Home / Surabaya : Bursa Kandidat Calon Walikota Surabaya 2020

Fandi Utomo Diragukan, Bambang Haryo tak Pasti

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 26 Mar 2019 09:31 WIB

Fandi Utomo Diragukan, Bambang Haryo tak Pasti

Rangga Putra Hermi, Wartawan Surabaya Pagi Pemilihan Walikota Surabaya 2020 nanti, tidak lepas dari coattail effect atau efek ekor jas dari Pilpres dan Pileg 2019. Tidak heran jika saat ini sejumlah politisi seperti Adies Kadir dari Partai Golkar, Fandi Utomo dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Bambang Haryo dari Partai Gerindra, siap maju di Pilwali 2020, untuk menggantikan posisi Tri Rismaharini sebagai Walikota. -------------- Ketua DPC PKB Surabaya Musyafak Rouf belum memastikan apakah Fandi Utomo nanti diusung dalam Pilwali Surabaya 2020, meski bertebaran selebaran "PKB menang dan Fandi Utomo Walikota Surabaya". Menurut Musyafak, pihaknya masih menunggu hasil Pemilu 17 April 2019. Sebab, hasil tersebut akan menentukan arah Pilwali 2020 itu. "Nanti aja hasil pemilu, tunggu 17 April," cetus Musyafak Rouf kepada Surabaya Pagi, Senin (25/3/2019). Dijelaskan Musyafak, untuk bisa mengusung calon kepala daerah sendiri dibutuhkan pencapaian kursi di legislatif (DPRD Surabaya). Sesuai aturan, partai harus memenuhi 20 persen kursi di DPRD. Apakah nanti mengusung calon sendiri atau berkoalisi dengan PDIP seperti Pilgub Jatim 2018 lalu, semua itu dapat ditentukan setelah melihat hasil Pemilu 17 April mendatang, tandas mantan Ketua DPRD Kota Surabaya ini. Sumber di PKB menyebutkan partai ini menargetkan perolehan 11 kursi di DPRD Surabaya, untuk modal Pilwali Surabaya 2020. Jumlah itu sesuai aturan mengusung calon itu 20 persen dari jumlah 55 kursi di DPRD Surabaya. Karena itu, PKB berharap Fandi Utomo yang mantan anggota DPR RI ini bisa membantu perolehan kursi tersebut. Sayangnya, Fandi Utomo yang berkali-kali dihubungi melalui ponselnya, tidak menjabat panggilan Surabaya Pagi. Untuk diketahui, nama Fandi Utomo tidak asing di telinga masyarakat Surabaya. Sebab pada Pilwali Surabaya 2010, Fandi Utomo pernah menjadi calon walikota Surabaya. Namun saat itu kalah dengan Tri Rismaharini yang berpasangan dengan Bambang DH. Bahkan, suara Fandi Utomo yang berpasangan dengan Yulius Bustami terbilang kecil saat itu, hanya 11,8 persen. Sedang Risma-Bambang 40,9 persen. Selain Fandi Utomo, Adies Kadir juga maju di Pilwali 2010. Saat itu dia sebagai calon wakil walikota berpasangan dengan Arief Affandi. Namun, suaranya di atas Fandi Utomo, yakni 36,4 persen. Setelah gagal, Fandi Utomo dan Adies Kadir maju nyaleg di Pemilu 2014 dan berhasil lolos ke Senayan (DPR RI). Di Pemilu 2019, Adies dan Fandi kembali cari peruntungan menjadi calon anggota legislatif (Caleg) DPR RI di dapil Jatim I (Surabaya-Sidoarjo). Isu bakal maju di Pilwali Surabaya 2020 pun dimunculkan, diduga untuk kepentingan elektoral. Tak Takut Whisnu Hal sama juga dilakukan Bambang Haryo yang saat ini anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra dan kembali nyaleg di dapil Surabaya-Sidoarjo. Bos kapal ini juga menyatakan bakal maju di Pilwali Surabaya 2020. Bambang Haryo saat dikonfirmasi menegaskan bahwa bukan dirinya yang menghendaki untuk maju Pilwali 2020. Tapi pada dasarnya rakyatlah yang menginginkannya. Itu pun jika nanti mendapat restu dari Prabowo Subianto, Ketum Partai Gerindra yang juga capres nomor o2. "Bukan saya yang mengharapkan tapi rakyat yang menghendaki. Nama saya disebut "Pak Bambang jadi Walikota. Itupun juga tergantung dari Pak Prabowo. kalau Pak Prabowo mengatakan jadi menteri saja maka saya berkehendak lain artinya tidak maju Pilwali. Tapi misal maju calon walikota Surabaya dan ada permintaan rakyat, maka harus dilaksanakan," papar dia. Ia menegaskan tidak takut bersaing dengan Whisnu Sakti Buana, yang disebut-sebut calon kuat dari PDIP di Pilwali 2020. Menurut Bambang, Whisnu yang saat ini menjabat Wakil Walikota Surabaya itu pasti sudah mempersiapkan Pilwali itu. Berbeda dengan saya yang belum mempersiapkan diri, tapi ini permintaan rakyat, tandasnya. Jurus Populer Menanggapi hal itu, pengamat politik dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Agus Mahfud mengatakan, slogan-slogan yang menyebut jadi calon wali kota Surabaya pada Pemilu 2019, hanyalah strategi pencitraan. Menurutnya, pencatutan atau penyebaran bakal diusung jadi calon wali kota hanyalah untuk mendulang suara dalam Pemilu 17 April nanti. "Itu adalah jurus untuk mempopulerkan diri," sebut Agus Mahfud dihubungi terpisah, Senin (25/3/2019). Menurut Agus, semua partai saat ini masih menunggu hasil pemilu 17 April mendatang. Jika berkaca pada Pilwali 2015, hanya PDI Perjuangan yang bisa mengusung calon sendiri. Ketika itu, PDIP memperoleh 15 kursi. Menurut Agus, peta Pilwali Surabaya 2020 masih samar. Seperti layaknya politik praktis, satu parpol bisa saja berubah haluan pada detik-detik terakhir. Apalagi Pilwali Surabaya masih lama. "Semua masih dinamis, partai nanti masih melihat bagaimana hasil pemilu. Hasil itulah yang akan menentukan," jelasnya. Selain itu, untuk menentukan siapa calon walikota dan wakilnya, Agus menilai baik dari kalangan birokrat maupun politisi, keduanya berpotensi terjadi. Namun, hal itu akan kembali ke kebijakan partai maupun koalisi nanti. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU