Harga Beras Naik, Penggilingan Padi Mojokerto Banyak yang Gulung Tikar

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 11 Sep 2023 17:35 WIB

Harga Beras Naik, Penggilingan Padi Mojokerto Banyak yang Gulung Tikar

SURABAYAPAGI.COM, Mojokerto – Melambungnya harga beras jenis IR64 medium dan premium di pasar Kabupaten Mojokerto mulai terjadi di tingkat petani.

Mahalnya bahan kebutuhan pokok ini belakangan banyak mengakibatkan penggilingan padi gulung tikar.

Baca Juga: Tunjang Ketahanan Pangan, DPUPR Kabupaten Mojokerto Percepat Realisasi 16 Proyek Irigasi

Ketua Perpadi (Perkumpulan penggilingan padi) Kabupaten Mojokerto, Agus Mulyohadi, menegaskan, mahalnya harga beras sudah terjadi sejak tingkat petani. Kondisi itu dipengaruhi adanya dugaan monopoli yang dilakukan pemodal besar.

’’Jadi, mahalnya harga ini sangat berdampak pada penggilingan padi. Kalau 50 persen saja ada yang gulung tikar, bahkan lebih untuk saat ini,’’ ungkapnya.

Sesuai data, penggilingan padi di Kabupaten Mojokerto lebih dari 200 unit. Sebanyak 90 penggilingan di antaranya menjadi anggota perpadi.

Sejumlah faktor menjadi pemicu para penggilingan harus berhenti produksi. Salah satu yang utama, kata Agus, akibat tingginya harga pembelian yang dilakukan perusahaan besar terhadap petani.

Di sisi lain para pemodal besar itu juga mampu memberi pinjaman modal pada petani. Termasuk, untuk pembelian obat-obatan hingga pupuk.

Praktis, kondisi itu membuat para penggilingan padi sekala kecil tak mampu bersaing.

Baca Juga: Kecelakaan Karambol di Mojokerto, 1 Orang Tewas

’’Pada satu sisi memang menguntungkan petani. Tapi dari sisi penggilingan padi yang kecil-kecil, tidak bisa jalan. Kita tidak mampu bersaing harga karena perusahaan itu beli lebih tinggi daripada kita,’’ paparnya.

Tak heran, di tengah musim kemarau saat ini membuat para penggilingan padi di bumi Majapahit kena imbasnya. Sekadar untuk bisa membeli bahan baku saja tidak mampu.

’’Selisih Rp 200-300 per kilogram saja sudah sangat berat. Untuk saat ini sekitar Rp 7.000 sampai Rp 7.200 per kilogram untuk gabah kering panen itu harga perusahaan, sementara kita mampunya di bawah Rp 7.000 per kilogram,’’ jelasnya.

Adanya harga batas bawah dan harga batas atas untuk pembelian ke petani sebelumnya membuat para penggilingan padi semringah.

Baca Juga: Petahana Ning Ita Bersaing Ketat dengan Menantu Kyai Asep

Namun kebijakan itu belakangan kembali dicabut pemerintah. Hingga akhirnya, harga pembelian kembali liar.

’’Akhirnya kami yang kecil-kecil tidak bisa jalan lagi, tidak mampu bersaing dengan perusahaan besar, akhirnya banyak yang gulung tikar,’’ papar Agus.

Imbasnya, lanjut Agus, situasi itu membuat lonjakan harga beras di pasaran tak bisa dihindari. Dwi

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU