Gelaran Hari Raya Karo, Kemenag Kanwil Jatim Tetapkan Ngadiwono Sebagai Desa Kerukunan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 14 Agu 2022 16:12 WIB

Gelaran Hari Raya Karo, Kemenag Kanwil Jatim Tetapkan Ngadiwono Sebagai Desa Kerukunan

SURABAYAPAGI.COM, Pasuruan - Tepat pada hari Sabtu (13/8/2022), masyarakat Suku Tengger Bromo yang bermukim di kawasan Brang Kulon, Pasuruan merayakan Hari Raya Karo. 

Hari Raya Karo ini dirayakan oleh suku Tengger pada setiap tanggal 15 Bulan Karo (kedua) tahun saka, pembukaan Hari Raya Karo dipusatkan di pendopo Balai Desa Tosari. Sejumlah tamu undangan dari Kanwil Kemenag Jatim, TNBTS, Pemkab Pasuruan, Muspika Kecamatan Tosari, dan Kades se-kecamatan Tosari turut hadir memeriahkan. 

Baca Juga: Penetapan Jasa Konsultan Perencanaan di Kementerian Agama Sampang, Diduga Kongkalikong

Tradisi Hari Raya Karo dibuka dengan upacara yang dipimpin oleh seorang romo dukun yang membacakan puja mantra pembukaan Hari Raya Karo (mekakat). Namun doa penutup upacara nantinya dilakukan oleh pimpinan lintas agama, Hindu, Kristen, dan Islam. 

Seusai Mekakat, warga Suku Tengger disuguhkan oleh penampilan Sodoran atau Tari Sodoran yang diperagakan oleh warga dari masing-masing desa Suku Tengger yang ada di Bromo.

Menurut Eko Warnoto selaku Dukun Pandita Tengger, Sodoran adalah tarian yang dianggap Sakral. Tari Sodor melambangkan gerakan-gerakan simbolisasi asal mula (proses) lahirnya manusia. Selain itu Tari Sodor dalam perayaan Karo merupakan perlambang cikal bakal Suku Tengger dari leluhur mereka Joko Seger dan Roro Anteng. 

"Sodoran hanya ditampilkan saat Hari Raya Karo saja, sehingga sangat sakral," jelas Eko Warnoto. 

Baca Juga: Tercatat 1.665 Calon Pengantin di Jatim Gagal Menikah

Para penari Sodor atau disebut juga Pengantin Sodor berjumlah 12 orang. Mereka menggunakan sodor (tongkat) dalam pementasannya. Pada klimaks tariannya, akan mengeluarkan biji-bijian dari tongkat yang disimbolkan sebagai kesuburan. 

Makna Hari Raya Karo sendiri bagi masyarakat Suku Tengger di Gunung Bromo adalah sebuah refleksi kehidupan. 

"Mereka akan mawas diri, dari mana sejatinya manusia berasal, dan akan kemana tujuan kehidupan selanjutnya atau disebut Sangkan Paraning Dumadi. Serta saling menjaga kerukunan dengan sesama manusia," terang Eko Warnoto. 

Baca Juga: Tercatat 626 CJH Jatim Meninggal Dunia

Rangkaian peringatan Karo akan ditutup oleh tradisi Ojung di Desa Wonokitri.

Secara tradisi, upacara perayaan Hari Raya Karo masih tetap dilestarikan bagi seluruh warga suku Tengger di Gunung Bromo. Hal ini sekaligus sebagai ciri khas dari warga Tosari yang sangat menjunjung tinggi toleransi dan kerukunan antar umat beragama. 

"Hari Raya Karo ini diperingati oleh warga Tengger yang beragama Hindu, Kristen, maupun Islam. Mereka menjaga kelestarian dan tradisi adat istiadat leluhur namun kerukunan beragama juga terjaga dengan sangat baik disini. Untuk itulah, kami dari Kanwil Kemenag Jatim sangat mendukung upaya warga Tosari dalam mewujudkan toleransi antar umat beragama. Yang sesuai dengan program kami di tahun toleransi 2022 ini," jelas Dr. H Nawawi, M.Fil. selaku Kabag TU Kanwil Kemenag Jatim. By

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU