Menteri ESDM: Tenaga Surya Sumbang 89% Potensi EBT Indonesia

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 28 Okt 2022 11:48 WIB

Menteri ESDM: Tenaga Surya Sumbang 89% Potensi EBT Indonesia

i

Foto ilustrasi panel surya.

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan, Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) sebesar 3.600 Giga Watt (GW). Dari jumlah potensi EBT tersebut, 89 persen diantaranya berasal dari tenaga surya.

"Indonesia memiliki berbagai sumber energi terbarukan, lebih dari 3.600 gigawatt di seluruh Indonesia, di mana 89 persen dari potensi tersebut berasal dari energi surya," kata Arifin dalam Advancing G20 Solar Leadership, Kamis (27//10/2022).

Baca Juga: Curi Perhatian Dunia, Inisiatif Energi Hijau SIG Diapresiasi di Ajang Energy Management Leadership 2023

Arifin menyampaikan bahwa energi surya akan memegang peranan penting dalam memenuhi pasokan pembangunan listrik nasional. Pasalnya, sekitar 21 GW dari total 700 GW kapasitas energi baru terbarukan berasal dari energi surya.

Lebih lanjut, Arifin menambahkan, pemerintah telah melakukan upaya demi mendorong pemanfaatan energi surya tersebut. Langkah yang dilakukan adalah dengan menurunkan biaya pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 88 persen dari US$41,7 sen per kWh pada 2010 ke US$4 sen per kWh pada 2021.

Selain itu, Arifin menambahkan, menteri energi negara-negara G20 telah berkomitmen mendorong investasi dan mengembangkan energi berkelanjutan dengan menggunakan teknologi tanpa emisi.

"Selain masalah keuangan, teknologi juga masalah yang sangat penting dalam akselerasi transisi energi, menurut IEAA hanya 50 persen dari teknologi tersedia untuk mendukung transisi energi," ujarnya.

Kendati berkomitmen untuk menjalankan ekonomi rendah karbon sekaligus mendukung target Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat, Arifin menyebut bahwa peran sumber energi tidak terbarukan seperti gas alam memegang peranan penting untuk dikembangkan sebagai jembatan sebelum teknologi EBT mencapai skala ekonomi dan komersial.

Baca Juga: Pejabat ESDM Sebut Bocornya Dokumen KPK dari Pengusaha Suryo, Bukan Firli

"Intermittent solar (penggunaan tenaga surya yang terputus) juga bisa diatasi dengan menerapkan teknologi antara tenaga surya dengan penyimpanan di teknologi tenaga air atau panas bumi," ujarnya.

Menurut Arifin, Indonesia sebagai negara kepulauan membutuhkan jaringan transmisi untuk mengalirkan listrik dari pusat produksi listrik ke pusat konsumsi listrik.

Indonesia juga tengah berencana untuk membangun transmisi super grid untuk menyediakan akses energi dan mengatasi ketidaksesuaian sumber EBT dengan wilayah yang membutuhkan pasokan energi besar.

Baca Juga: Kendaraan Listrik Belum 100% Go Green, Kementerian ESDM Buka Suara

"Kami juga membuka peluang untuk ekspor listrik EBT ke anggota ASEAN melalui ASEAN Power Grid," tuturnya.

Demi menuju ekonomi rendah karbon, Arifin mengajak semua pihak untuk ikut berkontribusi dalam penerapan strategi mendukung transisi energi. Menurut Arifin, tidak hanya pemerintah dan pebisnis saja, peran pengembang energi termasuk pengguna seperti sektor komersial dan industri juga dibutuhkan untuk mendukung upaya tersebut.

"Dukungan dari manufaktur lokal dan industri sangat penting agar tercipta manfaat mempertimbangkan Indonesia punya potensi mineral dan mineral kritis sebagai bahan mentah untuk solar PV, baterai dan kabel listrik," pungkasnya. jk

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU