SURABAYAPAGI.com, Ngawi - Diguyur hujan selama 2 hari berturut-turut di wilayah Ngawi, Jawa Timur membuat para petani tembakau menjerit. Pasalnya, tembakau yang hidup dimusim kemarau justru diguyur hujan hingga menguning dan mengakibatkan gagal panen.
Sebanyak kurang lebih 50 hektare lahan yang berusia 2,5 bulan di Desa Jatipuro, Kecamatan Karangjati, yang seharusnya siap untuk dipanen, kini mulai layu dan perlahan mati, karena akar tanaman tersebut mulai membusuk, sehingga menimbulkan potensi kerugian besar.
Baca Juga: PP 28/2024 Diprotes: Petani dan Pakar Sebut Tembakau Lokal Terancam Tembakau Impor
“Hujan dua hari berturut-turut membuat tanaman layu dan mati. Akhirnya kami gagal panen. Saya sendiri punya 25 are lahan yang terkena dampak, dan di desa ini banyak yang mengalami hal sama,” jelas Yatmun, salah satu petani di desa setempat, Senin (30/09/2024).
Kerugian yang dialami pun tidak sedikit. Untuk setiap seperempat hektar lahan, para petani bisa merugi hingga Rp 15 juta, yang digunakan untuk pembelian bibit, pupuk, obat-obatan, hingga biaya tenaga kerja.
Baca Juga: Pemkab Situbondo Gelar Festival Kopi dan Tembakau, Libatkan Puluhan UMKM
Padahal dalam kondisi normal, setiap seperempat hektar lahan tembakau bisa menghasilkan sekitar 2,17 kuintal. Namun, dengan kondisi saat ini, diperkirakan hasil panen hanya akan mencapai 30 persen dari angka tersebut. Hal ini tentu berdampak besar bagi pendapatan para petani.
Kini, para petani di Ngawi kini hanya bisa pasrah. Mereka tidak bisa menikmati keuntungan dari harga tembakau kering yang saat ini cukup tinggi, mencapai Rp 45 ribu per kilogram.
Baca Juga: Berkah Musim Kemarau, Produksi Tembakau di Ngawi Naik 300 Hektar
Dengan kondisi gagal panen yang meluas, mereka berharap ada bantuan dari pemerintah setempat untuk meringankan beban mereka di tengah masa sulit ini. ng-01/dsy
Editor : Desy Ayu