Cegah Kekerasan di Pondok Pesantren, PWNU Jatim Bentuk 40 Posko Ramah Anak

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 22 Sep 2022 13:27 WIB

Cegah Kekerasan di Pondok  Pesantren, PWNU Jatim Bentuk 40 Posko Ramah Anak

i

Ilustrasi Logo Nahdlatul Utama.

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur (Jatim) membentuk 40 pos koordinasi (posko) ramah anak yang tersebar di Jatim. Pembentukan posko ini bertujuan membantu pesantren dalam melakukan pengawasan, antisipasi, pencegahan dan penanganan cepat dan terarah. Termasuk mengantisipasi praktik kekerasan di pondok pesantren.

"Posko pesantren ramah anak akan kami resmikan dalam waktu dekat," kata Sekretaris PWNU Jatim Akh Muzakki, Kamis (22/9/2022).

Baca Juga: PWNU Jatim Juara Umum, Wakli Ketua KONI Jatim: Perlu Ada Follow Up

"Melalui program ini diharapkan memberi tambahan jaminan bagi wali santri terkait keberadaan putra-putrinya di pesantren," imbuhnya.

Muzakki mengatakan, selama ini pesantren dikenal sebagai lembaga pendidikan yang memberikan layanan pengajaran, pendidikan ilmu dan akhlak hingga memberi motivasi kehidupan. Karenanya, segala bentuk kekerasan terhadap harus dihindari.  

Langkah ini pun ditanggapi positif oleh pengelola pesantren. Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Maarif Denanyar Jombang, KH Abdussalam Shohib menyambut positif adanya posko ramah anak untuk pesantren. Sebab, dia pribadi menyatakan prihatin kalau ada kekerasan di ponpes.

"Kita semua tentu prihatin, peristiwa itu merupakan semacam peringatan kepada semuanya, terlebih kepada NU yang banyak pesantrennya," tutur Kiai Salam, cucu generasi Pendiri NU KH Bisri Syansuri.

Baca Juga: Jelang Porseni NU 2023, PWNU Jatim Seleksi 70 Pemain Sepak Bola

Sementara itu, kasus kekerasan di pesantren belakangan ini juga mengundang keprihatinan banyak pihak, termasuk kalangan pengasuh pondok pesantren. Karena itu, mereka juga mendukung upaya konkret agar masalah kekerasan dan perundungan anak tidak terjadi di pondok pesantren di masa-masa mendatang.

"Saya mendukung adanya upaya konkret agar masalah kekerasan dan perundungan anak tidak terjadi lagi di pondok pesantren di masa mendatang," kata Wakil Ketua PWNU Jatim ini.

Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu terjadi kasus penganiayaan di Pondok Darussalam Gontor Ponorogo sehingga menowasskan salah seorang santri. Santri tersebut tewas dianiaya seniornya di lingkungan pesantren seusai kegiatan perkemahan.

Baca Juga: Gubernur Khofifah Tekankan Pentingnya Harmoni Partnership dalam Keluarga

Pria yang akrab disapa Gus Salam itu menambahkan, bagi para ulama pesantren, kini pengasuh pondok pesantren memerlukan suatu cara yang sungguh-sungguh bisa diandalkan untuk mengelola santri yang tinggal di pesantren. Apalagi, pondok pesantren yang jumlah santrinya sampai belasan ribu.  

"Bisa dibayangkan bagaimana mengelola dan mengawasi sekian banyak santri, ini tentu bukan hal yang mudah. Tentu, pesantren telah membuat skema, manajemen dan lain sebagainya," tutur Gus Salam.

Perhatian PWNU terhadap ponpes mengingat NU dikenal memiliki jumlah pesantren terbanyak dibanding ormas Islam lainnya. Menurut data Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) atau Asosiasi Pondok Pesantren di bawah naungan NU, di Jawa Timur, terdapat lebih dari 6 ribu pondok pesantren, yang dikelola dari generasi ke generasi. sb

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU