Anies Capres NasDem Citarasa Demokrat

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 04 Okt 2022 21:11 WIB

Anies Capres NasDem Citarasa Demokrat

i

H. Raditya M Khadaffi

Anies Rasyid Baswedan, tokoh ke-2 yang dideklarasikan sebagai bakal calon Presiden 2024. Deklarasi pertama, bulan Agustus 2022 lalu oleh Partai Gerindra. Partai ini mendeklarasikan ketua umummya sendiri, Prabowo Subianto, maju sebagai bakal calon Presiden 2024. Kapan parpol papan atas seperti PDIP, Golkar dan PKB menyusul.

Ganjar Pranowo, yang juga digadang-gadang partai NasDem tak gubris pencalonan Gubernur DKI ini. Baik sebagai Ketua Kagama maupun politisi, Ganjar tidak menanggapi, karena pencalonan capres adalah politik.

Baca Juga: Ganjar tak Hadir, Sinyal Kuat PDIP Oposisi

Ketua Umum NasDem Surya Paloh, memberi mandat ke Anies untuk memilih cawapres. Ia tak akan mencampuri. Sejauh ini, pasangan cawapres yang mengerucut Anies adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Demokrat, koalisinya.

Sementara, PKS sendiri belum memunculkan dan menyerahkan nama-nama siapa yang akan menjadi bakal calon wakil presiden.

Bila benar, Anies akan gandeng AHY, bisa jadi ini capres NasDem rasa Demokrat. Mengingat tahun 2013, Anies ikut jadi peserta konvensi capres Partai Demokrat.

Dari catatan saya, dalam Pemilu 2019, NasDem mendapat jumlah suara: 12.661.792 (9,05 persen) atau setara 59 kursi di DPR RI. Sementara, Partai Demokrat mendapat suara 10.876.057 (7,77 persen) atau setara 54 kursi.

Sedangkan, koalisi NasDem lainnya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), mendapat suara di Pemilu 2019 yakni 11.493.663 (8,21 persen). Lebih baik dari Partai Demokrat. PKS pun mendapat 50 kursi di DPR RI.

Nah, bila tiga partai ini benar jadi berkoalisi, sudah akan memenuhi persyaratan presidential threshold 20%.

 

***

 

Kini Anies sudah dideklarasikan. Beban utama ada pada partai politik NasDem yang mendeklarasikan mantan Rektor Universitas Paramadina. Sedangkan mantan Menteri Mendikbud ini orang yang dipinang partai pimpinan politisi yang dekat dengan jaringan treader minyak Petrol.

Maka itu, pertanyaan lanjutan pasca deklarasi, apakah Anies memiliki modal membangun dukungan dari seluruh Indonesia. Terutama di wilayah pulau Jawa yang memiliki jumlah pemilih sekitar 54 persen.

Saat ini dengan kekuasaan yang dimiliki sebagai Gubernur DKI, perhitungan akal sehat saya dukungan terhadap Anies terbanyak di daerah megapolitan seperti Bogor, Depok dan Bekasi. Maklum, Anies banyak dikenal warga daerah perbatasan dengan DKI Jakarta.

Pertanyaan berikutnya, sebenarnya dengan siapa Anies akan merangkul public figur yang punya modal uang dan sosial (marketable).

Saat ini publik disuguhi informasi tentang relawan Anies dan Jenderal Andhika Prakarsa, Panglima TNI. Juga partai Demokrat sudah menyorongkan AHY, Ketua umumnya mendekati Surya Paloh dan Anies Baswedan.

Tak kalah militannya, PKS juga sudah merapat ke NasDem. Selain beberapa kali pengurus PKS memuji track record Anies Baswedan selama menjadi Gubernur DKI.

Menggunakan referensi yang ada di publik, akal sehat saya berbisik Anies lebih cenderung merangkul AHY. Terutama perhitungan elektabilitas dibanding Andhika Prakarsa dan wakil dari PKS.

Analisis saya ini tak menafihkan AHY. Alasannya, SBY mendeklarasikan akan turun gunung. Arahnya mudah ditebak, Presiden RI ke-6 yang menjalani dua periode ini ingin mengawal AHY, agar benar-benar dirangkul Anies, bukan sekedar dilirik.

Baca Juga: Cari SIM Dibawah 17 Tahun, Benchmark Gibran

 

***

 

Sebagai jurnalis yang non partisan, deklarasi Anies ini bisa bermakna dua atau tiga. Surya Paloh, yang dikenal suka bicara menggelegar dan tipe ambisius, bisa jadi ingin membangun image, ia pimpinan partai modern saat ini. Makanya ia berani “mencuri start” dibanding PDIP dan Golkar dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN).

Artinya bukan tidak mungkin, deklarasi Anies yang (terlalu) dini ini, bisa digembosi parpol lain yang punya modal sosial tinggi. Terutama modal finansial dari kalangan oligarki.

Saya tak bisa menebak akankah NasDem mau menggelontorkan dana untuk kesuksesan Anies. Pertanyaan ini karena NasDem sudah memodali Anies dengan deklarasi dan publikasi-iklan melalui Media Grupnya Surya Paloh, yakni MetroTV dan harian Media Indonesia dan beberapa media online dan media elektronik lainnya.

Pertanyaan lagi, akankah partai politik NasDem memilih calon presiden Anies mengedepankan kepentingan bangsa?. Jawabannya, wait and see.

Menurut akal sehat saya, pasca deklarasi Anies, partai politik lain berproses juga. Buktinya, beberapa jam kemudian, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mendeklarasikan Ganjar Pranowo menjadi capres dipasangkan dengan Yenny Wahid, anak Gus Dur. Apalagi, PSI juga tak kulonuwun dengan Ganjar Pranowo dan partai Ganjar, yakni PDIP.

Bisa jadi partai politik lain yang telah melakukan pembentukan koalisi juga deklarasikan capresnya seperti KIB dan Gerindra.

Sebagai pemilih independen, saya percaya omongan Surya Paloh dan Anies, yang akan mengedepankan kepentingan bangsa negara.

Baca Juga: Demokrat Buka Penjaringan Bacawali Kota Kediri, Nama Vinanda Masuk Dalam Daftar

Pasca deklarasi, bisa jadi NasDem akan sibuk mengiklankan diri. Maklum Surya Paloh punya media TV, koran, media online hingga radio.

Harapannya tak lain dan tak bukan, NasDem ingin menaikkan popularitas dan elektabilitas partai politik yang dipimpinnya sekaligus bakal capres Anies Baswedan.

Bagi saya orang media, mengakui media mainstream masih memiliki kekuatan untuk mempengaruhi publik dalam menyampaikan pesannya.

Ini terlepas apakah pesan iklan NasDem berbau kepentingan politik atau terselubung dengan kemasan pemberitaan, hal pasti media tergolong sukses untuk menempatkan partai politik, bakal capres menjadi pemenang pada sebuah pertarungan. Ini catatan jurnalistik saya meliput pilpres 2014 dan 2019 lalu.

Dalam kasus NasDem, bisa jadi (terkadang) publik tidak terlalu memandang siapa pemilik media. Bahkan tak semua publik mempermasalahkan iklan yang ditampilkan para pengiklan politik.

Apalagi sejak reformasi berjalan tahun 1998. media tumbuh subur. Kecenderungan yang ada, pemilik media yang terjun ke dunia politik bisa menikmati seperti Surya Paloh. Medianya pun cukup lumayan jumlah pembaca dan pemirsanya. Tak diragukan lagi syahwat berpolitiknya Surya Paloh untuk menguasai kekuasaan akan makin mentereng. Ini konsekwensi pemilik medianya sudah menguasai informasi.

Surya Paloh melalui Metro TV, dan Hari Tanoe Sudibyo melalui MNC Group, dua bos media yang memiliki kedekatan berpolitik praktis.

Apalagi, pemilik media besar di Indonesia ini, secara kasat mata “mencapreskan diri” melalui Anies Baswedan.

Prediksi saya dengan mendeklarasikan diri capresnya sedini ini, Surya Paloh, terlalu pede bertarung untuk mengambil simpati rakyat pada Pemilu 2024 mendatang. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU