Home / Opini : Kasih Karunia

Orang Yahudi Tolak Yesus

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 05 Mei 2024 21:17 WIB

Orang Yahudi Tolak Yesus

Ada buku anak-anak Antisemitisme. Buku anak-anak Antisemitisme ini diterbitkan pada tahun 1936 di Nuremberg, Jerman. Judulnya, dalam bahasa Jerman, diterjemahkan menjadi "Anda Tidak Dapat Memercayai Seekor Rubah di Padang Rumput dan Sumpah Orang Yahudi: Buku Bergambar Untuk Orang Tua dan Muda." Sampulnya menggambarkan seekor rubah di padang rumput dan sebuah karikatur orang Yahudi yang sedang bersumpah.

Hanne Hirsch Liebmann menceritakan pelecehan dan sentimen anti-Yahudi di Jerman.

Baca Juga: Ka'bah, Bagi orang Nasrani

Keluarga Hanne memiliki sebuah studio fotografi. Pada Oktober 1940, dia dan anggota keluarganya yang lain dideportasi ke kamp Gurs di selatan Prancis. Pada September 1941, Children's Aid Society (OSE) menyelamatkan Hanne dan dia pun bersembunyi di panti asuhan di Le Chambon-sur-Lignon. Ibunya tewas di Auschwitz. Pada 1943, Hanne memperoleh dokumen palsu dan pindah ke Swiss. Dia menikah di Jenewa pada 1945 dan memiliki anak perempuan pada 1946. Hanne pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1948.

Benjamin (Ben) Meed menceritakan kondisi di Warsawa setelah pendudukan Jerman pada 1939.

Pengalaman antisemitisme pertamanya, Ben adalah seorang anak dari empat bersaudara yang lahir dalam keluarga Yahudi yang religius.

Jerman menginvasi Polandia pada tanggal 1 September 1939. Setelah Jerman menduduki Warsawa, Ben memutuskan untuk melarikan diri ke timur Polandia yang diduduki Soviet. Namun, dia kemudian memutuskan untuk kembali ke keluarganya dan selanjutnya ke ghetto Warsawa.

Ben kemudian ditugaskan untuk bekerja di suatu kelompok kecil di luar ghetto, dan membantu menyelundupkan orang-orang keluar dari ghetto--termasuk Vladka (Fagele) Peltel.

Ia seorang anggota Organisasi Tempur Yahudi atau Jewish Fighting Organization (ZOB), yang di kemudian hari menjadi istrinya. Selanjutnya dia bersembunyi di luar ghetto dan menyamar sebagai warga Polandia non-Yahudi. Selama pemberontakan ghetto Warsawa pada tahun 1943, Ben bekerja dengan anggota bawah tanah lainnya untuk menyelamatkan para pejuang ghetto, dengan membawa mereka keluar melalui gorong-gorong dan menyembunyikan mereka di sisi "Arya" di Warsawa.

Setelah pemberontakan tersebut, Ben melarikan diri dari Warsawa dengan menyamar sebagai orang non-Yahudi. Setelah pembebasan, dia dipertemukan kembali dengan ayah, ibu, dan adik perempuannya.

Ernest G. Heppner, merupakan salah satu dari tiga anak yang lahir dalam sebuah keluarga Yahudi di kota perdagangan Breslau, yang memiliki komunitas Yahudi terbesar di Jerman.

Ayahnya, seorang veteran Perang Dunia I, memiliki sebuah pabrik yang membuat matzah, roti tanpa pengembang yang digunakan selama liburan Paskah Yahudi. Ernest berusia 12 tahun ketika Hitler naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 1933.

1933-39: Aku sering mendapat masalah di sekolah karena orang-orang mengata-ngataiku. "Pembunuh Yesus" dan "ayahmu membunuh bayi Kristen untuk Paskah" merupakan olokan paling umum. Banyak yang beranggapan bahwa Nazi hanyalah tren politik sesaat, tapi pada 1935 undang-undang mereka semakin semena-mena. Tanda-tanda bertuliskan, "Orang Yahudi dilarang masuk" pun bermunculan. Pada 1938, setelah sinagoge kami dibakar (saat Kristallnacht), kami menyadari bahwa kami harus keluar dari Jerman. Karena keluargaku hanya mampu membeli dua tiket, aku dan ibuku pun menumpang kapal ke Asia, meninggalkan keluarga kami.

1940-44: Aku tiba di Shanghai yang dikuasai Jepang, satu-satunya tempat bagi pengungsi yang tidak memiliki visa. Di sana, sebagai supir relawan untuk Pasukan Relawan Shanghai tentara Inggris, aku mendapatkan makanan dan hidup lebih baik dari sebagian besar pengungsi. Setelah peristiwa Pearl Harbor, pada Desember 1941, kondisi pengungsi di dalam kota memburuk--Dana bantuan Amerika, penopang hidup para relawan, tidak sampai ke Shanghai.

Pada 1943, di bawah tekanan Jerman, Jepang pun membangun sebuah ghetto.

Baca Juga: Cari Sahabat

Ernest tinggal selama dua tahun di ghetto Shanghai tersebut sebelum kota itu dibebaskan pada tahun 1945. Setelah perang usai, dia bekerja untuk Angkatan Udara A.S. di Nanking, Tiongkok, selama beberapa tahun, dan kemudian beremigrasi ke Amerika Serikat.

Gad Beck, dibesarkan di Berlin. Ayahnya merupakan seorang imigran Yahudi dari Austria. Ibu Gad telah berpindah agama ke Yudaisme. Keluarga Beck tinggal di bagian wilayah yang miskin di Berlin, yang sebagian besar dihuni imigran Yahudi dari Eropa Timur. Ketika Gad dan saudara kembar perempuannya, Miriam, berusia 5 tahun, keluarga Beck pindah ke distrik Weissensee Berlin, tempat Gad masuk sekolah dasar.

1933-39: Aku baru berumur 10 tahun ketika Nazi naik ke tampuk kekuasaan. Sebagai salah seorang dari kelompok kecil murid Yahudi di sekolahku, aku segera saja menjadi sasaran komentar antisemitisme: "Bisakah aku duduk di tempat lain, tidak di sebelah Gad? Kaki Yahudinya sangat bau." Pada tahun 1934, orang tuaku memasukkanku ke sekolah Yahudi, tapi sekolahku harus terputus saat aku berumur 12 tahun karena mereka tidak sanggup lagi membiayai sekolahku. Aku kemudian bekerja sebagai asisten toko.

1940-44: Sebagai anak dari pernikahan campuran [Mischlinge], aku tidak dideportasi ke bagian timur sebagaimana warga Yahudi Jerman lainnya. Aku tetap berada di Berlin tempat aku terlibat dengan kegiatan bawah tanah, membantu warga Yahudi melarikan diri ke Swiss.

Singkat cerita, sepanjang sejarah kaum Yahudi telah menghadapi purbasangka dan diskriminasi, yang dikenal dengan istilah antisemitisme. Setelah hampir dua ribu tahun yang lalu diusir oleh bangsa Romawi dari tanah yang sekarang bernama Israel, mereka menyebar ke seluruh penjuru dunia dan berusaha mempertahankan kepercayaan dan budaya khas mereka sembari hidup sebagai kaum minoritas.

Anehnya, di beberapa negara kaum Yahudi disambut baik, dan mereka hidup berdampingan secara damai dengan tetangga mereka untuk kurun waktu yang lama.

Di masyarakat Eropa yang mayoritas penduduknya Kristen, kaum Yahudi merasa menjadi semakin terisolasi sebagai orang luar. Kaum Yahudi tidak meyakini kepercayaan Kristen bahwa Yesus adalah Anak Tuhan, dan banyak kaum Kristen yang menganggap penolakan untuk menerima sifat ketuhanan Yesus ini sebagai sikap arogan. Padahal, selama berabad-abad, Gereja mengajarkan bahwa kaum Yahudi bertanggung jawab atas kematian Yesus, tanpa mengindahkan fakta, sebagaimana yang diyakini para sejarawan. Dicatat, Yesus dieksekusi oleh pemerintah Romawi karena para petinggi menganggapnya sebagai ancaman politis terhadap kekuasaan mereka. Selain konflik bermuatan agama terdapat juga konflik ekonomi. Para penguasa memberlakukan pembatasan-pembatasan atas kaum Yahudi, yaitu dengan melarang mereka menduduki posisi-posisi tertentu dan menjadi pemilik tanah.

Baca Juga: Pendeta Gilbert

Pada saat yang sama, karena Gereja awal tidak mengizinkan riba (peminjaman uang dengan bunga), kaum Yahudi mengisi peran vital (tapi yang tak disukai) sebagai penalang uang bagi mayoritas masyarakat Kristen.

Dalam masa-masa yang lebih susah, kaum Yahudi menjadi kambing hitam atas banyak permasalahan yang mendera masyarakat. Sebagai contoh, mereka dipersalahkan atas "Kematian Hitam," wabah yang merenggut nyawa ribuan orang di seluruh Eropa pada Abad Pertengahan.

Hingga kini, di mayoritas masyarakat Eropa yang mayoritas penduduknya Kristen, kaum Yahudi merasa menjadi semakin terisolasi sebagai orang luar. Kaum Yahudi tidak meyakini kepercayaan Kristen bahwa Yesus adalah Anak Tuhan, dan banyak kaum Kristen yang menganggap penolakan untuk menerima sifat ketuhanan Yesus ini sebagai sikap arogan.

Padahal, sejarah mencatat oendiri agama Kristen adalah seorang Yahudi bernama Yesus, yang lahir di Betlehem, Palestina, antara tahun 8 hingga 4 SM.

Perlu diingat bahwa Yesus Kristus lahir dan hidup sebagai orang Yahudi selama di dunia. Demikian pula murid-murid-Nya yang dipilih-Nya dan ditinggalkan-Nya untuk meneruskan pemberitaan Injil, yaitu Keduabelas rasul, semuanya orang Yahudi asli.

Mengutip Britannica, seorang Yahudi dalam pengertian yang lebih luas adalah orang yang merupakan keturunan Ibrani di Alkitab. Pada zaman kuno, seorang Yahudi mulanya anggota Yehuda, sebuah suku yang merupakan salah satu dari 12 suku penguasa Tanah Terjanjikan. Seorang Yahudi juga bisa merupakan warga Kerajaan Yehuda. Yahudi merupakan umat Musa as.

Ada kisah tentang Yesus Ditolak Oleh Orang Yahudi (Yoh. 10: 22 – 30). Pertanyaannya mengapa Yesus ditolak oleh orang Yahudi? Yesus ditolak oleh orang Yahudi, karena mereka menganggap Yesus bukan Mesias yang dijanjikan. (Maria Sari)

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU