Masih Langka dan Mahal, Beras Premium di Surabaya, Belum Dikirim Jokowi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 16 Feb 2024 20:33 WIB

Masih Langka dan Mahal, Beras Premium di Surabaya, Belum Dikirim Jokowi

i

Rak toko yang biasanya diisi oleh beras kemasan 5 kilogram, tampak kosong. SP/Aini

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya- Pasca perayaan pemilu serentak yang dilakukan di seluruh penjuru Indonesia, beras kualitas premium kemasan 5 kilogram masih langka di retail modern seperti minimarket. Meski demikian, stok besar kualitas tersebut masih tersedia di pasar tradisional tapi harga masih cukup tinggi.

Hasil pantauan Surabaya Pagi langsung ke Pasar Wonokromo, Surabaya beras kualitas premium dengan kemasan 5 kilogram masih bisa ditemui. Salah satu pedagang mengaku belum ada kiriman terbaru dan harga masih sesuai dengan minggu kemarin.

Baca Juga: Menperin: Beras Analog Sagu Jadi Alternatif Pangan Utama Pengganti Beras Padi

"Ini (menunjuk beras) semua masih kiriman Minggu lalu mbak, belum ada kiriman baru. Harga juga masih sama," terang pemilik toko Ana, Surabaya, Jumat (16/2/2024).

Pemilik toko, yang enggan menyebutkan namanya itu membeberkan harga beras kualitas premium masih berada di rata-rata Rp75 ribu hingga Rp85 ribu per 5 kilogramnya.

"Yang merek Pin-Pin masih sama mbak, 85 ribu. Kalau yang Siip ini 75 ribu," ucapnya.

Sedangkan harga beras kualitas medium masih berada di angka rata-rata Rp15 ribu perkilogram.

"Kalau yang ecer (kualitas medium) ini jarang dicari orang, cuma yang beli biasanya dari pedagang nasi," terang perempuan setengah baya usia 40 tahunan itu.

Ia pun berharap dan meminta kepada pihak pemerintah dengan kelangkaan dan meroketnya harga beras ini bisa segera teratasi.

"Jangan mahal-mahal. Kasihan juga pedagang-pedagang kecil seperti kita ini. Kalau pun mahal, yang penting stok ada," harapnya.

Sementara itu, tim Surabaya Pagi juga meninjau ke beberapa minimarket di wilayah Surabaya dan Sidoarjo. Terpantau rak toko yang biasanya diisi oleh beras kemasan 5 kilogram itu, tampak kosong.

Pegawai toko menyebut, belum ada kiriman baru. "Masih kosong kak, maaf. Belum tahu dikirim kapan," tutur pegawai minimarket di daerah Waru, Sidoarjo itu. 

 

Baca Juga: Pemerintah Terkejut Harga Beras di Pasar Tradisional Masih Mahal

Janji Jokowi

Sehari sebelumnya, Presiden Jokowi melakukan peninjauan ke Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Kamis (15/02/2024).

Kedatangan Presiden untuk memastikan secara langsung bahwa stok beras tersedia dengan jumlah yang mencukupi, untuk kemudian didistribusikan ke ritel, pasar swalayan, hingga pasar-pasar di daerah.

 Jokowi menyebut bahwa harga beras yang berada di atas harga normal saat ini disebabkan oleh belum masuknya hasil panen serta terganggunya jalur distribusi.

“Suplai itu karena memang panennya belum masuk, yang dari produksi dipanen belum masuk ke pasar. Distribusinya juga terganggu di urusan banjir di Demak, di Grobogan, itu mempengaruhi,” ujarnya.

Kendala ini, imbuh Presiden, dapat diatasi dengan suplai pasokan beras dari Perum Bulog.

Baca Juga: Harga Beras di Situbondo Berangsur Turun

“Saya kira sudah diselesaikan lewat pengiriman dari Bulog juga ke daerah, Bulog ke Pasar Induk Cipinang. Nanti dilihat, saya kira dalam kurun seminggu-dua minggu ini berasnya akan sedikit turun, sambil nunggu panen. Kalau panen rayanya datang lagi, pasti sudah biasa lagi,” ujarnya.

Selain itu, untuk mengendalikan harga beras, Presiden Jokowi juga telah menginstruksikan jajaran terkait untuk mendistribusikan suplai beras ke pasar dan ke daerah, baik beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) maupun beras komersial.

“Sudah, pokoknya pasar minta berapa pun, beri. Daerah minta berapa pun, beri, baik yang SPHP maupun yang komersial, beri. Barangnya ada,” ucapnya.

Presiden Jokowi juga menepis anggapan bahwa kenaikan harga beras dipicu pemberian bantuan pangan dari pemerintah. Menurut Presiden, pemberian bantuan pangan kepada masyarakat justru merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam mengendalikan harga beras dengan meningkatkan suplai di masyarakat.

“Tidak ada hubungannya sama sekali dengan bantuan pangan beras, tidak ada hubungannya sama sekali (kenaikan) harga. Karena justru ini yang bisa mengendalikan, karena suplainya lewat bantuan sosial ke masyarakat sehingga justru itu menahan harga tidak naik. Kalau enggak, justru melompat. Ini rumus supply dan demand. Kalau suplainya diberikan dan terdistribusi dengan baik, otomatis harga akan terkendali,” jelasnya. ain,erc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU