Literasi AI: Praktik Etis Proses Humanisasi Dalam Pendidikan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 09 Jan 2025 10:45 WIB

Literasi AI: Praktik Etis Proses Humanisasi Dalam Pendidikan

i

Keristian Dahurandi, Mahasiswa S3 Teknologi Pendidikan Unesa

SURABAYAPAGI, Surabaya - Artificial Intelligent (AI) adalah bagian yang tak terelakan dalam konteks kehidupan masyarakat sekarang ini. Kita mengenal banyak bentuk AI, antara lain Duolingo, Khanmigo, Quizlet, Gramarly, Chat GPT, Poe AI, Linkedln Learning, Pymetrics, dan pelbagai jenis lainya.

Multi bentuk kehadiran AI tersebut seiring dengan agenda fungsi masing-masing. Ada yang hadir untuk menganalisis data untuk menemukan pola, tren atau anomali. Ada pula yang membantu pemrosesan bahasa alami untuk memahami, menganalisis dan menghasilkan bahasa manusia.

Baca Juga: Mantapkan Program Seragam Gratis, Pemkab Jombang Gandeng UMKM Penjahit Lokal

Terdapat pula AI yang berfungsi untuk mengolah gambar dan video untuk mengenali, menganalisis dan mengintepretasi gambar dan video. Masih banyak fungsi yang hendak dibantu AI sebagai dasar penciptaannya.

Dengan itu pula, tampak jelas bahwa banyak hal dapat dikerjakan oleh AI, bahkan rasionalitas berpikir manusia untuk menganalisis dan menginterpretasi pun dapat diperankan oleh AI. Pertanyaan yang muncul, Quo Vadis kemanusiaan?

AI: Basis Kecerdasan Masyarakat 5.0 

Adalah suatu fakta sosial bahwa masyarakat manusia sekarang ini telah masuk tahapan fase sosial 5.0 (society era 5.0). Era ini ditandai dengan kelimpahan kecerdasan (era abundatia) sehingga masyarakat hidup dalam konteks masyarakat super cerdas (smart society ) (Deguchi et al. 2018). 

Nahavandi, (2019:p.1) menyebutnya sebagai era yang berpusatkan manusia (human centric solution) karena dengan bantuan teknologi, manusia dijadikan pusat semua akses ruang maya agar terasa seperti ruang fisik (virtual reality). Pekerjaan manusia pun dibantu oleh Artificial Intelligence (AI) berbasis big data dan robot (Nastiti & Abdu, 2020:p.64).

Ilustrasi masyarakat super cerdas, seperti manusia yang sedang dilayani teknologi drone, serta artificial intelligence untuk pengiriman barang, sistem perawatan medis yang terintegrasi, kendaraan tanpa sopir, dan adanya robot dan sensor yang dimaksimalkan untuk sistem inspeksi dan pemeliharaan infrastruktur (Setiawan & Lenawati, 2020a:p.3).

Singkatnya, masyarakat 5. 0 merupakan masyarakat di mana kecanggihan teknologi menyediakan pelbagai kecerdasan untuk kebutuhan manusia.

Gambaran masyarakat 5.0 tersebut sebelumnya dipandang utopis dan fantastis namun kemampuan teknologi menjadikannya realistic sekalipun virtual (virtual reality). Manusia menjadi tuan di dalam istana kecerdasan yang disajikan dengan kecanggihan teknologi.

Betapa mudahnya pekerjaan manusia karena selalu dibantu oleh teknologi dan bahkan sebagian besar pekerjaan manusia diambil alih oleh teknologi sehingga manusia seperti seorang raja yang menunggu dilayani dalam istana kecerdasan.

Salah satu bantuan paling besar sekarang ini adalah keberadaan AI (Artificial intelligence) yang mampu menganalisis secara cepat, lebih holistik, komprehensif semua data pada Big Data untuk mendapatkan alur rasional dalam pemecahan masalah manusia (Fitra 2021).

AI diibaratkan dengan manusia yang mengingat, menganalisis dan menjawab persoalan atau kebutuhan yang dimintakan kepadanya dengan berbasis big data sebagai otaknya untuk menjawab setiap pertanyaan atau permintaan padanya.

Literasi AI: Praktis Etis Mengkawal Proses Humanisasi dalam Pendidikan

Dalam konteks kelimpahan kecerdasan AI, muncul pertanyaan terkait bagaimana membangun manusia agar mampu memanfaatkan, mengendalikan AI yang ada demi kebaikan manusia itu sendiri?

Proses membangun manusia tersebut merupakan bagian dari aktivitas pendidikan.  Kehadiran AI ini di satu sisi dianggap sebagai rahmat (gabe) karena banyak membantu aktivitas pendidikan manusia.

Adanya teknologi AI mampu menciptakan dan memperluas pembelajaran yang dipersonalisasi untuk para siswa, mengoptimalkan strategi untuk hasil pembelajaran, dan meningkatkan akses untuk populasi yang lebih beragam (Ulimaz, et. al., 2024).  

Penggunaan AI memungkinkan pendidikan yang menarik dan interaktif kapan saja dan di mana saja. Mentor AI yang dipersonalisasi akan membantu siswa mengidentifikasi dan mencapai tujuan mereka. Personalisasi massal yang akan memungkinkan AI disesuaikan dengan gaya belajar, tingkat, dan kebutuhan masing-masing siswa. Ada berbagai layanan AI yang semakin memudahkan aktivitas pembelajaran (Yahya, et. al., 2023).

Dengan itu pula, AI mempengaruhi Lembaga pendidikan terkait kualitas pendidikan, proses pembelajaran dan pengajaran, penilaian, dan karier masa depan peserta didik.

Di sisi lain, rasa khawatir muncul dalam dunia pendidikan manakala AI merampas cara dan kemampuan berpikir manusia sehingga lambat laun manusia malas berpikir. Kemudahan yang diberikan dari kecerdasan buatan dapat menjadi boomerang untuk setiap manusia apabila telah mengalami ketergantungan.

Peserta didik akan mengalami malaise (lemah, lesu) daya pikir karena dianggap justru AI bisa menggantikannya secara lebih akurat dan bahkan lebih holistik menjawab sebuat persoalan secara konseptual dari praktik. Malaise berpikir adalah awal dari gejala dehumanisasi (Astutik & Ayuni, 2023).

Oleh karena itu, cara yang terbaik adalah kenali, pahami, dan kendalikan AI secara bijak sebagai tugas (aufgabe) ekstra yang harus dimiliki oleh masyarakat manusia.  Pada titik ini peran teknologi pendidikan sangat strategis untuk memberikan makna pedagogik terhadap kecerdasan AI dengan melakukan studi dan praktik etis dalam memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengelolaan proses dan sumber daya teknologi yang tepat (Januszewski, 2008:1).

Cara berpikir teknologis pendidikan inilah yang mampu mendamaikan teknologi untuk proses humanisasi dalam ruang kultivasi pendidikan. Implementasi dari konsep teknologi pendidikan ini sangat luas dan banyak bentuknya untuk memfalitasi proses pembangunan peradaban manusia.

Salah satu praktis etis yang urjen dalam konteks era kelimpahan (abundan era) masyarakat super cerdas (smart society) sekarang ini yang menunjang proses humanisasi adalah perkuat praktik etis melalui literasi AI pada manusia itu sendiri.

Secara singkat, literasi AI mengacu pada kemampuan seseorang untuk memahami, menggunakan, dan mengevaluasi teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) secara kritis dan etis (Hamsar et al. 2024).

Literasi AI menjadi dasar etis semua penggunaan AI di era digital dalam pelbagai aspek kehidupan, mulai dari aplikasi sehari-hari hingga pengambilan keputusan di berbagai sektor, seperti pendidikan, kesehatan, keuangan, dan pemerintahan.

Baca Juga: SMPN 1 Jabon Sidoarjo Terapkan Disiplin Penggunaan HP dan Gadget di Lingkup Sekolah

Apabila AI membentuk masyarakat supercerdas, maka sekiranya individu masyarakat harus lebih cerdas agar dapat berinteraksti dalam konteks sosialnya. Di sini peran literasi AI menjadi sangat istimewa agar individu memiliki kemampuan adaptabilitas, pengambilan keputusan yang bijak, mendukung transformasi digital, dan meminimalkan resiko dari kebedaraan AI.

Penerapan Literasi AI dalam dunia Pendidikan

Langkah fundamental praktis untuk menumbuhkan literasi AI adalah pertama, mengenali pemahaman dasar tentang AI terkait apa itu AI, cara kerjanya, dan apa yang dilakukannya (Farid et al. 2024). Setiap peserta didik harus memahami konsep dasar AI, seperti machine learning, natural language processing, dan computer vision.

Selanjutnya, peserta didik perlu mengenali peran AI dalam aplikasi sehari-hari, misalnya rekomendasi konten, chatbot, atau asisten virtual. Kedua, menguasai keterampilan teknis yaitu kemampuan menggunakan alat atau aplikasi berbasis AI.

Di sini, peserta didik diperkenalkan dengan dasar-dasar pemrograman, dan penggunaan AI sederhana. Ketiga, peningkatan kemampuan evaluasi dan kritis, yaitu peserta didik dibiasakan untuk mengevaluasi bias dan transparansi algoritma AI serta menilai dampak sosial, etika, dan privasi dari penggunaan AI.

Keempat, menerapkan etika dan tanggung jawab melalui memahami prinsip etis dalam pengembangan dan penggunaan AI dan berupaya menghindari penyalahgunaan teknologi AI yang merugikan. Keenam, kolaborasi dengan AI agar memiliki kemampuan bekerja sama dengan teknologi AI untuk meningkatkan produktivitas, kreativitas, dan efisiensi.

Oleh karena itu, salah satu hal yang urgen sekarang ini dalam gerakan literasi AI adalah adalah terselenggaranya pendidikan formal yang dilakukan secara sistematis di Lembaga pendidikan. Sudah saatnya, mata pelajaran literasi AI harus menjadi mata pelajaran yang mulai diberikan pada peserta didik, bahwa sejak anak itu sendiri mulai mengenal dunia digital.

Gerakan ini dilakukan agar sejak dini anak-anak memiliki pemahaman yang tepat dan komprehensif terhadap AI sebelum mereka terlampau jauh memakainya. Hanya dengan demikian, dalam proses pendidikan lanjutan, sebagai peserta didik, anak-anak mampu menggunakan alat atau aplikasi berbasis IT dengan baik, menilai secara kritis dampak terburuk dan menjunjung tinggi nilai etis.

Pengetahuan dan keterampilan AI ini diharapkan dipahami dan dihayati secara otodidik oleh peserta didik dalam pergulatannya di dunia digital, melainkan didesain secara secara sistematis, komprehensif dalam dunia pendidikan. Hanya dengan demikian, proses humanisasi merupakan titik akhir dari penggunaan AI bukan sebaliknya sebagai batu sandungan kultivasi dehumanisasi.

*) Penulis: Keristian Dahurandi, Mahasiswa S3 Teknologi Pendidikan Unesa

 

 

 

Baca Juga: Teknologi Pendidikan UNESA Kembangkan Perpustakaan Digital di Sekolah Surabaya dan Sidoarjo

Referensi

Almira Ulimaz, Didik Cahyono, Erwin Dhaniswara, Ophan Arifudin, Bernardus Agus Rukiyanto. 2024. “Analisis Dampak Kolaborasi Pemanfaatan Artificial Intelligences (AI) Dan Kecerdasan Manusia Terhadap Dunia Pendidikan Di Indonesia.” Innovative: Journal Of … 4:9312–19.

Deguchi, Atsushi, Chiaki Hirai, Hideyuki Matsuoka, Taku Nakano, Kohei Oshima, Mistsuhari Tai, and Shigeyuki Tani. 2018. Society 5.0: A People-Centric Super-Smart Society. Tokyo: Hitachi-UTokyo Laboratory (H-UTokyo Lab.).

Eka Puji Astutik, Nur Afif Ayuni, Ayunda Mahdalena Putri. 2023. “Artificial Intelligence: Dampak Pergeseran Pemanfaatan Kecerdasan Manusia Dengan Kecerdasan Buatan Bagi Dunia Pendidikan Di Indonesia.” Sindoro Cendekia Pendidikan Vol. 1(10):101–12.

Farid, Abdul Haris, Muhammad Ridha Darwis, Arsyanda, M. Rahmat Wahyudi JY, and M. Ilham. 2024. “Analisis Dampak Literasi Artificial Intelligence Terhadap Perubahan Norma Dan Etika Akademik Mahasiswa.” Jurnal Pendidikan Terapan 02(November 2023):66–77. doi: 10.61255/jupiter.v2i1.200.

Fitra, Tira Nur. 2021. “ARTIFICIAL INTELLIGENCE (AI) IN EDUCATION: USING AI TOOLS FOR TEACHING AND LEARNING PROCESS.” 134–47.

Israwati Hamsar, Hajar Dewantara, Hijri Andini, Sulfan Ardiansyah, Nur Afrilia Afrizah, and Muh Getri Putra Hasta. 2024. “Analisis Literasi Artifical Intelligence Mahasiswa Pada Perguruan Tinggi.” Journal of Vocational, Informatics and Computer Education 2(1):72–81. doi: 10.61220/voice.v2i1.31.

Januszewski, Alan &. Michael Molenda. 2008. “Educational Technology: A Definition And Comentary.” New York & London: Routledge Taylor & Francis Group.

Nahavandi, Saeid. 2019. “Industry 5.0-a Human-Centric Solution.” Sustainability (Switzerland) 11(16). doi: 10.3390/su11164371.

Nastiti, Faulinda, and Aghni Abdu. 2020. “Kajian: Kesiapan Pendidikan Indonesia Menghadapi Era Society 5.0.” Edcomtech Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan 5(1). doi: 10.17977/um039v5i12020p061.

Setiawan, Dimas, and Mei Lenawati. 2020. “Peran Dan Strategi Perguruan Tinggi Dalam Menghadapi Era Society 5.0.” RESEARCH: Computer, Information System & Technology Management 3(1). doi: 10.25273/research.v3i1.4728.

Yahya, Muhammad, Wahyudi, Hidayat. 2023. “Prosiding Seminar Nasional Implementasi Artificial Intelligence (AI) Di Bidang Pendidikan Kejuruan Pada Era Revolusi Industri 4.0.” Prosiding Seminar Nasional 190–99.

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU