa untuk persiapan jelang Ramadan misalnya," kata Lembong.

 

Jangan Dicampuradukkan

"Makanya sebetulnya yang paling ideal politik diserahkan kepada politisi, dan birokrasi diserahkan kepada birokrasi, jangan dicampuradukkan," pungkasnya.

Seperti diketahui, pemerintah memang menggelontorkan bantuan beras sebanyak 10 kilogram per bulan kepada 22 juta keluarga penerima manfaat di Indonesia. Bantuan ini diberikan sejak akhir tahun lalu dan diperpanjang hingga bulan Juni mendatang.

 

Keterangan Kepala Badan Pangan

Baca Juga: Menperin: Beras Analog Sagu Jadi Alternatif Pangan Utama Pengganti Beras Padi

Kepala Badan Pangan Arief Prasetyo Adi mengatakan hingga saat ini pemerintah terus berupaya untuk menyalurkan stok beras SPHP Bulog ke berbagai daerah sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"(beras) SPHP ini secepat mungkin kita distribusikan ke masyarakat. Kalau mendengarkan rapat-rapat sidang kabinet paripurna, rapat mingguan dengan pak Presiden (Jokowi), itu perintahnya jelas banget 'secepatnya distribusikan ke masyarat'," kata Arief di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Rabu (28/2/2024).

Namun ia tidak memungkiri jika selama ini Bulog sendiri mengalami berbagai hambatan dalam proses penyaluran beras SPHP yang membuat terjadinya kelangkaan di sejumlah daerah.

Hambatan yang dimaksud mulai dari proses pengemasan Bulog dalam kantong-kantong 5 kg yang lebih lambat dari permintaan pasar. Kemudian waktu pengiriman dari satu daerah ke daerah lain juga menjadi persoalan sendiri.

"Memang ada keterbatasan (penyaluran). Keterbatasan itu maksudnya harus menyiapkan kantong-kantong 5 kg, kemudian distribusikan se-Indonesia, dan kalau kita lihat 2-5 hari itu semua sudah terdistribusi, bahkan kapal (pengangkut beras) itu baru merapat (ke dermaga), itu sudah disiapkan truk untuk langsung masuk ke pasar Induk Cipinang," ungkapnya.

 

Penyebab Harga Beras Tinggi

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Provinsi Jawa Timur, Dydik Rudy Prasetya, membeberkan faktor utama penyebab mengenai tingginya harga beras di Bumi Majapahit saat ini.

Menurut Dydik, terdapat salah satu faktor utama diantaranya penurunan luas panen padi dan tanah. "Secara keseluruhan kita itu panen Januari kalau dikonversi, produksi padi kita hanya sekitar 289.791 dan konsumsi kita kalau sampai Januari itu 78 ribu sekian. Sehingga kalau padi dikonversi beras hanya 185 (ribu) maka kita masih minus 192 ribu Januari," ujar Dydik, kepada Surabaya Pagi, Rabu (28/2/2024).

Meskipun bulan Januari produksi padi masih kurang dari konsumsi, namun terdapat surplus pada bulan Februari.

"Di Februari kita sudah mulai surplus panen padi 600 ribu, sedangkan produksi beras 389 (ribu), konsumsinya 378 (ribu). Sehingga kita surplus 1926. Selanjutnya, cara menghitung tidak hanya dari panen Januari Februari tapi kita juga punya stok tahun lalu yang belum dikonsumsi," jelasnya.

Baca Juga: Ngabuburit di 'Kebon Ramadhan' KBS: Berburu Jajanan Takjil hingga Sembako BULOG

Sehingga, hal ini mengakibatkan kekurangan pasokan beras pada awal tahun, meskipun stok dari tahun sebelumnya masih ada.

Diketahui, stok akhir tahun itu ada 2.853.000 kemudian total ketersediaan sampai Februari 389 ton beras, sehingga jika ditotalkan mencapai 3.242.000 juta ton. Sedangkan kebutuhannya hanya 363 ribu ton, jadi masih surplus mencapai 2.890.844.

Terlebih, dengan adanya musim hujan ini membuat produksi beras juga menurun. Selain itu, Dydik juga menyoroti kenaikan biaya produksi yang menjadi kontributor signifikan terhadap kenaikan harga beras. Kenaikan harga pupuk non-subsidi dan biaya-biaya produksi lainnya, seperti benih, pestisida, dan transportasi, telah membebani petani.

Kondisi ini diperparah dengan alokasi pupuk subsidi yang berkurang dari tahun sebelumnya, memaksa petani untuk membeli pupuk non-subsidi yang harganya lebih tinggi.

Tak hanya itu, Dydik juga menyebutkan bahwa faktor lain seperti kenaikan biaya tenaga kerja dan transportasi juga berkontribusi pada kenaikan harga beras.

Meskipun demikian, Dydik menegaskan bahwa produksi beras di Jawa Timur sendiri cukup untuk memenuhi kebutuhan, namun kenaikan harga disebabkan oleh faktor biaya produksi yang naik belum bisa terhindarkan.

 

Harga Capai Rp 82.500 per 5 Kg

Sementara dari pantauan Surabaya Pagi, hingga Rabu (28/2/2024) kemarin, harga beras beras medium SPHP dijual dengan harga Rp 54.500 per karung ukuran 5 kilogram atau sesuai harga eceran tertinggi (HET). Apabila dihitung per kilogramnya seharga Rp 10.900.

Sedangkan untuk beras premium berada diharga mulai Rp77.600 per 5 kg dengan merek Wipie. Kemudian ada merek Violet dengan harga jual Rp79.600 per 5 kg. Serta merek Topi Koki dengan harga Rp81.000 per 5 kg. Sedangkan beras Pin-pin dijual Rp 82,500 per 5 kg. Sama halnya juga beras premium merek Sumo juga dijual Rp 82.500 per 5 kg. Kemudian di toko ritail modern seperti Indomaret, beras merek Sintanola dijual harga 69.500 per 5 kg. n jk/cnn/erc/ain/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU