Libur Lebaran 10 Hari, Holiday Anomali

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 04 Apr 2024 20:49 WIB

Libur Lebaran 10 Hari, Holiday Anomali

i

Raditya M Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Apabila dijumlahkan, libur Lebaran tahun 2024 ini mencapai 10 hari. Ini sudah termasuk tambahan hari Sabtu-Minggu.

Dengan libur panjang Lebaran, secara sosiologis masyarakat dapat memanfaatkan momen ini dengan berkumpul keluarga.

Baca Juga: Okupansi Hotel Selama Libur Lebaran 2024 di Ngawi Minim

Tapi secara ekonomi, Libur panjang Idul Fitri bisa diprotes pelaku usaha Indonesia. Selain mengganggu produktivitas, libur panjang juga dinilai merugikan.

Minggu lalu, saya bertemu dengan dua pebisnis otomotif. Mereka protes, karena bisa menimbulkan kerugian besar.

Kerugian disebabkan oleh penambahan uang lembur dan kerugian lainnya.

Ada studi ASEAN berjudul Regional Study on Labour Productivity in ASEAN yang menunjukkan produktivitas pekerja Indonesia ada di angka US$ 23,89 ribu per pekerja.

Produktivitas pekerja di Indonesia hanya menempati posisi enam dari 10 negara. Justru produktivitas tertinggi adalah Singapura dengan nilai US$ 149,05 ribu.

Produktivitas pekerja RI bahkan lebih rendah dibandingkan rata-rata ASEAN yang berada di angka US$ 24,27 ribu.Bila dihitung dengan nilai tukar saat ini (US$ 1=Rp 14.990) maka rata-rata produktivitas pekerja ASEAN mencapai Rp 363,81 juta.

Saya terkagum dengan produktivitas setiap pekerja Singapura mencapai US$ 149,05 ribu atau sekitar Rp 2,23 miliar.

Sebaliknya, produktivitas setiap pekerja Indonesia ada di angka US$ 23,89 ribu atau Rp 368,11 juta. (CNBC Indonesia RESEARCH 23 June 2023).

Demikian juga data ILO. Dirilis produktivitas pekerja Indonesia tahun 2021 hanya US$ 13 per jam, di bawah Thailand US$ 15,1 per jam dan Malaysia yang mencapai US$ 25,6 per jam, apalagi Singapura yang di atas US$ 74 per jam.

Apakah menteri menteri yang membuat SKB libur nasional Idul Fitri dan cuti bersama, membaca data dari ILO dan studi Regional Study on Labour Productivity in ASEAN? Walahualam.

 

***

 

Berbeda dengan Indonesia, masyarakat Malaysia menikmati libur Idul Fitri hanya dua hari saja, yaitu tanggal 1-2 Syawal 1445 H yang diprediksi jatuh pada 10-11 April 2024 (Rabu dan Kamis). Aktivitas perkantoran dan bisnis kembali normal pada Jumat, 12 April.

Baca Juga: Pak Jokowi, Ngono Yo Ngono, Ning Ojo Ngono

PM Anwar Ibrahim memastikan Jumat, 12 April tidak akan diubah menjadi hari libur tambahan meskipun menjadi "hari kejepit" — sebelum libur akhir pekan Sabtu-Minggu.

“Tanggal 12 April ini kita harus mempunyai semangat kerja,” kata Anwar ketika ditanya wartawan setempat apakah pemerintah berencana memberikan tambahan hari libur pada tanggal 12 April, dikutip dari Berita Harian, Jumat (29/3/2024).

Sebagai negara serumpun dengan Indonesia, Malaysia juga memiliki tradisi mudik Lebaran.

Nah, terapan PM Anwar Ibrahim menggambarkan aspirasi pemerintah untuk meningkatkan produktivitas.

Akal sehat saya berbisik kebijakan cuti bersama bisa berpengaruh terhadap daya saing Indonesia.

Apalagi negara seperti Vietnam yang kemerdekaannya dulu kita, sedang giat menambah jumlah jam kerja.

Beda di Indonesia yang sudah banyak liburnya. Masih ditambah cuti bersama. Masuk akal bakal ada penurunan produktivitas setelah liburan. Wajarkah?

Akal sehat saya memikir menurunnya produktivitas setelah menjalani libur Lebaran atau mudik bisa disebabkan oleh lelahnya kondisi tubuh dan psikis. Ini ekses pulang kampung "terlalu" lama, bepergian jauh bersilaturahim dengan kerabat sampai wisata yang keluarkan uang tak sedikit.

Baca Juga: Jokowi vs Mega, Prabowo vs Mega = Kekuasaan

Fenomena ini bisa menyebabkan produktivitas tenaga kerja Indonesia semakin tergerus. Niat pemerintah memperpanjang waktu cuti bersama pada Lebaran tahun ini menyebabkan jumlah hari libur para pekerja Indonesia bertambah dan mengurangi produktivitas dibandingkan negara-negara lain.

Ini yang dikeluhkan dunia usaha yang menentang rencana perpanjangan masa cuti bersama. Hitungan pengusaha, kebijakan itu akan berdampak besar. Terutama meningkatnya biaya yang harus ditanggung dunia usaha.

Selain tingkat produktivitas pekerja rendah dan berdampak pada penurunan produktivitas perusahaan. Saya menyebut istilah holiday Anomali sosial.

Ada keganjalan atau keanehan dalam liburan disertai cuti bersama sampai 10 hari berturut-turut. Saya menangkap ada penyimpangan sosial dari keadaan biasa. Saya rasakan ada norma yang berbeda dari kondisi umum saat bekerja.

Ciri-cirinya, adalah kita merasa "liburan begitu singkat" dan "terasa cepat berlalu". Ada perasaan merasa malas kerja maupun sekolah. Bahkan dijangkiti penurunan produktivitas.

Rasanya, libur Lebaran 10 Hari nanti, seperti ajari rakyat tak produktif.

Akal sehat saya sarankan agar pemerintah mengevaluasi penentuan libur Lebaran 2024. Paling tidak mengadopsi bangsa serumpun Malayasia. Libur idul fitri cukup dua hari. Tanpa cuti bersama menghitung hari kejepit. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU