Jokowi Vs Megawati

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 17 Des 2024 21:02 WIB

Jokowi Vs Megawati

i

Raditya M Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Keputusan formal pemecatan Jokowi dari keanggotaan partai politik PDIP, telah ditandatangani Ketumnya, Megawati dan Sekjennya Hasto.

Pemecatan ini telah diunumkan ke publik. Media lokal , nasional dan inteenasional meliput dan memuatnya. Kini tinggal publik menilai dari sudut mana?.

Baca Juga: Pemerintah Mulai Soroti Shopaholic, Salahkah Mereka

Akal sehat saya bilang, pemecatan terhadap keanggotaan Jokowi, di parpol yang telah membesarkan nama dirinya dari tukang kayu-mebel, mencwngangkan. Ada aspek politik, hukum dan sosial. Apalagi Jokowi, dipecat bareng Gibran, anaknya dan Bobby Nasution, menantunya. kontruksi hukum dan politiknya, kuluarga Jokowi, didepak dari salah satu parpol besar di Indonesia.

Ibarat, ini sebuah perrtandingan, Jokowi melawan Megawati. Siapa pemenangnya? secara organisatoris, tidak ada yang menyangkal prmenangnya adalah putri Bung Karno, presiden pertama Indonesia .

Apalagi, Jokowi, tidak lagi punya kekuasaan. ia tidak bisa lagi menggerakan TNI-Polri, ASN maupun anggaran negara yang unlimeted

Posisi Jokowi sekarang, pensiunan Presiden. Ini kata orang Malaysia, suami Iriana, bisa disebut laskar tak berguna.

 

****

 

Menurut akal sehat saya, ada persoalan baru bagi Jokowi-Megawati. Hubungan pribadinya pun jadi renggang. Bagi Megawati, yang masih punya kekuasaan politik, dia bisa bikin statement dimana-mana dan kapanpun. Termasuk pernyataan mendegradasi Jokowi.

Juga secara kesejarahan, Jokowi, tidak bisa menghapus kontribusi PDIP pada karir politik dan sosial.

Beda dengan Soharto mengoyak sejarah Soekarno, sebagai pimpinan nasional. Mengingat saat itu, Soeharto masih punya kekuasaan politik, hukum sampai ekonomi.

Sementara Jokowi, kekuasaannya tinggal kenangan. Sebagai lawan tanding, Jokowi, ibarat badminton, ia tak bisa nyemes Megawati.

 

***

 

Baca Juga: "Berburu Harta Karun Jagat", Mirip Permainan Judi

Bagi publik, karir Jokowi di publik adalah reputasi. ini persoalan status sosialnya . Sudah banyak nitizen yang memberi komentar, pendapat sampai usulan di media sosial. Ternyata saya baca, ada pro kontra. ini gambaran, setiap orang yang telah lengser, bisa jadi olok olok. Apalagi bagi seorang tokoh nasional sekelas Jokowi. ia adalah publik figure.

Peluang berpolitik Jokowi, pasca status 'orang buangan PDIP' ngennger ke partai politik yang lain. Dan peluangnya tentu besar . Apalagi parpol di Indonesia Raya, gampang diboncengi siapa pun. Terutama yang mau keluarnya pendanaan.

 

***

 

Sampai saya menulis catatan politik malam tadi , banyak parpol yang menawarkan diri pada Jokowi . Apakah Jokowi, grusa grusu menerima? Belun tentu. Apalagi publik tahu, di parpol mana pun, Jokowi bukan kader partai dari bawah. Orang tahu, militansinya diragukan .

Kemana Jokowi? Apa salah satu tokoh yang istilah Megawati, akan ikut awut awut Konggres PDIP tahun 2025? Walahualam.

Akal sehat saya berbisik, pasca pemecatan, Jokowi, juga hadapi etika sosial. Ini persoalan mendasar bagi tokoh yang telah didepak partai politik yang telah gamblang mengusungnya hingga duduk di pucuk pumpinan tertinggi suatu negara .

Baca Juga: Hakim-hakim Miliarder, Ternyata Hasil Kejahatan

Kini, Jokowi, Gibran dan Bobby, bukan siapa siapa dimata PDIP. Mereka dipecat bersama 27 kader PDIP lainnya. Diungkap, alasan Jokowi dipecat. Pers memuat daaar hukum dan pertimbangan pemecatan. Ironis bagi tokoh yang terkena hukuman sosial seperti Jokowi. Mau banding? Megawati adalah top manajemen PDIP. Apapun komentar Jokowi, bercuap PDIP partai perorangan, Megawati punya legitimasi kuat memecat Jokowi, Gibran dan Bobby Nasution. Apakah ini yang diistilahkan nasi sudah menjadi bubur.

 

***

 

Public figure sekelas Jokowi, telah menjadi ikon atau representasi nilai-nilai tertentu dalam masyarakat. Menggunakan tolok ukur social listening tools, popularitas Jokowi dapat membantu dalam memahami tren budaya. Termasuk opini masyarakat yang acapkali berubah seiring waktu.

Dalam menganalisis sentimen dan respons terhadap public figure menggunakan social listening tools, Jokowi dapat memantau reputasinya pasca pemecatan ini. Maklum, Jokowi, memiliki keterkaitan kuat dengan kepublic figureannya.

Menggunakan pendekatan publik relations, reputasi Jokowi sebagai seorang public figure, akam selalu menjadi konsumsi publik. Perhatian baik atau buruk. Sepanjang massa, sebagai mantan presiden, apa yang dilakukan Jokowi, akan selalu menjadi bahan perbincangan di publik. Sebagai jurnalis yang mengabdi ke publik, dengan peristiwa ini, saya sungguh prihatin. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU