Koalisi Besar, Terselip Matahari Kembar

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 12 Apr 2023 21:17 WIB

Koalisi Besar, Terselip Matahari Kembar

i

H. Raditya M Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Koalisi Besar, sudah menggelinding ke publik. Politisi yang paling aktif menendang, yakni Ketua Umum PAN. Kepentingan politiknya, PAN tuan rumah memunculkan wacana Koalisi besar. Zulhas, sapaan Zulkifli Hasan seperti mengelola momentum. Usai diwacanakan, Zulhas menemui Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Mementum itu ia gunakan untuk membranding sosok Prabowo, satu satunya matahari dalam wacana koalisi besar? Zulhas belum memfollow-upi, wacana koalisi besar menjadi koalisi besar sungguhan. Ini tidak mudah.

Kerikil-kerikil kecil belum diperhitungkan. Misalnya Partai Golkar jauh sebelumnya sudah mencapreskan Ketua Umumnya, Airlangga Hartarto. Pencalonan Airlangga dicetuskan dalam forum Munas Partai Golkar.

Baca Juga: KH Marzuki, Diduga Kandidat Rival Pragmatisnya Khofifah

Kini muncul wacana Sandiaga Uno, lompat dari Partai Gerindra ke PPP. Diluaran, Sandiaga sudah dibrand bakal jadi capres atau cawapres PPP.

Dalam pandangan saya, di wacana koalisi besar ada tiga matahari. Belum gagasan PDIP, mau bergabung ke Koalisi besar asal RI -1. Gambarannya ada 4 matahari. Adakah matahari-matahari ini mau mengalah tidak terbit di ufuk timur? Misal tiga matahari langsung terbenam di ufuk barat. Ini menurut akal sehat saya tantangan bagi Jokowi, yang disebut Zulhas, komando wacana Koalisi besar.

 

***

 

Matahari itu bisa dianalogikan gambaran sosok pemimpin. Sekiranya PDIP jadi masuk koalisi besar membawa misi RI-1, bisa menyelipkan adanya matahari kembar atau dualisme capres di Koalisi besar.

Kekhawatiran akan matahari kembar capres di satu koalisi pasti memiliki kepentingan parpol.

Bila terjadi, bisa ditebak Koalisi Besar tetap sebuah wacana.

Saya duga bisa timbul urusan-urusan politik di dalam koalisi besar?

Kekhawatiran ini bakal memunculkan transaksi politik. Bisa ditebak bakal ada gesekan pengaruh terkait dengan kekuasaan. Koalisi besar akan menghadapi problem. Artinya bakal ada dua pihak yang ngejar proyek. Juga tim tim pemenangan.

Logikanya dua capres ini akan saling mengamankan. Dua capres dalam satu koalisi Ini berpeluang mengganggu harmoni karena ada dua matahari kembar. Dan ini bisa membuat atmosfer tidak sehat di koalisi besar .

Gambarannya seolah ada dua matahari dari arah Barat dan Timur.

Astronom amatir, Marufin Sudibyo menjelaskan peristiwa yang menampakkan seolah matahari ada di dua arah mata angin itu, disebut dengan Sun Dog, atau fenomena optik parhelion atau parhelia.

Fenomena optik parhelia ini merupakan fenomena biasa, meskipun diakui Marufin, agak jarang terjadi apabila dibandingkan dengan kemunculan Halo Matahari.

Menurut Marufin, fenomena sun dog atau matahari kembar ini merupakan fenomena indah dan menarik, tetapi tak pernah dikait-kaitkan dengan 'wahyu keprabon'.

Dalam tradisi Jawa, wahyu keprabon ada pada ndaru, kilatan cahaya putih-kebiruan di langit malam, yang dikaitkan sebagai pertanda akan datangnya bencana.

Juga dalam tradisi Asia Barat, wahyu keprabon justru berdasarkan pada posisi planet-planet di rasi-rasi bintang tertentu yang menjadi kajian Pseuosains bernama astrologi. Subhanallah.

 

Baca Juga: Jokowi-Mega, Hanya Relasi Politik

***

 

Awal April 2023 ini ada kejutan yang datang. Sosok Prabowo Subianto, jadi fenomena baru terkait elektoral. Dalam survei calon presiden (capres) teranyar Lembaga Survei Indonesia (LSI), Prabowo berhasil menyalip Ganjar Pranowo dan menempati posisi teratas.

Adapun survei terbaru LSI ini dilakukan pada periode 31 Maret-4 April 2023 dengan total 1.229 responden.

Dalam simulasi 3 nama capres, Prabowo mengungguli Ganjar dan Anies Baswedan. Prabowo mendapat suara 30,3%. Kemudian di posisi kedua Ganjar dengan angka 26,9%, disusul Anies 25,3%.

Elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP anjlok dalam survei yang digelar Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 31 Maret - 4 April 2023 atau dua hari setelah FIFA membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu merupakan partai yang menolak kedatangan Timnas Israel ke Indonesia, hingga berujung pembatalan tuan rumah dari FIFA.

PDIP misalnya di Januari 2023 masih 22 persen, turun 19,3 persen pada Februari, dan 17,7 persen pada April 2023.

Penurunan elektabilitas pasca penolakan terhadap Timnas Israel juga dialami Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Elektabilitas kader PDI Perjuangan itu anjlok hingga 8,1 persen.

Ganjar mengalami penurunan selama dua bulan terakhir, turun 8,1 persen dari 35 ke 26,9 persen.

Apakah saat ini Ganjar Pranowo, representasi PDIP. Catatan jurnalistik saya menulis belum tentu. Mega menyatakan yang bakal diusung bacapres PDIP adalah kadernya.

Baca Juga: Sandra Dewi, Perjanjian Pisah Harta, Sebuah Strategi

Sejauh ini berbagai lembaga survei hanya menampilkan dua kader PDIP yaitu Puan Maharani dan Ganjar Pranowo.

Puan, di kalangan anggota PDIP dikenal putri mahkota yang dipersiapkan Megawati untuk meneruskan trah Soekarno. Selain ada lagi putra mahkota Prananda Prabowo.

Publik tak bisa memantau Elektabilitas Prananda Prabowo.

Apalagi sejak Ultah PDIP Januari lalu, ada anggapan Megawati tak akan memberikan tiket bakal capres kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Meski, Ganjar memiliki elektabilitas dan popularitas cukup tinggi.

Lalu siapa kader PDIP yang disorongkan Mega ke Koalisi Besar?

Akal sehat saya tak ada lagi kader PDIP, yang bisa bersaing menandingi elektabilitas Prabowo Subianto.

Konklusinya pernyataan PDIP harus RI -1 di koalisi besar, sepertinya gertak sambal atau sikap basa basi. Mengingat riil politik, record Prabowo jauh dari Puan. Bisa jadi tak bakal ada selipan bacapres kembar di koalisi besar.

Dengan tren berbagai lembaga survei sampai awal April 2023, tampaknya, Megawati tak "mampu" menyiapkan putri mahkota dan putra mahkotanya untuk meneruskan kepemimpinan di PDIP dan trah Soekarno, ke anak biologisnya.

Juga Megawati bisa disadarkan ia memimpin PDI era Orde Baru dulu, bukan disiapkan. Tapi kecelakaan politik.

Prabowo, yang mengaku pengagum Soekarno, apakah tidak layak disebut anak ideologi Presiden pertama Indonesia? Secara fisikal Prabowo, rutin memakai jas ala Soekarno? ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU