Home / Hukum dan Kriminal : Sindikat Penjualan Ginjal Indonesia

RS di Kamboja, tak Ribet Tampung Ginjal

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 23 Jul 2023 20:45 WIB

RS di Kamboja, tak Ribet Tampung Ginjal

i

Sindikat jual beli organ ginjal ke sejumlah rumah sakit di Kamboja yang berhasil diungkap oleh Polda Metro Jaya, pada Jumat (21/7/2023) lalu, yang salah satunya oknum Polri.

Tiap Satu Ginjal Dihargai Rp 200 Juta, yang Rp 137 juta ke Pendonor dan Sisanya Sindikat yang Libatkan Oknum Polri dan Imigrasi 

 

Baca Juga: Arek Sidoarjo, Bawa 212 Kg Sabu dan 19.700 Butir Ekstasi

Peran Oknum Polri Rintangi penyidikan, agar para sindikat tidak tertangkap. Juga Suruh Sindikat Buang Handphone dan berpindah-pindah Lokasi Untuk Hindari Penangkapan

 

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Terungkap alasan Sindikat Penjualan Ginjal Indonesia memilih Kamboja sebagai basis aksinya. Salah satunya adalah karena rumah sakit di negara itu punya sistem administrasi yang tak rumit. Ini diindikasikan sindikat Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) internasional yang khusus menjual organ ginjal ke Kamboja, bermain rapi.

"Sindikat ini terorganisir rapi. Ada oknum petugas Imigrasi dan oknum Polri. Semuanya ditahan," kata seorang penyidik Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, yang dihubungi Surabaya Pagi di kantornya, Minggu (22/7/2023).

Diungkapkannya, sampai Minggu kemarin, jumlah tersangka sindikat perdagangan ginjal ada 12 orang. Sembilan orang merupakan sindikat dalam negeri, satu orang sindikat luar negeri, dan satu petugas imigrasi berinisial AH, serta satu orang anggota polisi berinisial Aipda M.

oknum Aipda M. Bertugas merintangi penyidikan, supaya para sindikat tidak tertangkap. Dia pun menyuruh sindikat membuang handphone dan berpindah-pindah lokasi agar terhindari dari penangkapan.

 

Tergiur Harga

Sindikat ini berhimpun karena tergiur harga yang akan diterima pendonor setelah menjual ginjal menggiurkan.

Untuk satu orang pendonor akan dibayar Rp137 juta. Dana tersebut bersih diterima pendonor tanpa harus membayar biaya apapun dari mulai berangkat ke Kamboja hingga kembali lagi ke Indonesia.

"Kalau dari rumah sakit yang masuk itu Rp200 juta. Diberikan ke pendonor itu Rp137 juta. Sisanya untuk saya dan tim itu Rp65 juta. Uang itu digunakan untuk tiket pesawat, paspor, biaya kebutuhan seperti makan dan lain-lain. Bersihnya yang saya terima itu sekitar Rp15 juta," Jelas Hanim (41), tersangka TPPO sindikat jual ginjal di Kamboja, kini mendekam di balik jeruji besi.

 

Miliki Dua Basecamp

Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Polisi Karyoto, menjelaskan, sembilan dari 12 tersangka ini merupakan sindikat dalam negeri yang berperan dalam merekrut, menampung, serta mengurus perjalanan korban. Satu tersangka lain merupakan sindikat jaringan luar negeri yang menghubungkan korban dengan sebuah rumah sakit di Kamboja. Sementara itu, dua tersangka lain di luar sindikat tersebut berasal dari oknum di instansi Polri dan imigrasi.

Polisi menyebut sindikat tindak pidana perdagangan orang (TPPO) modus penjualan ginjal ke Kamboja memiliki dua markas atau basecamp.

 

Seorang Korban Lulusan S2

Kombes Polisi Hengky Haryadi mengungkapkan dari hasil penyidikan terungkap bahwa sebagian besar motif korban TPPO ginjal ini adalah motif ekonomi. Ia menjelaskan, profesi korban TPPO ginjal ini cukup beragam mulai dari pedagang, guru privat, bahkan ada seorang lulusan S2 yang berasal dari universitas terkemuka di tanah air.

Dua markas itu berada di wilayah Kabupaten Bekas dan Cilebut, Bogor.

"Basecampnya satu di Bekasi, satu di Cilebut, Bogor," kata Hengki di Jakarta, Jumat (21/7)

 

Ada Mantan Pendonor Ginjal

Selain itu, sindikat penjualan organ tubuh manusia ini diduga terdapat di dalam negeri, karena salah satu tersangka yang merupakan mantan pendonor ginjal, melakukan transplantasi ginjal di Indonesia.

Ada sebanyak 122 orang menjadi korban sindikat Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) modus menjual ginjal ke Kamboja. Para korban berasal dari berbagai profesi yang terhimpit ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Sementara itu, Kadiv. Hubinter Polri Krishna Murti mengatakan para korban dibawa ke Kamboja untuk kemudian operasi transplantasi ginjal di salah satu rumah sakit milik pemerintah Kamboja, yakni RS Preah Ket Mealea.

 

RS Terbesar di Kamboja

Preah Ket Mealea Hospital merupakan rumah sakit militer Kamboja. Preah Ket Mealea Hospital berlokasi di Ibu Kota Kamboja, Phnom Penh.

Dikutip dari military-medicen.com, Preah Ket Mealea Hospital merupakan salah satu rumah sakit terbesar di Kamboja yang melayani baik tentara maupun sipil. Rumah sakit tersebut dipimpin Ahli Bedah Umum Mayjen Kong Saly.

Dikutip dari The Phnom Penh Post, Perdana Menteri Hun Sen menyarankan agar Kementerian Kesehatan mempertimbangkan kemungkinan mengiklankan operasi transplantasi ginjal di negara tersebut, karena Kamboja memiliki kemampuan untuk melakukannya dengan operasi ginjal yang berhasil dilakukan di sini sejak 2010.

Dalam judul berita bertajuk 'Publicise Kingdom as kidney transplant destination: PM' yang terbit pada 22 Maret 2022 lalu, Perdana menteri juga mendesak para dokter untuk mengikuti sumpah Hipokrates mereka dan melakukan yang terbaik untuk kesejahteraan rakyat.

Hun Sen membuat panggilan tersebut pada 21 Maret saat peresmian Rumah Sakit Persahabatan Preah Kossamak Kamboja-Tiongkok di distrik Tuol Kork ibu kota-yang dilengkapi dengan peralatan medis modern dan dilengkapi dengan hibah lebih dari $80 juta dari Tiongkok.

Baca Juga: Bobol Data Warga AS, Arek Suroboyo Libatkan Orang India

 

Peran PM Hun Sen

Perdana Menteri Hun Sen mencatat bahwa Kamboja tidak mempublikasikan ide tersebut lebih awal karena khawatir hal itu akan menimbulkan kekhawatiran yang tidak rasional tentang perdagangan organ ginjal.

 

Kesaksian Tersangka Hanim

Hanim, setelah ditangkap aparat kepolisian, Jumat (21/7) mengatakan pihak rumah sakit juga dirasa peduli terhadap pendonor.

Hanim (41), tersangka TPPO sindikat jual ginjal di Kamboja, kini mendekam di balik jeruji besi.

Hanim merupakan mantan korban jual ginjal.

Berawal pada 2018, Hanim terimpit dengan kondisi perekonomian yang buruk. Ia pun mencari informasi seputar jual ginjal di internet.

"Saya cuma ngelihat postingan-postingan dari situ itu ada yang isi postingan itu 'dibutuhkan donor ginjal A, B, AB , atau O, syaratnya ini ini ini' setelah itu saya inbox akun yang mempostingnya. Setelah ada respons saya kirim persyaratannya lewat messenger. Setelah itu saya langsung disuruh ke kontrakan brokernya itu di sekitaran Bojong Gede," ujar Hanim kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jumat (21/7/2023).

 

Beberkan Transaksi Jual Ginjal

Hanim, membeberkan detail perekrutan hingga transaksi jual beli organ ginjal yang dilakukan di Kamboja. Hanim menyebut pihaknya biasa menjerat para korban melalui grup-grup yang ada di Facebook.

Jaringan di bawah komando Hanim, akan memantau aktivitas dan pertukaran informasi di sejumlah grup yang ada di Facebook. Grup-grup ini yang memang khusus berbagi informasi tentang donor ginjal.

"Lihat grup, jika ada calon pendonor yang mem-posting langsung hubungi melalui inbox, bukan di kolom komentar," kata Hanim saat memberikan pernyataan setelah ditangkap aparat kepolisian, Jumat (21/7).

Dari sana, pihaknya akan menghubungi korban hingga terjadi kesepakatan. Setelah kedua belah pihak setuju, para korban ini akan dikumpulkan di kontrakan yang berlokasi di Bekasi tepatnya di wilayah Tarumajaya.

 

Baca Juga: Buat Website Palsu, Arek Suroboyo Bobol 30.000 Data Warga AS

Tunggu Kabar dari Kamboja

Di markas itu, broker atau penyalur akan menunggu informasi dari pihak rumah sakit di Kamboja tentang kesiapan melakukan transplantasi ginjal. Dalam merekrut korban, Hanim juga biasa menunggu instruksi dari seseorang yang dia sebut dengan nama Miss Huang.

Miss Huang adalah perantara, penyalur komunikasi antara broker di Indonesia dengan agen di rumah sakit Kamboja.

Miss Huang meminta sekitar 10-20 orang pendonor dalam satu kali keberangkatan.

Ketika pihak rumah sakit siap, Hanim akan dihubungi untuk segera berangkat ke Kamboja. Pemberangkatan biasanya dilakukan dari Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali dan Bandara Soekarno Hatta di Tangerang, Banten.

"Kalau rumah sakit sudah siap kita berangkatkan, dan tinggal di sana di lantai 3 (Rumah Sakit di Kamboja)," katanya.

 

Serangkaian Tes

Di rumah sakit tersebut, para pendonor akan melakukan serangkaian tes. Mulai dari medical check up hingga tes pencocokan DNA dengan calon penerima ginjal.

Para pendonor juga harus memenuhi beberapa syarat kesehatan. Mulai dari ukuran ginjal yang tidak boleh terlalu besar, tidak ada riwayat penyakit menular seperti hepatitis hingga HV, tidak diabetes, darah tinggi dan penyakit-penyakit lainnya yang bisa membahayakan pendonor maupun penerima ginjal.

"Kalau cocok kita akan pertemukan dengan pasien, kemudian tanda tangan persetujuan," katanya.

 

Bisa Tunggu Berbulan-bulan

Terkait dengan waktu tunggu donor bermacam-macam. Ada yang lima hari setelah proses pemeriksaan selesai bisa langsung operasi. Tapi ada juga yang harus menunggu hingga berbulan-bulan. Hal ini bergantung pada kesiapan pendonor dan penerima.

Sementara untuk pendonor yang telah selesai dioperasi akan diobservasi hingga 10 hari di lantai 4 rumah sakit itu. Observasi dilakukan untuk melihat apakah ada komplikasi dan gejala kesehatan memburuk setelah dilakukan proses donor ginjal.

"Kalau sudah lima hari biasanya boleh pulang dan kembali beraktivitas di Indonesia," katanya

Para tersangka didakwa melanggar undang-undang perdagangan orang dan menghadapi hukuman maksimal 15 tahun penjara dan denda hingga 600 juta rupiah ($40.040) jika terbukti bersalah. n jk/erc/cr3/ap/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU