Home / Peristiwa : Pertemuan Konjen Jepang dan Balai Bahasa

Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Inisiasi Gerakan Pelestarian Aksara Jawa

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 07 Sep 2023 15:40 WIB

Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Inisiasi Gerakan Pelestarian Aksara Jawa

i

Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya AH Thony (Kiri) saat pertemuan bersama Konjen Jepang Surabaya (Tengah) dan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Amin Mulyanto dan bersama kawan-kawan pegiat budaya dari Komunitas Begandring disalah satu caffe di Jalan Sumatra.

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Melestarikan budaya kecintaan budaya tanah air, khususnya aksara Jawa,  Berbagai program diinisiasi. Muaranya, menjaga dan melestarikan aksara Jawa agar tak tergerus waktu. 

8 September merupakan Hari Aksara Internasional ini  menjadi momen Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya AH Thony menularkan kecintaan budaya tanah air, khususnya aksara Jawa, pada masyarakat. 

Baca Juga: AH.Thony Dorong Pemkot Fasilitasi Pendaftaran HAKI Alat Deteksi Kebakaran Bocah SMP

Kecintaan Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya AH Thony pada budaya Jawa mengantarkannya pada pertemuan bersama Konjen Jepang Surabaya dan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Rabu (06/09/2023) lalu. Ia juga bersama kawan-kawan pegiat budaya dari Komunitas Begandring disalah satu caffe di Jalan Sumatra.

Dimana Konjen Jepang Surabaya Ishii Yutaka sempat dihadiahi blangkon oleh Koordinator Literasi Balai Bahasa Provinsi Jatim Amin Mulyanto yang langsung dipakainya. 

AH.Thony mengatakan, belakangan ia melihat aksara Jawa makin terasing daripada bahasa asing. Anak-anak muda kini tak familiar lagi dengan hanacaraka yang merupakan aksara asli Jawa. Kegelisahan itu membuatnya ingin bergerak, belajar dari pihak-pihak lain yang sukses melestarikan budayanya, terutama aksara. 

“Nah, jadi hari ini saya bertemu dengan Konjen Jepang untuk mengomparasikan. Kita lihat huruf kanji, katakana, atau hiragana masih begitu lestari. Sementara aksara Jawa makin terasing. Kami mencoba mengadopsi strategi kebudayaan dari Jepang untuk pelestarian aksara,” ungkap Thony. 

Ishii Yutaka menjelaskan, di Jepang, anak-anak sejak TK sudah diwajibkan belajar kanji, hiragana, dan katakana. Bukan seminggu sekali, namun pembelajaran itu tiap hari. Bahkan, mereka juga belajar mengenai arti atau makna pada huruf kanji. 

“Huruf jepang menjadi yang utama diajarkan disana, pembelajarannya pun setiap hari. Jadi, anak-anak pasti sudah sangat fasih menulis huruf Jepang. Kami juga belajar bahasa inggris namun bukan menjadi bahasa utama. Sebisa mungkin, kami maksimalkan bahasa dan huruf negara kami sendiri untuk dipelajari anak-anak,” tutur Ishii yang sudah mahir berbicara bahasa Indonesia. 

Thony, bersyukur gagasan yang ia sampaikan bersama Komunitas Begandring itu juga disambut baik oleh Balai Bahasa Provinsi Jatim. Ia berharap, kedepan, Balai Bahasa Provinsi Jatim yang merupakan kepanjangan tangan dari Pemprov Jatim, mau memfasiltasi program itu. 

Baca Juga: Wakil Ketua DPRD Surabaya Suport Temuan Alat Pendeteksi Kebakaran dan LPG Bocor Karya Bocah SMP

Amin menjelaskan, Balai Bahasa bergerak di bidang literasi, pelestarian kebahasaan dan kesastraan, serta penginternasionalan bahasa Indonesia. Terkait aksara Jawa, hal itu masuk ke tugas pelestarian. Pihaknya sudah melakukan beberapa langkah, salah satunya menerbitkan majalah Ajisaka yang seluruhnya ditulis dengan aksara Jawa. 

“Untuk di tingkat sekolah, ada muatan lokal yang diberikan dengan porsi pembelajaran tertentu. Kami menganggap pelestarian aksara ini memang penting. Generasi muda diharapkan mau dan mampu belajar bahasa serta aksara Jawa,” ungkap Amin. 

Melalui aksara Jawa, anak-anak tak hanya belajar huruf saja. Namun juga filosofi dan sejarah nilai ketimuran. Untuk itu, pihaknya mendukung gerakan pelestarian yang diinisiasi oleh Thony dan Komunitas Begandring tersebut.Maksimalkan Edukasi di Satuan Pendidikan, Jadikan Tulisan di Kantor Pemerintahan 

Thony mendapatkan insight baru dari pertemuan itu. Penanaman kecintaan pada aksara Jawa bisa dilakukan dengan memaksimalkan pembelajaran di satuan pendidikan, yakni melalui muatan lokal. Namun, menurutnya, proses belajar muatan lokal itu tak boleh hanya sekadar formalitas. 

“Biasanya, muatan lokal ini hanya formalitas untuk menggugurkan kewajiban. Kedepan kita harus lebih serius dalam pembelajarannya, kalau perlu ditambah lagi jam belajarnya,” ungkap Thony. 

Baca Juga: Pemotongan Insentif OS Pemkot Surabaya Tidak Salahi Aturan

Thony menjelaskan, selain lewat edukasi, ada beberapa cara lain yang bisa dilakukan untuk melestarikan aksara Jawa. “Jika gubernur berkenan kami bekerjasama dengan Balai Bahasa, maka tulisan kantor gubernur bisa dirubah memakai aksara Jawa. Tak hanya kantor Gubernur, akan mengikuti pula ke kantor pemerintahan kabupaten/kota, kecamatan, hingga kantor desa. Tak menutup kemungkinan berlaku juga untuk pabrik, atau tempat usaha lain. Ini agar masyarakat makin mengenal aksara Jawa,” ujarnya. 

Bidang lain, yakni UMKM. Mereka bisa dibina untuk turut melestarikan budaya melalui pemakaian aksara Jawa di produknya. Baik produk fashion, souvenir, dan lainnya. Jadi, pelestarian budaya itu tak hanya sekadar pelajaran namun berimplikasi pula ke ekonomi masyarakat. 

Thony yakin, jika dilakukan dengan konsisten, maka masyarakat akan akrab dengan Aksara Jawa. Terlebih, ia melihat bahwa kerinduan pada potensi kenegaraan itu sebenarnya ada di dalam masyarakat. Terbukti, belakangan lagu bahasa Jawa ngetren di berbagai kalangan. Artinya, ada ruang kosong di masyarakat yang seolah mendapatkan jawaban. 

“Di hari aksara internasional ini, kami berharap, aksara Jawa bisa disandingkan dengan huruf internasional lain. Tak hanya aksara jawa, tapi juga daerah lain di Indonesia. Sehingga aksara asli Indonesia bisa naik kelas dan makin dikenal dunia. Mari bersama-sama menjaga dan melestarikan aksara sebagai warisan budaya bangsa yang berharga,” pungkas Thony. Alq/dsy

Editor : Desy Ayu

BERITA TERBARU