Petani Tembakau Terancam Gagal Panen, DKPP Lumajang Belum Bisa Bantu

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 06 Jul 2023 12:09 WIB

Petani Tembakau Terancam Gagal Panen, DKPP Lumajang Belum Bisa Bantu

i

Gedung DKPP Kabupaten Lumajang.

SURABAYAPAGI.COM, Lumajang - Petani tembakau Kabupaten Lumajang sedang dibayangi bahaya gagal panen akibat anomali cuaca buruk dengan hujan yang turun hampir setiap hari dalam beberapa hari terakhir.

Genangan air akibat curah hujan yang tinggi tersebut membuat kondisi tanaman tembakau yang baru berusia 1-2 bulan itu terendam. Akibatnya, kondisi batang menjadi layu bahkan beberapa sudah ada yang mati.

Baca Juga: Pantai Watu Pecak, Jadi Destinasi Favorit saat Libur Lebaran

Tembakau merupakan tanaman musim kemarau sehingga sangat rentan terhadap air berlebihan. Alhasil, curah hujan yang tinggi dapat memperbesar resiko gagal panen.

Menanggapi permasalahan dan keluhan dari petani setempat yang dirugikan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) buka suara.

Kepala DPKP Kabupaten Lumajang Hairil Diani mengatakan bahwa sebenarnya telah disiapkan skema pemberian bantuan bagi petani tembakau melalui dana bagi hasil cukai dan tembakau (DBHCT).

Namun, Hairil menyarankan agar dilakukan terlebih dahulu perbaikan irigasi pada lahan pertanian tembakau.

"Melalui dana bagi hasil cukai dan tembakau sebenarnya sudah kami rencanakan. Kami arahkan kegiatannya untuk memperbaiki saluran irigasinya di lahan tembakau," kata Hairil di Kabupaten Lumajang, Rabu (5/7/2023).

Menurutnya, selain hujan yang kerap mengguyur, biang kerok terjadinya genangan air di lahan tembakau juga diakibatkan karena kualitas irigasi yang tidak memadai.

"Kemarin, kami melihat kurang baiknya sistem pembuangan airnya di lahan tembakau tersebut. Akan kami atasi," ujarnya.

Ia menuturkan bahwa para petani sebenarnya juga berhak menerima bantuan pupuk dari DPKP Kabupaten Lumajang.

"Ada beberapa alokasi yang bantuan pupuknya belum terealisasi. Khususnya ZK, sudah diagendakan sebenarnya," ungkapnya.

Meski telah direncanakan, Hairil mengaku belum bisa memastikan realisasi pemberian bantuan perbaikan irigasi maupun pupuk. Pihaknya mengakui tak mengetahui pasti jumlah alokasi dana bantuan yang akan diberikan.

"Untuk realisasinya masih belum, mungkin tahun ini, dan prosesnya terus berjalan. Namun untuk realisasinya masih belum berjalan," tandasnya.

Baca Juga: Pilu! Disabilitas Asal Lumajang Jadi Korban Rudapaksa Orang Tak Dikenal hingga Hamil dan Melahirkan

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Lumajang Dwi Wahyono mengatakan bahwa dampak dari genangan air di sawah membuat para petani tembakau terancam gagal panen.

"Kalau hujan terus gini kasihan petani. Ini semua akibat genangan air hujan selama beberapa hari ini. Saya lihat di sawah itu sudah banyak yang mati, akarnya sudah tidak normal. Banyak lahan pertanian tembakau rusak dan sudah pasti gagal panen," kata Dwi saat melakukan pemantauan lahan tembakau di Desa Kaliwungu, Kabupaten Lumajang, Selasa (4/7/2023).

Dwi menjelaskan bahwa tembakau hanya bisa bertahan tak lebih dari 24 jam jika sudah terendam air. Setelah air surut, tembakau langsung layu dan membusuk. Tak ada yang bisa dilakukan oleh petani, selain mencabut tembakau dan menanami dengan tembakau baru.

“Solusinya adalah tanam tembakau baru, karena tembakau yang terendam air akan layu dan membusuk,” ujarnya.

Selain genangan karena intensitas hujan tinggi, menurut Dwi, beberapa sawah juga tergenang akibat melubernya saluran air sungai karena sudah tak mampu menampung debit air hujan yang cukup besar.

"Selain faktor hujan, kondisi ini juga diperparah akibat saluran sekundernya dangkal jadi meluber ke sawah petani tembakau. Ini memang simalakama. Di satu sisi, petani sengaja membuat anggel di ujung sungai agar bangunan pelengsengan tidak ambruk, namun di sisi lain justru hal ini mengakibatkan air justru meluap ke sawah," jelasnya.

Pihaknya mencatat ada sekitar 50 hektar lebih tanaman tembakau yang mati akibat cuaca buruk. Puluhan hektar tembakau yang mati itu tersebar di empat kecamatan, yakni Pasirian, Tempeh, Kunir dan Yosowilangun.

Baca Juga: Pilkada Lumajang 2024, Elektabilitas Cak Thoriq Tak Terkejar

Para petani pun hanya bisa pasrah menghadapi anomali cuaca yang kerap muncul pada tahun ini. Ia menyebut, gagal panen hampir pasti menggerus harapan petani mengembalikan modal biaya tanam dan perawatan.

Dalam satu hektarnya, petani yang menyewa lahan akan mengalami kerugian sekitar 25 juta rupiah. Hitungannya, biaya produksi mulai dari sewa lahan, pembibitan, hingga pemupukan.

Sehingga dari 50 hektar lahan pertanian tembakau yang tergenang air, para petani bisa merugi sampai Rp 1,25 miliar. Jika petani merupakan pemilik lahan sendiri, maka kerugiannya bisa lebih sedikit.

“Kerugian kalau yang sawahnya nyewa itu bisa sampai Rp 25 juta per hektar, tinggal hitung kalau ada 50 hektar sudah Rp 1,25 miliar. Karena petani sudah masuk musim pemupukan pertama, artinya sudah keluar modal pemupukan juga. Udah risiko petani, mau protes juga gak bisa. La wong yang memberi hujan Sang Pencipta,” terangnya.

Kini, petani berharap tanaman tembakau mereka masih bisa diselamatkan dengan cara memperbaiki guludan tanah. Namun, hal itu pun tergantung kekuatan akar tembakau. Jika sudah rusak, lanjutnya, tembakau tidak bisa lagi diselamatkan dan terpaksa harus dicabut.

"Kita sekarang coba selamatkan, mudah-mudahan masih bisa. Tapi petani kan juga harus keluar biaya lagi sedangkan kemarin sudah habis puluhan juta,” pungkasnya. lmj

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU