Manfaatkan Limbah Batu Bara Jadi Bahan Baku NPK, Petrokimia Gresik Hemat Rp 7,4 Miliar

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 04 Okt 2022 10:35 WIB

Manfaatkan Limbah Batu Bara Jadi Bahan Baku NPK, Petrokimia Gresik Hemat Rp 7,4 Miliar

i

PT Petrokimia Gresik.

SURABAYAPAGI.COM, Gresik - PT Petrokimia Gresik kembali melakukan inovasi baru di bidang pupuk majemuk. Produsen pupuk terlengkap itu mengubah limbah batu bara, atau Fly Ash-Bottom Ash (FABA) menjadi bahan baku pengisi (filler) pupuk NPK, menggantikan clay.

Melalui terobosan baru tersebut, Petrokimia Gresik mengklaim mampu berhemat hingga mencapai Rp 7,4 miliar. Angka itu diperoleh, dari penurunan biaya pengelolaan limbah yang dilakukan oleh pihak perusahaan, serta pembelian clay yang sempat dilakukan dalam kesempatan sebelumnya.

Baca Juga: Dorong Produktivitas Tebu, Petrokimia Gresik Perkuat Kerjasama Program Makmur Bersama SGN

Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo mengatakan terobosan ini berhasil mengantarkan perusahannya yang merupakan anggota holding Pupuk Indonesia sebagai Grand Champion dalam ajang Pupuk Indonesia Quality Improvement (PIQI) 2022, beberapa waktu lalu.

“Apresiasi juga datang dari banyak pihak. Temuan ini sudah disampaikan pada sejumlah seminar level nasional dan internasional, menjadi dasar dalam pembuatan naskah akademik Balitbangtan Kementerian Pertanian, serta sudah diadopsi oleh teman-teman dari Pusri Palembang,” kata Dwi Satriyo, Senin (3/10/2022).

Petrokimia Gresik merupakan pioneer pupuk majemuk di tanah air, yang saat ini menjadi produsen NPK terbesar di Indonesia, dengan kapasitas produksi mencapai 2,7 juta ton/tahun. Meski demikian, tidak menjadikan Petrokimia Gresik berpuas diri dan bakal terus menghadirkan terobosan untuk meningkatkan daya saing NPK.

“Dari hasil uji coba, pemanfaatan FABA sebagai pengganti clay dalam pembuatan pupuk NPK, masih dalam batasan Standar Nasional Indonesia (SNI). Hasil pengaplikasian pupuknya pada tanaman padi, juga memiliki kualitas yang sama baiknya dengan pupuk NPK tanpa FABA,” pungkas Dwi Satriyo.

Baca Juga: Petrokimia Gresik Terima Kali Ketiga PROPER EMAS dari Wakil Presiden RI

Dwi Satriyo melanjutkan, inovasi ini dilatarbelakangi status Fly Ash-Bottom Ash yang tidak lagi masuk dalam golongan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021. Maka dari itu, Petrokimia Gresik melihat perubahan status ini sebagai peluang untuk bahan baku NPK.

Adapun bahan baku pembuatan pupuk NPK dapat dikelompokkan menjadi dua yakni, bahan baku utama (main material) yang membawa unsur hara seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) dan Sulfur (S). Serta bahan baku filler yang berfungsi sebagai bahan pelengkap, sekaligus perekat untuk semua bahan baku agar menghasilkan produk granul yang sempurna.

“Pada umumnya, bahan baku filler pada pupuk NPK menggunakan white clay yang biasanya diperoleh dari tambang bahan baku semen. Dengan memanfaatkan limbah batu bara yang sudah tersedia, dengan temuan ini kami tak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk pembelian clay,” jelasnya.

Baca Juga: Pemkab Gresik Bantah Ajukan Review Retribusi Lahan HPL Petrokimia ke BPKP

Pemanfaatan FABA sebagai pengganti bahan baku filler NPK juga mampu menekan biaya pengelolaan limbah FABA dari yang sebelumnya mencapai Rp269 juta perbulan menjadi nol rupiah atau turun 100 persen.

Selain itu, dampak positif lain dari inovasi ini yakni mampu meningkatkan kualitas lingkungan karena limbah dapat termanfaatkan dengan optimal (zero waste), mengurangi nilai risiko gangguan kesehatan dan keselamatan, serta kenyamanan dalam bekerja menjadi lebih baik.

Diketahui, limbah batu bara memiliki karakteristik dan kandungan yang sama dengan clay. Melalui inovasi ini tentu akan semakin meningkatkan competitiveness NPK yang diproduksi, sehingga manfaatnya juga dapat dirasakan oleh petani sebagai konsumen. grs

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU