Palsukan Surat Keterangan, Dua Eks Pejabat Pelepasan Tanah, Tersangka

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 12 Des 2022 21:23 WIB

Palsukan Surat Keterangan, Dua Eks Pejabat Pelepasan Tanah, Tersangka

i

Tim penyidik dari Pidsus Kejati Jatim melakukan penyitaan aset Pemkot Waduk Wiyung dengan memasang plang bahwa perkara sedang dilakukan pengusutan dugaan korupsi. SP/Budi Mulyono

Kasus Dugaan Korupsi Aset Pemkot Waduk Wiyung Diungkap Kejati Jatim

 

 

Kasus penyalahgunaan aset milik Pemerintah Kota Surabaya berupa Waduk Wiyung yang sempat diusik di era Wali Kota Tri Rismaharini, kini akhirnya dibongkar oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Timur. Melalui tim penyidik Pidana Khusus Kejati Jatim, sejak awal tahun 2022 ini, mulai mengusut adanya dugaan korupsi atas penyalahgunaan aset Pemkot Surabaya itu. Kini, kasus sudah naik ke penyidikan, dan dua orang tersangka.

 

===

SURABAYA, Budi Mulyono & M. Ilham

===

 

Tim penyidik Pidsus Kejati Jatim menetapkan dua tersangka kasus dugaan korupsi aset Pemkot Surabaya, berupa Waduk Persil 39 Kelurahan Babatan Jl Raya Babatan-UNESA Wiyung.  Dari kasus ini, kerugian negara saat itu kurang lebih Rp 11.015.060.000 atau Rp 11 miliar lebih.

"Dari hasil ungkap kasus ini, kami tetapkan dua orang tersangka. Yaitu berinisial SMT (57) warga Kecamatan Wiyung, Surabaya dan DLL (72) warga Kecamatan Karangpilang, Surabaya," kata Kepala Kejati (Kajati Jatim), Mia Amiati, Senin (12/12/2022).

Mia menjelaskan, saat itu tersangka SMT selaku Ketua Panitia Pelepasan Tanah Waduk Babatan bersama-sama dengan GT selaku Lurah Babatan (Alm) dan STN selaku Sekretaris Kelurahan Babatan (Alm) menjual secara lelang setengah waduk sebelah barat seluas 11.000 M2 (bagian dari Waduk di Jl Raya Babatan-UNESA. Yang mana aset Pemkot Surabaya seluruhnya seluas kurang lebih 20.200 M2 kepada AA (pengusaha properti) dengan harga Rp 5,5 miliar.

Penjualan aset tanah itu, sambung Mia,  oleh tersangka SMT bekerjasama dengan GT dan STN membuat surat-surat keterangan tanah yang isinya tidak benar atau palsu.

Yaitu dengan menggunakan atau mencatut nama orang yang sesungguhnya bukan pemilik atau yang berhak. Kemudian dibuat seolah-olah sebagai pemilik atau yang berhak atas setengah waduk sebelah barat seluas 10.100 M2.

"Surat keterangan tanah yang dipalsu itu kemudian digunakan untuk membuat akta Perjanjian Ikatan Jual Beli dan Surat Kuasa di kantor Notaris-PPAT antara nama orang yang dicatut tersebut sebagai penjual dengan pembelinya," jelasnya.

Dari hal itu, sambung Mia, uang hasil penjualan setengah waduk sebelah barat tersebut dibagi-bagikan kepada GT sebesar Rp 275.000.000; kepada STN sebesar Rp 40.000.000; tersangka SMT Rp 40.000.000. Selanjutnya masing-masing Ketua RT menerima Rp 10.000.000 dan warga per Kepala Keluarga menerima Rp 2.500.000.

"Berdasarkan perhitungan sementara dari penyidik pada saat dilaksanakan lelang pada akhir 2003 adalah Rp 505.000 per M2. Kemudian dikalikan luas waduk 21.812 M2, maka asumsi Kerugian Negara saat itu Rp 11.015.060.000. Dan masih proses penghitungan oleh BPKP," tegasnya.

Masih kata Mia, setelah SMT berhasil menjual setengah waduk sebelah barat seluas 11.000 M2. Selanjutnya tersangka kedua, yakni DLL bersama dengan tokoh-tokok warga RW 01 dan RW 02 membentuk Tim Pengurus Pelepasan Waduk ke-II dengan ketua DLL. Bersama dengan Tosan (Alm) selaku Ketua LKMD dan GT serta STN membuat dan menggunakan surat-surat yang isinya tidak benar atau palsu.

Yang mana, sambungnya, menerangkan bahwa setengah waduk sebelah timur seluas 10.100 M2 dulunya merupakan hasil urunan warga RW 01 dan RW 02 Kelurahan Babatan pada tahun 1957-1959 karena butuh tempat minum hewan ternak dan untuk mengairi sawah. Karena sudah tidak dibutuhkan untuk tempat minum hewan ternak dan sawah- sawah warga di sekitarnya sudah menjadi lahan perumahan, maka warga RW 01 dan RW 02 Kelurahan Babatan meminta kepada Pemkot Surabaya agar waduk tersebut dikembalikan kepada warga.

"Permintaan DLL ditanggapi oleh Asisten Tata Praja, MS (Alm) dengan mengirim surat jawaban yang isinya menyatakan Pemkot Surabaya tidak keberatan apabila warga meminta kembali waduk tersebut, dan dengan surat dari Asisten Tata Praja ditambah dengan surat-surat yang dibuat Ketua LKMD dan Lurah Babatan," bebernya.

Dari surat itu, ditambahkan Mia, digunakan untuk membuat Akta Pelepasan Hak Disertai Ganti Kerugian oleh tersangka DLL kepada pembeli di kantor Notaris/PPAT. Sebagai gantinya, DLL menerima Rp 2 miliar dari Rp 5 miliar yang diperjanjikan, karena Rp 3 miliar digunakan untuk membiayai proses birokrasi pelepasan Waduk tersebut yang sedang berjalan.

"Tim Penyidik Kejati Jatim juga menyita dan memasang plang sita terhadap Waduk Persil 39 Kelurahan Babatan di Jalan Raya Babatan UNESA Kelurahan Babatan, Kecamatan Wiyung, Kota Surabaya," pungkasnya. bd/ham/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU