Menteri ESDM Minta Pembangunan Smelter Freeport Dikebut

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 26 Feb 2023 15:05 WIB

Menteri ESDM Minta Pembangunan Smelter Freeport Dikebut

i

Pembangunan smelter tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) di Manyar, Gresik, Jawa Timur. Foto: PTFI.

SURABAYAPAGI.COM, Gresik – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk segera mengebut megaproyek smelter tembaga yang tengah dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Manyar, Gresik.

“Dari evaluasi yang dilakukan, PTFI sedang mengkebut proyek smelter berkapasitas 1,7 juta ton tersebut," kata Arifin di gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (24/2/2023).

Baca Juga: Program Rice Cooker Gratis Dibagikan Mulai November

Arifin mengungkapkan, sejauh ini proyek smelter Freeport perkembangannya telah mencapai lebih dari 50%.

"Berdasarkan hasil survey Kementerian ESDM ya sudah mencapai lebih dari 50 persen progresnya," tuturnya.

Kendati demikian, pemerintah belum berencana menerapkan relaksasi ekspor berupa pengenaan bea ekspor.

"Sejauh ini, untuk relaksasi ekspor masih belum ada kajian-kajiannya," ucapnya.

Sementara itu, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menyampaikan, kini pembangunan smelter PTFI disebut sudah mencapai 54,5 persen persen per akhir Januari 2023.

Menurutnya, jika melihat rencana Kurva S penyelesaian pembangunan smelter yang disetujui pemerintah, rencananya proyek Smelter Manyar baru selesai 52,9 persen pada Januari 2023. Dengan begitu, capaian ini melebihi target yang ditetapkan.

Rencananya, PTFI menargetkan penyelesaian konstruksi smelter tembaga dengan desain single-line terbesar di dunia tersebut pada akhir Desember 2023. PTFI akan menyelesaikan konstruksi pada akhir Desember 2023 nanti. Kemudian, memulai kegiatan awal operasi pada akhir Mei 2024 hingga mencapai operasi penuh pada akhir Desember 2024.

Setelah itu, akan dilakukan commissioning test dan kegiatan operasional direncanakan mulai berjalan pada akhir Mei 2024 hingga mencapai operasi penuh pada akhir Desember 2024.

Dengan kehadiran smelter ini, Tony berharap bisa mendorong industri hilir dapat masuk ke Indonesia. Ia menyebut, konsumsi tembaga untuk kendaraan listrik dan energi terbarukan akan meningkat pesat.

Baca Juga: Freeport Indonesia Raih Investment Award Kabupaten Gresik 2023

Menurut Tony, sebanyak 65 persen tembaga di dunia digunakan pada aplikasi penghantar listrik. Terutama kendaraan listrik yang menggunakan tembaga empat kali lebih banyak dibandingkan dengan kendaraan konvensional.

“Energi terbarukan juga demikian, menggunakan tembaga yang lebih banyak,” ujar Tony.

Hasil pengolahan smelter Manyar akan ditambahkan dengan kapasitas pengolahan smelter yang telah beroperasi, yakni PT Smelting dengan kapasitas pengolahan 1 juta ton konsentrat tembaga setiap tahun.

"Dengan demikian setelah smelter Manyar beroperasi, Freeport mampu mengolah 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun," tuturnya.

Smelter Manyar nantinya akan memproduksi katoda tembaga sebesar 550 ribu ton per tahun. Selain itu, smelter tersebut juga dilengkapi dengan pemurnian emas dan perak.

Baca Juga: PT Freeport Indonesia Anugerahkan Penghargaan Kepada Kontraktor

Lebih lanjut, Tony menyebut bahwa kemajuan pembangunan smelter Manyar tidak terlepas dari dukungan seluruh pemangku kepentingan.

"Masyarakat dan para pelaku usaha lokal, senantiasa menjadi pemangku kepentingan yang kami rangkul untuk memenuhi berbagai kebutuhan operasional pembangunan smelter, sehingga dapat memberi manfaat optimal bagi Jawa Timur,” jelasnya.

Dalam pembangunan smelter Manyar, PTFI memprioritaskan perekrutan tenaga kerja lokal Jawa Timur, khususnya masyarakat Gresik. Selain itu, PTFI juga memprioritaskan pemanfaatan potensi daerah, untuk memenuhi berbagai kebutuhan operasional pembangunan smelter. Dari konsumsi, transportasi, seragam karyawan, hingga office supply.

Ia menambahkan, dalam pembangunan smelter Manyar, PTFI telah menanamkan investasi hingga mencapai 1,78 miliar dolar Amerika Serikat atau setara Rp27 triliun dari total 3 miliar dolar Amerika Serikat atau setara Rp 45 triliun.

"Total kumulatif biaya mencapai US$1,78 miliar atau sekitar Rp27 triliun. Pekerjaan tiang pancang yang jumlahnya hampir 18 ribu tiang pancang sudah selesai 100 persen, pekerjaan konkret beton smelter sudah 50 persen, instalasi baja di smelter sudah 13 persen, instalasi baja di area tangki sudah 15 persen, dan pembangunan pelabuhan sudah mencapai 90 persen," tutupnya. grk

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU