Eksis Inovasikan Sampah Plastik Jadi Kerajinan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 18 Agu 2021 10:40 WIB

Eksis Inovasikan Sampah Plastik Jadi Kerajinan

i

Slamet Riyadi dengan salah satu kerajinan dari sampah plastiknya. SP/ SBY

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Sampah plastik kian melonjak namun sangat jarang orang yang mengetahui dan memahami dengan baik proses daur ulang plastik secara mekanik karena mahalnya harga mesin yang bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Melihat permasalahan tersebut, Slamet Riyadi memiliki solusi alternatif atas permasalahan sampah plastik yang tak mudah terurai oleh alam dan butuh waktu yang lama.

Baca Juga: Pasar Malem Tjap Toendjoengan Jadi Penggerak Ekonomi Lokal

Salah satu kerajinan Slamet Riyadi dari bahan sampah plastik. SP/ SBY

Slamet Riyadi memulai menjalankan usaha daur ulang sampah non-organik. Pada awalnya, dia mengolah sampah jenis plastik dan kertas. Tetapi, setelah mengamati dengan seksama, Slamet Riyadi akhirnya lebih memilih fokus di bahan aluminium foil.

Memang, bahan ini menjadi standar internasional yang digunakan untuk beberapa produk seperti susu, kemasan deterjen, pasta gigi, makanan dan obat-obatan.

Baca Juga: Kinerja Ekonomi Jatim Triwulan III 2023 Tumbuh 4,86%

Menurut BPPT, bahan aluminium foil membutuhkan waktu sekitar 170 tahun lebih agar bisa terurai sempurna oleh alam.

Bagi pak Slamet, pemilihan bahan ini untuk proses daur ulang plastik bukanlah tanpa alasan. Dia memilihnya karena pada dasarnya aluminium foil memang tahan lama, bagus, elastis dan mudah dibentuk.

Bahan-bahan yang didapatkan oleh Pak Slamet, merupakan kerjasama dirinya dengan para pemulung. Berbeda dengan sampah plastik kemasan gelas air mineral dan botol yang bernilai lumayan tinggi, aluminium foil bagi pengepul tidak ada nilainya.

Baca Juga: Jelang Tahun Baru Imlek, Perajin Lilin Ukir Banjir Pesanan Tembus Ekspor

Namun, setelah mendengar kabar bahwa ada yang memanfaatkannya, pemulung pun mulai mengumpulkan beberapa kilo aluminium foil dan dijual kepada Slamet.

Sekitar 20 pemulung mengumpulkan sampah tube pasta gigi, dibersikan, lalu dijual kepada Slamet. Namun, karena Slamet membutuhkan limbah plastik ini dalam jumlah yang besar untuk sekali proses produksi, maka dia tak mengandalkan cuma dari pemulung saja.

Dia juga memiliki kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang memiliki banyak limbah plastik tube pasta gigi rejected (tak layak jual), yaitu perusahaan PT. Delident Internasional. Dsy10

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU