Harga Beras Premium di Lamongan Naik Signifikan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 15 Feb 2024 19:40 WIB

Harga Beras Premium di Lamongan Naik Signifikan

SURABAYAPAGI.COM, Lamongan – Harga kebutuhan pokok, khususnya beras premium di kabupaten Lamongan mengalami lonjakan harga yang cukup signifikan, tembus Rp 17 ribu perkilogram.

Dari data yang dihimpun Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lamongan, harga beras pada sejumlah pasar induk berkisar di harga Rp 13.000 sampai Rp 16.000 tergantung jenis dan kualitas.

Baca Juga: Senggolan dengan Truk Gandeng, Pemotor Asal Tuban Meninggal Dunia

Pantauan terakhir, harga beras dengan kualitas premium di pasaran dan toko kelontong menyentuh harga Rp 17 ribu perkilogramnya.

Kepala Disperindag Lamongan, Anang Taufik membenarkan melonjaknya harga beras pada beberapa pekan terakhir.

Dikatakan, kenaikan harga beras dipicu dari naiknya harga gabah kering sawah yang sekarang berharga Rp 8.500 perkilonya.

"Yang kami pahami, selain harga gabah kering sawah naik juga tidak panen raya. Sekarang panen belum merata pada daerah lumbung. Kalau beras premium memang tembus Rp 17.000 per kilo," ungkap Anang, Kamis (15/2/2024).

Penyebab lain juga muncul karena faktor cuaca, yakni terjadinya El-Nino.

Kondisi ini diprediksi bakal terus terjadi sampai menunggu panen raya tiba.

Baca Juga: Sempat Bertegur Sapa, Abdul Rouf dan Robai ini Daftar Bacabup ke PDIP dan PKB

Dampak El-Nino dan belum masuk panen raya, menjadi faktor tingginya harga beras.

Menyikapi lonjakan harga, Disperindag hingga kini masif menggelar pasar murah pada sejumlah wilayah terhitung sejak awal bulan Januari lalu.

"Kita terus koordinasi, kita juga masih masif menggelar pasar murah sejak bulan Januari kemarin," bebernya.

Untuk stok Bulog , kata Anang, masih tergolong aman.

Baca Juga: Debby Putra Fadeli Ramaikan Persaingan Perebutan Rekom DPD PAN

"Kalau dibilang langka, ndak ada kelangkaan di pasar masih ada. Beras medium Bulog Rp 10.500 perkilo," katanya.

Pihaknya mengaku membatasi penjualan ke minimarket karena potensi penimbunan dan pembelian secara besar-besaran oleh warga atau istilahnya panic buying.

Diakui, ada pembatasan penjualan ke minimarket, karena kalau ada kenaikan harga cenderung warga itu beli banyak kalau nggak ada strategi pembatasan berpotensi ada tindak penimbunan dan itu malah bahaya. Lm-01/ham

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU