Konsumsi Listrik Naik, Bukti Ekonomi RI Bangkit

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 24 Jan 2023 12:38 WIB

Konsumsi Listrik Naik, Bukti Ekonomi RI Bangkit

i

Foto ilustrasi. Foto: PLN.

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai bahwa peningkatan konsumsi listrik pada 2022 lalu menjadi bukti bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun lalu semakin membaik.

Plt Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, konsumsi listrik yang disediakan PT PLN (Persero) pada 2022 silam meningkat sekitar 6,15 persen.

Baca Juga: Berkat Program Biodiesel Pasar Domestik, Negara Hemat Rp 120 Triliun

“Pertumbuhan listrik sudah sangat baik, sebagai respon bahwa ekonomi kita tumbuh dengan baik. Tahun 2022 angkanya 6,15 persen pertumbuhan listrik. Ini angka konsolidasi lewat PLN," kata Dadan dalam acara virtual Sosialisasi Permen ESDM Nomor 16 Tahun 2022, Selasa (24/1/2023).

Ia menuturkan, data tersebut berasal dari konsoliadasi PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN. Bamun, Dadan pun meyakini, angka konsumsi listrik di luar yang disediakan PLN pun sama.

“Kami juga meyakini bahwa konsumsi listrik di luar yang disediakan PLN pun sama (naik),” ujarnya.

Baca Juga: Kementerian ESDM Targetkan Konversi 150 Ribu Motor Listrik di 2024

Dadan pun menyinggung pertumbuhan ekonomi di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) cukup baik. Bahkan bisa melewati masa-masa yang sangat menantang di dua sisi. Pada kuartal III 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 5,72%.

Lebih lanjut, Dadan menambahkan bahwa Indonesia telah melewati masa masa yang menurutnya cukup menantang.

"Pertumbuhan ekonomi kita sama-sama lihat, alhamdulilah dengan pimpinan Presiden Jokowi kita melewati masa-masa yang menurut kami sangat menantang," tuturnya.

Baca Juga: Menteri ESDM Pastikan Stok LPG 3 Kg dan BBM Jelang Nataru Aman

Ia menyebut, ada dua tantangan dalam penyediaan listrik. Pertama, memastikan penyediaan listrik tetap handal. Kedua, memastikan bahwa harga listrik yang diterima masyarakat tetap terjangkau.

Menurutnya, itu jadi salah satu background untuk mendesain pengaturan perdagangan karbon pada sektor ketenagalistrikan. Dengan tujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sembari memastikan penyediaan listrik dan pertumbuhan ekonomi tetap berjalan lancar. jk

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU