Menjaga Kestabilan Harga Pangan Jelang Ramadan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 11 Mar 2022 11:30 WIB

Menjaga Kestabilan Harga Pangan Jelang Ramadan

i

Salah satu pedagang cabai di Pasar Tradisional Kapasan Surabaya/ Foto: Sammy Mantolas

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Tatkala hari raya tiba, sejumlah bahan pangan merangkak naik secara eksponensial. Kondisi ini sudah jadi lagu lama di Indonesia, baik saat ramadhan, Idul Fitri, ataupun saat natal dan tahun baru.

April mendatang, sejumlah warga beragama Islam akan merayakan bulan suci ramadhan. Namun, gelagat kenaikan bahan pangan mulai terjadi dibeberapa pasar tradisional.

Baca Juga: Meriah, Lomba Patrol Ramadhan Diikuti Ratusan Pelajar dan Karang Taruna Se Kota Mojokerto

Pemerintah dibuat kalangkabut dengan kondisi ini. Bahkan tak sedikit dari sejumlah kepala daerah yang melakukan operasi pasar demi memastikan kestabilan pangan jelang ramadhan.

Salah satunya yang dilakukan oleh Wakil Walikota Surabaya Armuji. Dengan ditemani beberapa OPD, dirinya meninjau langsung beberapa pasar, salah satunya adalah Pasar Pabean.

"Setelah kami cek harga beberapa bahan pokok mengalami kenaikan seperti harga ayam, tetapi untuk cabai rawit ada pada kisaran Rp 45.000 per kilogram. Jangan sampai ada gangguan distribusi sehingga ketersediaan stok aman jelang Ramadan," kata Armuji.

Selain operasi pasar, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan berbagai pihak dari lintas sektor seperti Satgas Pangan untuk melakukan ketersediaan bahan pokok di sejumlah pasar dan distributor.

Klaim Kemendag

Terkait kestabilan harga, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Oke Nurwan, menyebut stok bahan pangan pokok aman dengan rata-rata ketahanan di atas sebulan. Kondisi tersebut, katanya, diupayakan tetap terjaga.

"Stok semua Insya Allah aman. Semua bahan pangan pokok terutama 12 kebutuhan pokok, pemerintah pastikan ketersediaan 12 komoditas semua di atas satu bulan ketahanannya," kata Oke dalam gelaran virtual belum lama ini.

Kendati stok terjaga, ia mengaku ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan dibanding bulan sebelumnya, misalnya saja bawang, cabai, dan kedelai.

Harga bawang merah naik hampir 20 persen menjadi 37 ribu rupiah per kilogram (kg) yang disebabkan oleh kerusakan tanaman di sentra produksi akibat curah hujan yang tinggi saat panen, sehingga produktivitas turun sekitar 50 persen menjadi empat ton per hektare.

Baca Juga: Pertengahan Ramadhan, Harga Sembako di Pasar Tradisional Mulai Berangsur Landai

Sedangkan harga cabai merah keriting naik 45 persen menjadi 50.500 rupiah per kg, cabai merah besar naik 38 persen menjadi 47.300 rupiah per kg, dan cabai rawit merah yang juga naik 43 persen. Berdasarkan informasi dari Asosiasi Cabai Indonesia, kenaikan harga cabai disinyalir lantaran, tertundanya masa pemetikan karena curah hujan yang tinggi di sentra produksi.

Lebih lanjut, Oke menjelaskan untuk harga kedelai naik 7,5 persen menjadi 11.500 rupiah per kg di tingkat perajin dan di tingkat eceran di atas 13 ribu rupiah per kg.

"Kenaikan kedelai disinyalir akibat turunnya produksi di negara-negara Amerika Selatan, serta biaya produksi lebih tinggi karena inflasi dan batasan pergerakan gara-gara pandemi," ucapnya.

Antisipasi Penimbun

Sementara itu, Pakar ekonomi Universitas Airlangga, Prof. Tjiptohadi Sawarjuwono menyampaikan, selain operasi pasar, pemerintah wajib melakukan pengawasan secara holistik. Khususnya yang berkaitan dengan tindakan oknum yang menimbun bahan pangan.

Penimbunan kata Prof Tjipto, biasanya dilakukan jauh sebelum hari-hari besar, seperti Idulfitri dan Ramadan, dengan stok yang disimpan di gudang sambil menunggu tingginya permintaan pedagang kecil dan masyarakat sehingga harganya bisa diatur pula.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Bagikan 6 Ribu Paket Sembako Serentak di 31 Kecamatan

Para penimbun biasanya menyimpan barang di awal Ramadan dan akan mendapatkan keuntungan besar sejalan dengan semakin mendekatnya Idulfitri.

"Saya kira penimbunan ini yang harus diantisipasi. Karena mereka maksud saya para penimbun ini baru akan menjualnya saat permintaan begitu tinggi menjelang Idulfitri," kata Prof. Tjipto kepada Surabaya Pagi.

Ketika modus penimbunan ini tidak dikendalikan, kebijakan ekonomi dengan penyeragaman harga melalui Harga Eceran Tertinggi (HET) dinilai tidak akan signifikan.

Oleh karenanya, diharapkan kerja Satgas Pangan semakin ditingkatkan baik jelang hari raya maupun saat hari raya itu tiba.

"Ini memang pekerjaan berat. Dan saya kira harus berkolaborasi dengan stakeholders yang lain seperti kepolisian dalam upaya memerangi modus penimbunan jelang hari raya. Kalau ini bisa dikendalikan, saya kira kestabilan harga akan terjaga dan stok pangan juga aman," pungkasnya.  (Sem)

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU