Bangkitkan Gairah Berkesenian Ludruk di Kalangan Anak-Anak

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 02 Apr 2021 20:53 WIB

Bangkitkan Gairah Berkesenian Ludruk di Kalangan Anak-Anak

i

Caption: Panggung Sanggar Anak Merdeka Indonesia yang diinisiasi Meimura.SP/AHMAD REZA

SURABAYA PAGI, Surabaya - Pandemi Covid-19 merupakan kasus bencana multi-dimensi yang berpengaruh ke berbagai hal. Termasuk dalam aspek kesenian dan hiburan.

Ludruk kesenian khas tradisional Surabaya menjadi meredup semenjak pandemi melanda. Pembatasan sosial dan Surabaya yang menjadi zona merah tentunya membuat geliat berkesenian ini menjadi terhambat dengan tidak diperbolehkannya pementasan. Dari kondisi pandemi inilah yang membuat Meimura, seniman Ludruk senior, prihatin terhadap kondisi dari kesenian tradisional asli Surabaya khususnya dalam regenerasi seniman. Sehingga pada masa pandemi ia bersama beberapa seniman dan warga sekitar rumahnya membuat panggung Sanggar Anak Merdeka Indonesia.

Baca Juga: Ada Kemungkinan Akhir 2022, PPKM Berhenti

“Dengan alasan pandemi, dan jika bisa dibilang ini sudah sejak lama saya ingin wujudkan bahkan sebelum adanya pandemi,” ujar Meimura saat ditemui di kediamannya, Jumat (2/4/2021).

Panggung yang berada tepat di belakang rumah Meimura tepatnya di Perumahan Gunung Anyar Emas XV, No 15, Surabaya. Panggung selebar empat kali enam meter persegi ini tersusun dari kayu dan bambu yang ditata rapi dan terkesan khas dan tradisional. Meimura mengatakan panggung dan sanggar ini pada hari teater sedunia, 27 Maret 2021 lalu diresmikan oleh Wakil Walikota Surabaya.

“Dari awalnya saya mengajak anak-anak sekitar, karena saya melihat mereka ada kejenuhan dengan aktivitasnya, dan bermula dari bermain wayang suket,” ujarnya sambil menunjukan panggung sanggar di belakang rumahnya.

Baca Juga: Riset: Tumbuhan Pegagan Embun Bisa Cegah Infeksi Covid-19

Meimura mengaku jika anak anak yang datang sangat terlihat senang dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan dari sanggar. Anak-anak yang datang ke Sanggar Anak Merdeka Indonesia ini sendiri beragam mulai dari SD hingga SMP. Bahkan Meimura mengatakan jika terkadang ada mahasiswa datang untuk sekedar melihat dan membantu latihan anak-anak ini.

“Untuk mengajak anak-anak sekitar sini tidak terlalu mengalami masalah, karena pengaruh gadget anak-anak disini masih tidak seberapa parah,” ungkapnya.

Baca Juga: Kasus Omicron XBB Terus Naik, Menkes Budi Tenangkan Warga

Memang secara sadar Meimura berpendapat jika kondisi pandemi ini sempat mengkhawatirkan bagi kesenian ludruk, khususnya dalam hal regenerasi. Akan tetapi setelah melihat antusiasme dari beberapa anak-anak yang antusias turut serta ikut ketika sanggar dibuka dan Meimura memainkan wayang suket membuat harapan regenerasi ada kembali. Meimura mengatakan dari sekedar wayang suket saja bisa ditarik menjadi beragam hal yang bisa dipelajari, bukan hanya cerita ludruk secara kesenian, tapi ada nilai pelajaran sejarah yang bisa diajarkan ke anak-anak.

“Sekarang anak-anak menjadi sangat antusias sekali, karena menemukan adanya keasikan dalam berkegiatan di kesenian ini, melihat temannya sudah bisa lebih jadi rasa keinginan untuk berkembanyan semakin muncul,” tukas Meimura. Arb

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU