SurabayaPagi, Lumajang - Jembatan Mujur 2 atau yang lebih dikenal sebagai jembatan Klopo Sawit yang berada di Desa Sumber Mujur Kecamatan Candipuro Lumajang merupakan salah satu saksi dari Erupsinya Gunung Semeru pada 4 Desember 2021 silam.
Jembatan sepanjang 39 meter tersebut menjadi penghubung antara Lumajang dan Malang tersebut sempat terputus akibat derasnya aliran lahar dingin akibat letusan Semeru.
Baca Juga: Musim Kemarau, Belasan Desa di 7 Kecamatan Lumajang Krisis Air Bersih
Tak hanya jembatan ini yang menjadi korban, Semeru juga memberikan luka mendalam kepada masyarakat dengan 51 warga dilaporkan meninggal serta 169 orang luka dengan 45 di antaranya luka bakar akibat awan panas guguran, Sementara 22 lainnya dinyatakan hilang.
Warga yang menggantungkan kehidupannya dari Jembatan Mujur 2 pun turut merasakan dampaknya. Para petani dan pedagang harus memupus asanya dalam mengais rezeki akibat dari terputusnya nadi penghubung Desa Klopo Sawit dan Desa Tumpeng tersebut.
Tidak hanya itu, anak-anak juga harus merelakan pendidikan yang harusnya mereka kenyam dengan baik terganggu.
Kepala Desa Kloposawit, Marjoko menyampaikan saat Gunung Semeru erupsi tidak ada tanda-tanda terlihat. Yang dirasakan saat itu hanya sering hujan lebat selama satu minggu sebelum kejadian.
"Sehingga terjadi banjir bandang. Begini waktu banjir pertama tidak begitu besar. Kemudian susulan kedua, ketiga besar sampai memutuskan jembatan," ujarnya.
Menurut Marjoko selain sebagai penghubung dua desa, jembatan juga sebenarnya bisa sebagai alternatif penghubung Kabupaten Lumajang ke Kabupaten Malang. Karena jalan memang merupakan status provinsi.
Baca Juga: Banjir Lahar Terjang 495 KK di Tujuh Kecamatan Lumajang, 6 Jembatan Rusak
Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekontruksi BPBD Kabupaten Lumajang, Reza Aditya menjelaskan bahwa robohnya jembatan Mujur 2 ini bermula dari adanya banjir akibat curah hujan yang tinggi di atas Gunung Semeru.
“Curah hujan tinggi dari atas membawa banyak material hingga menyebabkan jembatan Mujur 2 ini roboh,” ujarnya.
Reza mengungkapkan bahwa bentuk awal jembatan Mujur 2 ini adalah permanen jalan aspal, namun berkat kordinasi dengan Pemprov Jatim, dibangunlah jembatan Bailey agar perekonomian dan akses transportasi masyarakat cepat pulih.
“karena jembatan ini merupakan penghubung jalur nasional, warga Lumajang dapat mempersingkat waktu kurang lebih 20 menit daripada daripada menggunakan jalan nasional menuju malang,” ujarnya.
Baca Juga: Diterjang Banjir Gunung Semeru, Akses Malang-Lumajang Terputus, Ratusan Warga Dievakuasi
Reza menambahkan saat ini jembatan yang menghubungkan dua desa yakni desa Tumpeng dan desa kloposawit kecamatan Candipuro, serta dua kecamatan, Kecamatan Tempeh dan Kecamatan Candipuro ini sudah bisa digunakan oleh masyarakat.
Reza menyebut ketahanan jembatan Mujur 2 ini terbilang cukup kuat, ia menjelaskan bahwa jembatan ini mampu menahan bobot hingga 10 ton.
Jembatan Mujur 2 memiliki panjang 39 meter dan lebar 5,1 meter yang dibangun dengan menggunakan konstruksi bailey atau rangka baja. Umur jembatan ini sendiri diperkirakan mencapai 50 tahun. Meski harus terputus kembali akibat bencana yang sama.
Untuk biaya perbaikan jembatan saat putus pertama pada 2023 mencapai Rp 11 miliar dan perbaikan saat putus pada 2024 mencapai Rp 1,7 miliar. Total anggaran untuk perbaikan sebesar Rp 12,7 miliar. Anggaran diambil dari Bantuan Tidak Terduga (BTT) di APBD Jatim. Byb
Editor : Redaksi