Mabes Polri Cari Penimbun Kedelai

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 05 Jan 2021 22:10 WIB

Mabes Polri Cari Penimbun Kedelai

i

Salah seorang perajin tempe tengah memproduksi tempe.

Pasokan Kedelai Indonesia 80% Impor 

 

Baca Juga: Dit Tipidter Bareskrim Polri Amankan Ribuan Kayu Glondongan di Lamongan

 

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Saat ini Bareskrim Polri menurunkan tim Satgas Pangan untuk menyelidiki dugaan penimbunan pasca kenaikan harga kedelai secara nasional.

Penimbunan dan dugaan permainan harga oleh spekulan inia diduga mengakibatkan kelangkaan kedelai.

Penyelidikan dilakukan oleh tim satgas Pangan Polri di sejumlah wilayah di Indonesia. Kabareskrim Polri Komjen Pol. Listyo Sigit bersama Kasatgas Pangan Polri Brigjen Helmy Santika menyatakan telah melakukan pemeriksaan di sejumlah gudang importir dan distributor kedelai di wilayah Cikupa, Cengkareng, dan Bekasi.

"Satgas juga telah menginstruksikan satgas kewilayahan di tiap Polda untuk melakukan pengecekan harga, ketersediaan kedelai serta sentra-sentra pengolahan khususnya UMKM yang memproduksi tempe dan tahu," kata Komjen Listyo Sigit dalam keterangannya, Selasa (5/1/2021).

 

Bebani Pengusaha Tempe

Baca Juga: Perkara Pengaturan Skor Tahun 2018, Baru Dilimpahkan ke Kejaksaan Desember 2023

Sejak awal Januari 2031, harga kedelai mengalami kenaikan . Dari yang tadinya Rp7.000 menjadi di kisaran angka Rp9.000 per kilogram. Kenaikan harga kedelai dinilai membebani pengusaha dan para perajin tahu dan tempe. Mereka sempat mogok produksi selama tiga hari. Pasokan tahu dan tempe menghilang di pasaran selama 1-3 Januari 2021. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan mengklaim telah menurunkan tim untuk mencari sumber masalah mogok produksi oleh produsen tahu tempe. Pemerintah menjamin pasokan kedelai akan segera stabil.

Kasatgas Pangan Polri Brigjen Helmy Santika menambahkan, Polri telah memiliki data dan analisa ketersediaan serta kebutuhan kedelai secara nasional.

"Kami telah koordinasi dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian dan sejumlah pihak lain untuk menelusuri dugaan adanya penimbunan dan permainan harga kedelai yang melonjak sejak beberapa hari lalu," kata Helmy.

Ia juga menyebutkan bahwa perkembangan global di masa pandemi COVID-19 turut memengaruhi harga kedelai di pasar dunia. "Berdasarkan data FAO, pada Desember 2020 ada kenaikan harga kedelai di pasar global sebesar 6% dari harga awal USD435 menjadi USD461 per ton," kata Helmy.

 

Baca Juga: Firli, Saat Diperiksa di Bareskrim Nyatakan Perang Badar

80 Persen Kedelai Impor

Ketua Umum Gabungan Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syaifuddin mengungkapkan alasan di balik mahalnya harga kedelai sejak Desember 2020. Menurut dia, kenaikan harga terjadi karena mengikuti harga pasar internasional.

Sebab, sekitar 80 persen lebih kebutuhan kedelai di Indonesia ditutup oleh impor dari Amerika Serikat, Brasil, dan beberapa negara lainnya. Sementara kurang dari 20 persen dipenuhi oleh produksi lokal.

Peristiwa ini yang membuat harga kedelai impor di dalam negeri sangat bergantung pada pergerakan harga kedelai di pasar internasional. Lebih lanjut, Aip mengatakan kenaikan harga kedelai di pasar dunia terjadi karena China memborong produksi kedelai AS. n erc/jk/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU