Moeldoko : ''Konsep Marhaenisme Bertujuan Mencari Keadilan dan Kesejahteraa''

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 11 Sep 2023 14:07 WIB

Moeldoko : ''Konsep Marhaenisme Bertujuan Mencari Keadilan dan Kesejahteraa''

i

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko bersama dengan kelompok petani modern di Gedung Bina Graha, Jakarta, Senin (11/09/2023).

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Kelompok tani modern dinilai memiliki tujuan dalam meningkatkan pertanian dan kesejahteraan petani nasional, dan memiliki konsep Neo Marhaenisme.

Moeldoko, selaku Staf Kepresiden mengatakan bahwa kelompok tani modern merupakan bagian dari konsep Neo Marhaenis.

Baca Juga: MAB Kembangkan Truk Sampah Listrik yang Hemat Ongkos Operasional

“Anda lahir dengan konsep baru yang lebih memberikan jalan terang atas pertanian Indonesia, maka saya berani mengatakan Anda bagian dari konsep Neo Marhaenis,” kata Moeldoko di Gedung Bina Graha, Jakarta, Senin (11/09/2023).

Adapun pemikiran Marhaenisme ini Moeldoko menjelaskan bahwa Presiden pertama RI Soekarno, kala itu bertemu dengan petani yang bernama Marhaen, yang memiliki alat produksi dan sebidang lahan, namun kondisinya masih memprihatinkan. Adapun melalui konsep Marhaenisme ini, Bung Karno ingin petani meningkatkan kesejahteraannya.

Baca Juga: AHY tak Ambil Pusing dengan Moeldoko

Staf Kepresidenan yang juga merupakan Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) itu melihat bahwa tujuan dari konsep Marhaenisme ini sendiri adalah mencari keadilan dan kesejahteraan.

Ia juga menekankan bahwa kehadiran petani modern dengan solusi dan inovasi digital, tak ada bedanya dengan konsep Marhaenisme Bung Karno yang ingin meningkatkan keadilan dan kesejahteraan bagi petani. Adapun Moeldoko menyebutnya sebagai Neo Marhaenisme.

Baca Juga: Sri Mulyani-Prabowo, Bertukar Senyum

“Konsep Marhaen adalah seorang petani yang punya alat produksi, punya sebidang lahan. Alat produksinya berbeda. Kalau dulu alat produksi mungkin sebuah cangkul, sekarang alat produksi yang dimiliki mereka adalah gadget yang bisa mengubah menjadi metafarm. Ini perbedaannya,” jelas Moeldoko.

Moeldoko juga berharap akan adanya kebijakan baru di masa mendatang untuk mentransformasi pertanian kedepannya. Karena dirinya berpendapat bahwa pertanian ke depan memerlukan pendekatan yang berbeda. jk-04/Acl

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU