Revitalisasi Kota Tua, Risma Diminta Berkaca

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 23 Jan 2019 08:57 WIB

Revitalisasi Kota Tua, Risma Diminta Berkaca

Prila Sherly, Alqomar Wartawan Surabaya Pagi Berkaca dari polemik Jalan Panggung yang dicat warna warni, sejumlah tokoh meminta agar Walikota Surabaya Tri Rismaharini introspeksi atau berkaca. Sebab, menghidupkan kota tua Surabaya tidak hanya sekedar pengecatan bangunan. Tapi juga mengangkat cerita sejarah dan menghidupkan perdagangan di kawasan itu. Namun pelaksanaannya, masyarakat merasa tak dilibatkan. Bahkan diwarnai dengan penggusuran pedagang kecil. ---- Selasa (22/1/2019) kemarin, Surabaya Pagi kembali mengunjungi Jalan Karet yang ternyata masih berlanjut proses pengecatan (mock up). Mui, Ketua RW di kawasan Jalan Karet dan Jalan Kembang Jepun mengaku tidak tahu menahu proses tersebut. Tidak ada sosialisasi, tiba-tiba sudah mulai perbaikan. Bila saya diberikan pemberitahuan akan bisa disampaikan pada warga pemilik bangunan, ucap Mui ditemui di kawasan Kembang Jepun. Ia menyatakan hanya diberikan perintah oleh pihak Kelurahan agar memberikan tempat untuk menaruh pasir. Kalau nantinya warna warni, saya keberatan. Ini kan bangunan lama dan bersejarah, tambahnya. Mui menambahkan revitalisasi tidak sekedar mengecat bangunan, melainkan harus meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain permasalahan mengenai sosialisasi adanya mock up yang nantinya dijadikan bentuk visualisasi, ternyata di Jalan Panggung muncul permasalahan mengenai penggusuran pedagang ikan. Romli selaku ketua keamanan di Jalan Panggung menjelaskan bahwa kawasan ini sudah menjadi lahan orang mencari nafkah (uang). Dulu di pinggir jalan banyak orang yang menjual ikan. Kini pedagangnya kocar kacir karena tidak boleh berjualan lagi. Kami belum menerima kabar mengenai penempatan untuk para pedagang, ujarnya. Catatan untuk Pemkot Ady Setyawan, ketua Komunitas Roodebrug Soerabaia melontarkan kritik dari aspek budaya ke Walikota Surabaya Tri Rismaharini. Mengingat Risma saat itu bersama empat perusahaan cat melakukan pengecatan bangunan di kawasan cagar budaya. Menurutku, kota tua memiliki karakteristik tersendiri yang tidak bisa disamakan dengan kampung biasa. Bila diberikan cat warna warni seperti sekarang ini maka karakternya menjadi bias, ungkap Ady dengan menambahkan warna warni di Jalan Panggung cenderung asal-asalan. Menghidupkan suasana kota tua Surabaya, menurut Ady Setyawan, tidak hanya sekedar mengecat. Pemkot harusnya menghidupkan cerita di balik tempat tersebut. Dua hal yang menjadi catatan untuk pihak Pemkot Surabaya, yaitu program harus mampu mengangkat cerita sejarah di kawasan dan kendala literatur mengenai Surabaya di tahun 60-70an harus diatasi dengan mengumpulkan koleksi memoar. Semuanya dilakukan agar punya nilai sejarah yang sesungguhnya, tandasnya. **foto** Wisata dan Ekonomi Menanggapi kritik dan keluhan itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, Ery Cahyadi, angkat bicara. Ia menegaskan sosialisasi kepada warga akan dilakukan pada Jumat (25/1) lusa, terkait pemilihan warna atau mock up. Menurut Ery, revitalisasi untuk menghidupkan kawasan kota tua di Surabaya utara ini termasuk Kampung Pecinan, Arab, dan Melayu. Revitalisasi ini diawali dengan Jalan Panggung, lalu dilanjutkan pada Jalan Karet dan Kembang Jepun. Target selesainya awal hingga pertengahan Mei, sehingga bisa dinikmati ketika ulang tahun Surabaya. Tujuan utama dari revitalisasi ini adalah kota yang berhasil tidak bisa melupakan sejarahnya, sehingga kami berusaha menghidupkan kota tua dengan mengingatkan adanya pusat perdagangan. Setelah revitalisasi dilanjutkan pemanfaatan melalui wisata dan perekonomian dengan pemberdayaan warga sekitar, papar Ery diwawancarai Surabaya Pagi, Selasa (21/1) kemarin. Untuk peningkatan pariwisata di kota tua, lanjut Ery, akan dibangun pedestrian walk dan penerangan jalan umum (PJU). Selain itu, di Jalan Panggung terdapat rumah kapal api dan pembuatan bakpau yang ada sejak lama. Keduanya akan diberdayakan. Di rumah kapal api, rencananya dibuka museum kopi yang menceritakan mengenai asal usul dan proses pembuatan. Sedang pembuatan bakpau akan menekankan bagaimana masih aktif hingga sekarang dan menunjukkan prosesnya, terang dia. Mengenai keluhan pedagang ikan yang digusur, Ery menyebut banyak yang tidak dari wilayah Surabaya. Rata rata mereka dari luar Surabaya yang ngeblok wilayah di pinggir Jalan Panggung, sehingga harus ditangani. Rencananya Pemkot akan memindahkan para pedagang ke dekat sungai agar lebih tertata rapi, jelas Ery. Rumah Abu dan Masjid Sementara di Jalan Karet terdapat beberapa rumah abu dan masjid yang akan menjadi pusat wisata. Rumah abu sendiri akan diceritakan kembali mengenai siapa beliau dan apa cerita di baliknya. Masjid di kawasan Jalan Karet akan menjadi destinasi wisata yang penting, karena dulunya pernah menjadi asrama haji untuk pertama kalinya, papar Ery. Jalan Kembang Jepung sendiri akan ditekankan sebagai Kampung Pecinan. Pemkot berharap masyarakat dapat berpartisipasi. Seperti ketika merayakan imlek, masyarakat mengadakan acara barongsai sendiri sehingga tidak selalu bergantung Pemkot. "Sebenarnya sebuah destinasi tidak akan hidup dan berkembang tanpa campur tangan dari masyarakat, kita hebat karena keterlibatan mereka", pungkas Ery Cahyadi. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU