Eri-Armudji, Mengukir Sejarah

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 13 Nov 2024 19:42 WIB

Eri-Armudji, Mengukir Sejarah

i

Raditya M Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Pencoblosan Pilkada Surabaya, akan dilakukan pada tanggal 27 Novemver 2024 mendatang. Hari pencoblosan ini berlaku serentak se Indonesia. Berarti Hari "H" kurang 14 hari.

Besar kemungkinan duet cawali Surabaya, Eri Cahyadi-Armudji, akan mengukir sejarah di Surabaya. Ya! Keduanya saya prediksi bisa memperoleh suara mayoritas warga kota. Prediksi saya, duet yang diusung PDIP bersama seluruh parpol di DPRD Surabaya, akan memperoleh minimal 85% suara rakyat.

Baca Juga: Pagi Sarapan Nasi Uduk, Siang Nasi Rp 10 Ribu

Prediksi saya ini bukan bak sebuah lembaga survei. Tapi saya menggunakan  perhitungan tren pemilih dari tahun ke tahun ditambah kinerja Eri Cahyadi-Armudji, sebelumnya.

Pilkada tahun 2020, Eri Cahyadi-Armuji meraup 597.540 suara dan Machfud Arifin-Mujiaman meraih 451.794 suara. Parpol pemilih Machfud Arifin-Mujiaman, kini merapat ke Eri-Armudji. Secara logika matematika, minimal 75% pemilih Machfud Arifin, akan berlabuh ke Eri-Armudji, yang punya program pembangunan jelas. Sementara bumbung kosong tak ada yang mengkampanyekan program pembangunan.

Pilkada tahun 2015, cawali usungan PDIP, Risma-Whisnu memperoleh suara sebesar 86,3% menggungguli rivalnya pasangan dari Demokrat dan sejumlah parpol yaitu Rasiyo-Lucy yang hanya memperoleh 13,7%.

 

***

 

Pilkada selalu berbarengan dengan isu partisipasi politik. Saat ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mematok target nasional tingkat partisipasi masyarakat dalam pilkada serentak  sebesar 77,5 persen. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mematok target 80 persen, tetapi KPU menargetkan 75 persen, sehingga disepakati bersama 77,5 persen secara nasional.

Komisioner KPU Kota Surabaya optimistis target 75 persen pemilih bisa tercapai dalam Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya.

Alasannya, antusiasme masyarakat Kota Surabaya ketika KPU melakukan sosialisasi dinilai sangat tinggi. Sosialisasi, KPU Surabaya akan melibatkan seluruh elemen masyarakat dan instansi terkait. Harapannya, partisipasi pemilih dapat meningkat secara signifikan di Pilkada 2024.

Proyeksi jumlah penduduk Kota Surabaya pada tahun 2024 adalah 3.021.043 jiwa.

Tapi jumlah warga kota yang punya hak pilih hanya sebanyak 2.229.224 orang. Ini hasil penetapab Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Surabaya menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pilkada 2024.

Rincian DPT itu terdiri dari pemilih jenis kelamin laki-laki sebanyak 1.081.042 orang dan perempuan 1.148.202 orang. Mereka akan menggunakan hak pilihnya di 3.964 Tempat Pemungutan Suara (TPS). Tersebar di 31 kecamatan dan 153 kelurahan.

Saat pilkada tahun 2015, tingkat partisipasi pemilih secara umum hanya 64,23 % persen.

Hal ini lebih rendah daripada target yang dipatok KPU sekitar 75,5 %. Tercatat partisipasi pemilih terendah di wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya.

 

***

 

Baca Juga: Kursus Kecantikan, Lakukan Treatment Derma Roller, Malpraktikkah?

Saya catat ada program berkelanjutan dari Eri Cahyadi dan Armuji. Pasangan calon tunggal Pilkada Kota Surabaya, ini tetap mengunggulkan sejumlah program unggulan gratis, mulai dari pendidikan hingga kesehatan.

Eri berjanji bahwa di masa jabatan keduanya, ia akan melanjutkan layanan kesehatan gratis untuk masyarakat. Eri nyatakan, tiap tahun akan mengalokasikan sekitar Rp500 miliar untuk layanan warga berobat gratis.

Selain itu, ia juga berkomitmen untuk melanjutkan program pendidikan gratis pada jenjang SD-SMP negeri.

Di periode pertamanya, Eri menyebutkan bahwa ia sudah menggelontorkan anggaran Rp1,2 triliun untuk Biaya Operasional Sekolah Daerah (Bopda) bagi siswa-siswi SD-SMP.

Dalam periode keduanya, pendidikan gratis ini tidak hanya akan berlaku untuk SD-SMP, tetapi juga untuk SMA.

Bahkan Eri juga berjanji akan menaikkan insentif bagi Kader Surabaya Hebat (KSH), RT, RW, dan LPMK. Luar biasa kepedulian Eri Cahyadi dan Armuji pada warga kota kelas menengah bawah. Bahasa politiknya, keduanya adalah cawali-wawali pro-rakyat.

 

***

 

Baca Juga: Polisi Rekayasa Kasus Dipecat, Diumumkan ke Publik, Presisi

Eri-Armudji, kini melawan kotak kosong.  Ini menyentuh fenomena calon tunggal melawan kotak kosong. Walaupun fenomena kotak kosong bukan suatu hal yang baru, akan tetapi tetap mengejutkan masyarakat yang memicu perdebatan tentang dampaknya terhadap demokrasi di Indonesia.

Dalam catatan sejarah, kotak kosong pertama kali muncul pada Pilkada 2015, ketika Mahkamah Konstitusi mengeluarkan putusan pilkada tetap dilaksanakan meski hanya ada satu pasangan calon, dalam putusan tersebut, MK juga memberikan alternatif bagi pemilih dengan menambahkan kotak kosong sebagai pilihan dan semenjak itu kotak kosong menjadi fenomena yang terus berulang di beberapa Pilkada berikutnya, termasuk pada tahun 2024 ini.

Hingga awal November 2024, baru dari MAKI yang ajak tak lebih 20 warga Surabaya ml deklarasi mendukung kotak kosong di Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Surabaya 2024. Deklarasi dilakukan di depan gedung DPRD Surabaya, Selasa (17/9).

Mereka memprotes hanya ada satu bakal pasangan calon saja yang mengikuti Pilwalkot Surabaya, pasangan petahana Eri Cahyadi-Armuji.

Koordinator aksi Harijono menyebut pihaknya ingin mengajak masyarakat untuk memilih kotak kosong, sebagai wujud protes terhadap para pimpinan partai. Tapi gaungnya sayup sayup saja. Aksinya terkesan caper, cari perhatian parpol.

Dalam pandangan saya, aksi kotak kosong itu mencerminkan dinamika politik yang kompleks. Di Pilwali Surabaya tahun 2024 ini, sejumlah partai-partai besar bersatu dalam satu koalisi mengusung duet Eri-Armudji.

Faktualnya, duet kader PDIP Eri Cahyadi-Armuji yang diusung seluruh partai atau 18 partai politik yang ada di Surabaya pada Pilwalkot Surabaya 2024. Dia akan melawan kotak kosong pada pencoblosan 27 November 2024 nanti.

Praktis kader PDIP ini berkoalisi menguasai perpolitikan di tingkat lokal Surabaya. Ini bisa jadi ada keterbatasan partai politik di Surabaya dalam mempersiapkan kader-kader partai yang berkualitas untuk bersaing dalam pilkada. Mereka seperti dianggap enggan untuk mencalonkan figur yang dianggap tidak memiliki peluang menang menghadapi duet Eri-Armudji.

Ini bukti, sampai kini di Surabaya belum ada tokoh politik yang semumpuni Eri-Armudji. Selain belum ada parpol yang mendanai kadernya maju menjadi cawali. Isyarat Eri-Armudji, mengukir sejarah perpolitikan di Surabaya. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU