Antisipasi Penurunan Produksi Garam, DKP Jatim Siapkan Konsep Hulu-Hilir

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 03 Nov 2022 20:38 WIB

Antisipasi Penurunan Produksi Garam, DKP Jatim Siapkan Konsep Hulu-Hilir

i

Rumah garam dengan model ‘Katup Gadis’ di Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo yang aman saat musim hujan. SP/ikh

 

SURABAYA PAGI, Surabaya - Produksi garam di Jawa Timur tahun 2022 mengalami penururunan cukup drastis dibanding tahun 2021 lalu. Untuk mencegah petani garam mengalami kerugian besar, Pemerintah Provinsi Jatim mencoba melakukan hilirisasi sektor garam mengikuti program dari Perpres 126/2022 tentang Percepatan Penggaraman Nasional.

Baca Juga: Perwakilan PT Sumatraco Kunjungi Petani Binaan di Sampang

 Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur Dr Dyah Wahyu Ermawati mengatakan, penurunan produksi garam akan terus dialami petani karena berbagai faktor. Utamanya faktor alam, seperti tahun 2022 ini dimana musim kemarau hanya sebentar.

 “Sekarang ini sudah saatnya bicara bagaimana menghubungkan hulu hilir semaksimal mungkin, disamping tetap fokus pada peningkatan produksi,” jelas pejabat yang akrab disama Erma ini, Kamis (3/11/2022). 

Dijelaskannya, Perpres 126/2022 mengatur peran pemerintah pusat kerjsama dengan pemerintah daerah melakukan percepatan pembangunan penggaraman nasional.  Melalui program yang bernama SEGAR (Sentra Ekonomi Garam Rakyat). Dimana dalam segi bisnis garam, akan diatur mulai dari pra produksi, produksi, pasca produksi dan pemasaran. “Jatim sebagai termasuk salah satu daerah yang akan dilakukan pengembangan karenan memiliki lahan produksi garam yang cukup luas,” papar Erma.

 Namun dirinya mengaku, pemeerintah provinsi Jatim sudah memberikan banyak bantuan kepada petani garam untuk bisa meningkatkan produksi maupun pasca produksi. Namun untuk melaksanakan program SEGAR, tersebut tentu dibutuhkan dukungan kerjasama untuk pelaksanaan dan pembiayaan. Baik itu dari pemerintah pusat, Provinsi maupun kabupaten/kota.

 “Semoga tahun 2023 tidak ada kendala meskipun anggaran yang disediakan untuk persoalan garam turun drastis,” sebutnya.

 Meski begitu, DKP Jatim akan terus berupaya semaksimal mungkin untuk membantu petani garam tetap survive di tengah kondisi yang kurang bagus. “Langkah sektor garam ini ke depan harus lebih baik lagi. Tapi sekarang juga petani garam harus bisa mandiri untuk punya daya saing dan tembus pasar,” saran mantan Kepala Biro Perekonomian Pemprov Jatim ini.

 Produksi 17 Ribu Ton

Baca Juga: Akhir April, Harga Garam di Tingkat Petani se-Pulau Madura Merosot

Seperti diketahui, Produksi garam di Pamekasan Jatim tahun 2022 ini hanya  17 ribu ton saja. Hal itu dikatakan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pamekasan, JawaTimur, Bambang Prayogi.

 “Data produksi ini berdasarkan laporan dan hasil pemantauan tim hingga 31 Oktober 2022,” katanya di Pamekasan, Selasa (1/11/2022).

 Ia menjelaskan, jumlah produksi garam tahun ini lebih sedikit dibanding musim produksi 2021 karena saat itu, jumlah total produksi garam di Pamekasan mencapai 27 ribu ton lebih. “Jadi, berkurang 10 ribu ton dibanding musim produksi garam tahun lalu,” katanya. 

Faktor Cuaca

Baca Juga: Mahfud Isyaratkan Garam Impor Turunkan Citra Madura

Sedangkan, Ketua Himpunan Masyarakat Petambak Garam Indonesia (HMPGI) Mohammad Hasan, kendala petani garam yakni selain dihadapkan bersaingnya dengan garam impor, juga faktor cuaca.

 Hasan mengatakan jika cuaca baik, petani garam bisa mengahasilkan 3 juta ton dalam skala nasional. Namun karena adanya anomali cuaca, maka petani garam hanya bisa memproduksi sekitar 1 juta ton. 

"Dengan anomali cuaca ini, petambak hanya bisa memproduksi sekitar 1 juta ton garam. Padahal kalau cuaca baik, garam bisa diproduksi sekitar 3 juta ton," terang Hasan.

 Meski begitu, lanjut Hasan, turunnya produksi garam tahun ini tidak bisa dijadikan alasan untuk impor. Sebab stok garam nasional saat ini masih ada dan belum terserap. rko/dwi/rmc

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU