Akademisi dan Politisi Golkar : Eri Cangkrukan di Balai RW, Bukan Politik Populis

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 28 Okt 2021 20:36 WIB

Akademisi dan Politisi Golkar : Eri Cangkrukan di Balai RW, Bukan Politik Populis

i

Eri Cahyadi saat cangkrukan di Balai RW 3, Kecamatan Krembangan Kota Surabaya, Rabu (27/10/2021) malam.

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Gaya politik Eri Cahyadi terbilang cukup unik. Sebelum terpilih menjadi walikota Surabaya, kampanye berbasis konten kampanye terkait kinerja Wali Kota Tri Rismaharini dengan tagline 'Meneruskan Kebaikan' jadi salah satu modal politik.

Pasca dilantik, bak ikan di dalam air, politisi asal PDIP ini dengan lincahnya mengandeng sejumlah petinggi partai oposisi. Dalam bahasa Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura sekaligus peneliti Survey Center (SSC) Surokim Abdussalam, gaya politik Eri Cahyadi adalah politik gotong-royong.

Baca Juga: Wakil Ketua DPRD Surabaya Sambut Delegasi Perdagangan dari Tiongkok

"Beliau bisa kemana-mana, bisa membuat cair hubungan politik itu. Beliau datang sowan ke partai ini, ke partai ini sehingga silahturohminya itu membawa efek akhirnya semua partai bisa menerimanya. Dan simpul-simpul yang sebelumnya terkunci itu akhirnya terbuka," Kata Surokim kepada Surabaya Pagi, Kamis (28/10/2021).

Setelah mengamankan posisi oposan, kini Eri mulai menarget pada masyarakat. Salah satu strategi politiknya adalah dengan berkantor di balai RW. Lokasi pertama yang dipilihnya adalah Balai RW X, Kelurahan Ngagelrejo Wonokromo. Dalam keterangannya, ia menyebut, tujuannya untuk menyerap aspirasi masyarakat.

"Cangkrukan semacam ini harus terus digalakkan. Maka segala permasalahan yang ada di tengah masyarakat bisa dicarikan titik solusi penyelesaiannya," kata Eri dilansir Surabaya Pagi dari Antara.

Sekali tepuk dua lalat mati, sekali Eri bergerak, kepentingan masyarakat dan pergerakan partai oposan berada dalam kontrolnya. Bagi Surokim, gaya politik seperti ini, dinilai sangat tepat khususnya dalam masa pandemi covid-19. Karena untuk mengatasi pandemi, dibutuhkan kerjasama dan gotong royong baik antara yang dipimpin maupun yang memimpin.

"Saya kira beliau mulai menyeimbangkan antara kepentingan politik dan kepentingan masyarakat.  Soal harmonisasi dan relasi dengan partai politik beliau rawat dengan baik. Saya lihat ada keguyuban yang lebih intens, silaturrohim yang lebih terbuka, sehingga menimbulkan kegotongroyongan," katanya.

"Memang pandemi covid-19 ini jadi momen kegotongroyongan itu. Karena dalam politik, kesempatan dan momen kalau muncul disaat yang bersamaan itu adalah keuntungan," tambahnya seraya mengingatkan "Tetapi sekali lagi, politik itu dinamis, perkembangannya tergantung kondisi,"

Saat dikonfirmasi apakah gaya politik dengan berkantor di Balai RW menjadi bagian dari politik populisme, Surokim menjelaskan secara pasti.

Merujuk pada  buku "the global rise of populism,  ia menjelaskan, pemimpin populis biasanya berperilaku buruk. Salah satu contoh yang digunakannya adalah Donald Trump dan Presiden Filipina Duterte.

Ditambah lagi, pemimpin populis juga cenderung memainkan situasi krisis dan selalu siap sedia untuk bermain offensive. Karena pemimpin populis harus meyakinkan masyarakat atau pendukungnya bahwa ialah satu-satunya pahlawan yang mendengarkan keluhan masyarakat kecil. Sehingga oposan atau musuhnya harus dipertahankan, yang kemudian menaikan citranya di masyarakat kecil.

"Kalau beliau justru mengedepankaan harmonisasi dan gotong royong. Jadi saya kira ini politik model baru," katanya.

"Karena kalau kita melihat pastisipasi publik di Surabaya dalam mengevaluasi kinerja pemerintah cukup tinggi. Artinya itu tidak bisa dilakukan dengan gaya-gaya kepemimpinan yang biasa. Butuh inovasi, butuh, butuh terobosan untuk memastikan program tereksekusi dengan baik," tambahnya.

 

Sambutan Warga

Poniman salah satu warga Wonorejo Surabaya sekaligus ketua SWK Wonorejo menyambut baik langkah Eri Cahyadi yang berkantor di Balai RW.

Baca Juga: KPU Kota Surabaya Mulai Seleksi Calon Anggota PPK dan PPS Pilkada 2024

Meski begitu, bagi Poniman, berkantor saja tidaklah cukup untuk menyelesaikan persoalan masyarakat khususnya berkaitan dengan kebutuhan hidup sehari-hari di masa pandemi.

"Silahkan mau berkantor dimana saja silahkan. Tapi rakyat itu butuh bantuan bukan kunjungan mas," kata Poniman.

Ia pun meminta agar, walikota dapat memperhatikan UMKM khususnya yang berada di sentra wisata kuliner (SWK) dengan sejumlah bantuan modal. Mengingat selama masa pandemi yang berujung pada kebijakan PPKM, banyak SWK yang merugi.

"Ya kita tunggu janji beliau. Katanya akan diberikan bantuan untuk SWK tapi sampe sekarang belum ada. Kita tunggu saja, semoga dengan berkantor di Balai RW, bantuannya segera tiba," katanya berharap.

 

Harus Konsisten

Terpisah, Ketua Golkar Surabaya Arif Fathoni saat dihubungi menyampaikan apresiasinya kepada orang nomor 1 di Surabaya. Menurutnya, langkah yang dilakukan oleh Eri dengan berkantor di Balai RW merupakan bagian dari upaya menampung aspirasi masyrakat.

"Jadi beliau ingin memastikan segala agenda atau program yang ada, apakah masyarakat telah menikmati secara langsung hasilnya atau tidak," kata pria yang akrab disapa Toni.

Baca Juga: KPU Surabaya Paparkan Seleksi Calon Panitia Pemilihan Gubernur dan Walikota Tahun 2024

"Ketika berkantor di balai RW mendapatkan keluhan, katakanlah ada di RW X ada keluahan A, B, C, D, keputusan bisa diambil secara langsung tanpa harus melalui meja rapat," tambahnya.

Selain ingin mendengar aspirasi masyarakat, tindakan Eri juga dinilai sebagai bentuk keteladanan bagi camat, lurah maupun RT, RW agar selalu mendekatkan diri dengan warganya.

"Bagian dari keteladanan agar organ di bawah Eri Cahyadi dalam hal ini camat dan lurah wajib mendengarkan apa yang menjadi harapan masyarakat Surabaya," ucapnya.

Toni pun menepis tindakan Eri bagian dari politik populisme. Baginya, tindakan populisme selalu bermuara pada kebijakan pemerintah yang menyenangkan masyarakat. Sementara, gaya kepemimpinan Eri adalah dengan mendengarkan aspirasi masyarakat.

"Politik populisme ya yang menyenangkan semua pihak. Seperti bantuan langsung tunai. Kalau blusukan, mencoba mendekatkan diri dengan masyarakat, saya rasa tidak. Tujuannya kan agar antara pemimpin dengan rakyat tidak terlampau jauh," ucapnya.

Kendati begitu, Toni berharap tindakan Eri cahyadi yang berkantor di Balai RW selalu konsisten dilakukan. Ia pun memberikan target minimal 20% dari total balai RW yang ada di Surabaya harus didatangi oleh Eri.

"Sehingga semua masyrakat dapat merasakan kehadiran pemimpin di tengah masyarakat," ujarnya. sem/rl

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU