Analisis Dirut BRI: Kebijakan Trump yang Lebih Protektif, Naikan Suku Bunga

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 13 Nov 2024 19:57 WIB

Analisis Dirut BRI: Kebijakan Trump yang Lebih Protektif, Naikan Suku Bunga

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, Sunarso, menganalisis  kebijakan Trump America First akan cenderung lebih protektif. Hal itu kemungkinan meningkatkan inflasi dan dilanjutkan dengan kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed).

"Ada yang mengatakan presiden Donald Trump nggak sepolos itu, tapi ini kita ngomong analisa kecenderungannya, kalau dia akan lebih protektif maka kemungkinan akan meningkatkan inflasi di sana dan inflasi itu yang kemungkinan akan direspons oleh The Fed kembali menaikkan suku bunga," kata Sunarso dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta Pusat, Rabu (13/11/2024).

Baca Juga: Pria Paruh Baya di Blitar Tipu Belasan Nasabah Bank BRI

"Pertanyaannya adalah apakah kalau nanti terjadi inflasi gara-gara terlalu protektif akan direspons dengan suku bunga? Nah, itu yang kita masih tanda tanya, mungkin barangkali ada cara yang lain, kita nggak tahu. Sementara kita ikuti logic-nya secara ekonomi seperti ini," tambahnya.

Jika AS lebih protektif dan dibalas oleh China dengan perang dagang, Sunarso memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tertekan hingga bisa ke bawah 5%.

Baca Juga: BRI Milenial, Banknya Anak Muda Indonesia, Berjualan Seperti Broker Profesional

"Kalau ternyata China membalas dengan perang dagang, itu akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi kita hanya sekitar 4,7% sampai 5,03%," ucap Sunarso.

Dampak yang lebih buruk disebut bisa terjadi jika berbagai negara ramai-ramai membalas proteksionisme yang dilakukan AS. "Itu kira-kira pertumbuhan ekonomi kita hanya dapat 4,6-4,9% saja. Ini analisa kita seperti ini," imbuhnya.

Baca Juga: Bank BRI Masuk "World's Most Trustworthy Companies 2024"

Analisa itu didapat karena melihat korelasi antara ekonomi Indonesia dengan China, yang dibandingkan antara ekonomi Indonesia dengan AS. Sunarso menyebut, hubungan dagang Indonesia lebih kuat dengan China yakni dengan indeks korelasi 0,351, sementara dengan AS turun jadi 0,347.

"Artinya setiap kenaikan atau penurunan pertumbuhan ekonomi di China lebih berpengaruh signifikan kepada kita, daripada perubahan kenaikan atau penurunan pertumbuhan ekonomi di AS. Makanya kita juga harus hati-hati kalau ternyata AS protektif dan oleh China dibalas juga dengan perang dagang seperti yang lalu, itu dampaknya cukup signifikan kepada kita," tutur Sunarso. n ec/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU