Pengusaha Desak Kemenaker Buat Aturan No Work No Pay Demi Cegah PHK Massal

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 09 Nov 2022 12:10 WIB

Pengusaha Desak Kemenaker Buat Aturan No Work No Pay Demi Cegah PHK Massal

i

Ilustrasi industri tekstil.

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Pengusaha mendesak Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) menerbitkan aturan mengenai jam kerja fleksibel atau flexible working dengan pronsip no work no pay (tidak bekerja, tidak dibayar).

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia Sutanto memberi usul kepada Menaker Ida Fauziyah untuk mengeluarkan aturan agar perusahaan bisa memberlakukan jam kerja minimal 30 jam seminggu.Hal itu Anne sampaikan dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi IX DPR RI dan Menaker, Selasa (8/11/2022).

Baca Juga: Ketidakpastian Ekonomi dan Pendapatan, Google PHK Ribuan Karyawan

"Saat ini kan undang-undang kita menyatakan 40 jam seminggu. Untuk mengurangi jumlah PHK supaya fleksibilitas itu ada dengan asas no work no pay pada saat tidak bekerja," kata Anne.

Konsep no work no pay berarti buruh hanya dibayar jika bekerja. Sedangkan jika perusahaan lagi sepi pesanan dan buruh tidak bekerja, perusahaan tidak perlu membayar mereka.

Dalam kesempatan itu, Anne dan perwakilan pengusaha yang hadir juga meminta dukungan dari DPR. Menurut mereka, konsep no work no pay bisa mengurangi PHK.  Dengan begitu ada supremasi hukum dari kepatuhan sosial oleh dunia usaha.

"Itu izin bapak/ibu (anggota Komisi IX) di sini menyampaikan bagaimana kita bisa mengurangi dampak pengurangan tenaga kerja," ujar Anne.

Baca Juga: Menaker: Pengangguran Terbanyak di Kota Tapi Kemiskinan Terbanyak di Desa

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J Supit. Ia mengatakan kondisi perekonomian dunk yang sedang sulit, membuat permintaan terhadap produk tektil Indonesia menurun.

"Sebab, kalau tidak ada itu memang kalau kita dengan order menurun 50% atau katakanlah 30% kita nggak bisa menahan, 1-2 bulan masih oke, tapi kalau sudah beberapa bulan atau setahun saya kira pilihannya ya memang harus PHK massal," jelas Anton.

Menanggapi hal tersebut, Ida Fauziyah tak menjawab permintaan pengusaha tersebut. Ia hanya menyebutkan ada 10.765 kasus pemutusan hubungan kerja alias PHK per September 2022. Jumlah tersebut diklaim turun dari dua tahun sebelumnya.

Baca Juga: OLX Autos Indonesia Diterpa Badai PHK

"Data per September (2022) ini yang diinput sejumlah 10.765 (kasus PHK karyawan)," ucap Ida.

Berdasarkan data paparan Ida, PHK berdampak pada 18.911 karyawan pada 2019. Angka tersebut meroket pada 2020 menembus 386.877 kasus. Namun, menurun pada 2021 ke angka 127.085 sebelum akhirnya kembali turun ke 10.765 per September 2022 ini. jk

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU