Mengintip Kekuasaan Presiden Al Assad, Cenderung Pentingkan Dirinya

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 10 Des 2024 20:31 WIB

Mengintip Kekuasaan Presiden Al Assad, Cenderung Pentingkan Dirinya

i

Raditya M Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Pengumuman Presiden Suriah Al Assad, kabur disampaikan langsung oleh komandan militer Suriah. Laporan ini muncul tak lama setelah pemberontak Suriah mendeklarasikan, rezim Assad telah berakhir.

"Setelah 50 tahun penindasan di bawah pemerintahan Baath dan 13 tahun kejahatan, tirani, serta pengungsian, dan setelah perjuangan panjang melawan segala bentuk kekuatan pendudukan, kami mengumumkan hari ini, 8 Desember 2024, berakhirnya era kelam itu dan dimulainya era baru bagi Suriah," kata para pemberontak dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Al Jazeera.

Baca Juga: Hakim-hakim Miliarder, Ternyata Hasil Kejahatan

Ada narasi penindasan, tirani, kejahatan selama 13 tahun, hingga perjuangan panjang diumumkan pemberontak. Pertanyaannya, apakah narasi itu bisa dibuktikan secara hukum atau baru pernyataan politik, mari kita tunggu hasil pengambil alihan kekuasaan Al Assad oleh pemberontak.

 

***

 

Kini, Assad dan keluarga telah meninggalkan Suriah. Mereka mencari suaka ke Rusia. Kremlin dikabarkan akan memberi suaka atas dasar kemanusiaan.

Bagi wartawan muda seperti saya yang mengikuti kekuasaan Presiden Bashar al-Assad di Suriah, dengan dukungan militer Iran dan Rusia dalam menghadapi pasukan pemberontak selama satu dekade lebih, akhirnya tumbang dengan kecepatan mencengangkan pada hari Minggu (8/12/2024). Saya tak habis berhitung kecepatan pasukan oposisi menguasai ibu kota negara itu, Damaskus.

Padahal, Assad, saya catat seorang otoriter yang tega membunuh rakyatnya sendiri dengan gas beracun dalam perang perang saudara yang berlangsung selama 13 tahun. Assad, kabur meninggalkan negaranya saat pasukan pemberontak mendekati Damaskus.

akal sehat saya mencatat dengan peristiwa ini, Assad, bekerja hanya orangnya, tidak dengan sistem. Terbukti pasukan militernya mudah diperlemah .

Sebaliknya jika Assad, menjalankan kekuasaannya sistemnya, sulit diterima akal sehat Assad tumbang secepat itu. Gaya otoriternya membuat sistem pemerintahannya lemah.

Masuk akal analisis SBY bahwa konflik di Suriah, adalah konflik yang dipicu dinamika politik dalam negeri.

Dengan demikian, Indonesia tak bisa ikut campur.  SBY mengatakan gerakan pemberontak di Suriah mengingatkannya soal Arab Spring.

Arab Spring merupakan gelombang revolusi yang terjadi di negara-negara Arab pada 2011. Ketika itu, kekuatan rakyat atau people power menjalar ke negara-negara Arab dan berhasil menumbangkan pemerintahan di Mesir dan Libya.

Suriah juga tak luput dari gerakan Arab Spring. Namun, saat itu negara ini bertahan.

SBY memandang gerakan pemberontak di Suriah kali ini merupakan kelanjutan dari Arab Spring.

"Barangkali ini the end of Arab Spring, pamungkasnya Arab Spring," kata SBY.

Baca Juga: Megawati Ingin ketemu Prabowo, Butuh Aktualisasi Diri

Catatan jurnalistilk saya, pemerintahan di Timur Tengah umumnya monarki, yaitu bentuk pemerintahan yang dikuasai oleh seorang raja. Namun, dalam menjalankan pemerintahannya, raja tidak sendirian, melainkan dibantu oleh Putra Mahkota dan Dewan Menteri.

 

***

 

Menyorot kekuasaan seseorang, saya teringat Sigmund Freud, seorang psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi.

Sigmund Freud  berpendapat bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni sadar, prasadar, dan tak-sadar. Freud memposisikan ego sebagai penahan  ketegangan hingga ketegangan itu dapat diredahkan. Hal ini berlawanan dengan ekspresi dari id yang berdasarkan kesenangan. Dengan kata lain ego adalah pengontrol dari prinsip kesenangan dengan kenyataan. Dari antara id dan ego dapat kita lihat antara fantasi dan realistis. Hal ini yang terjadi dalam  diri manusia ketika berada pada sebuah ambang fantasi dengan realita maka akan diperlukan pereda ketegangan yakni ego.

Freud menjelaskan bahwa prinsip kenyataan diladeni oleh proses sekunder. Ketika proses ini berlangsung, maka akan terjadi pemecahan soal atau pemikiran. Kebanyakan orang memposisikan ego sebagai hasrat subyektif dalam dirinya dengan hasrat yang ada pada diri orang lain yang saling berhubungan.

Ego juga memiliki proses primer seperti id yakni fantasi namun fantasi dari ego hanya bersifat terkait hal yang menyenangkan. Tidak heran jika seseorang melamun tentang kesenangan pribadi pada kesempatan itulah, ego meninggalkan sejenak tentang realitas. Susunan kepribadian yang lain adalah Superego,  adalah cabang moril atau cabang keadilan dari kepribadian. Superego mewakili  alam ideal daripada alam nyata superego itu menuju ke arah kesempurnan dari pada kearah kenyataan atau kesenangan (dikutip dari Buku Calvin Hall  2017:42).

Baca Juga: Patrick Kluivert, Keturunan Suriname-Curacao, Dipacaki Indonesia

Calvin Hall menjelaskan superego berkembang  kearah kesenangan, Superego berkembang dari ego sebagai akibat dari perpaduan yang   dialami sesorang anak ukuran-ukuran orang tuanya mengenai apa yang baik dan  salah, yang buruk, dan batil. Di sini bisa dilihat bahwa superego merupakan hasil konstruksi yang ditanamkan oleh orang tua kepada anak dalam hal ini individu mengenai berbagai hal yakni yang baik dan yang buruk dan tentang perilaku  dan lain sebagainya.

Superego menjadi dinding pemisah dalam diri manusia mengenai yang dimaksud pilihan dalam psikoanalisis. Naluri dan nurani merupakan hasil konstruksi yang telah terdoktrin sejak individu mengenal dunia.  

Freud menganalisis superego sebagai kata hati nurani dan super ego tersebut merupakan hasil sosialisasi dari lingkungan sosial tempat individu tersebut hidup. Konstruksi terhadap keadaan yang membentuk superego mengalami kecenderungan mendominasi pada tindakan manusia yang tak mampu secara prinsip melampiaskan susunan kepribadian yang lain. Superego merupakan hasil yang tampak dari berbagai susunan kepribadian yang membawa dampak untuk individu yang lainnya saling mempengaruhi. Hal ini akan berdampak pada  proses  sosialisasi akan sesuatu hal bergantung pada superego seseorang.

Dengan begitu, maka kita sebagai manusia yang sedang mengemban amanah kekuasaan atau kewenangan. Seyogyanya mampu menjalankan kekuasaannya dengan baik dan adil terhadap bawahan yang dipimpinnya. Tujuannya untuk menjadikan sebuah tataran dinamis dan lingkungan yang heterogen bebas dari kekuasaan yang bersifat otoriter hanya mementingkan kepentingan dirinya saja.

Apa ini dilakukan Al Assad, dengan adil dan benar? Surat kabar Arab Saudi Elav, mengutip sumber dinas intelijen Inggris MI6, mengungkap kekayaan keluarga Assad mencapai 16 miliar dolar AS (sekitar Rp254 triliun/kurs saat ini), 5 miliar euro (Rp84 triliun), ditambah 200 ton emas.

Angka tersebut setara dengan anggaran pemerintah Suriah selama 7 tahun jika merujuk pada data hingga 2023.  Luar biasa ambisi pribadi saat berkuasa selama 24 tahun.

Al Assad, tak puas jalankan bisnis yang terkait dengan perekonomian negara saja. Ternyata keluarga Assad dilaporkan terlibat dalam aktivitas kriminal, termasuk penyelundupan, perdagangan senjata, perdagangan narkoba, dan pemerasan. Uang dalam jumlah besar yang diperoleh melalui transaksi gelap tesebut dicuci melalui struktur perusahaan yang tampak sah serta organisasi nirlaba yang dijalankan di negara tersebut.

"...keluarga Assad menjalankan sistem patronase yang kompleks termasuk perusahaan cangkang dan perusahaan palsu yang berfungsi sebagai alat bagi rezim untuk mengakses sumber keuangan," demikian laporan Deplu AS. Percaya? ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU