Bahlil Peringati Perekonomian RI Jangan Sampai Seperti Inggris

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 07 Feb 2023 09:32 WIB

Bahlil Peringati Perekonomian RI Jangan Sampai Seperti Inggris

i

Menteri Investasi/ Kepala BKPM Bahlil Lahadalia. Foto: Kementerian Investasi.

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia memperingati agar Indonesia senantiasa waspada dan meminta Indonesia untuk tidak mengikuti jejak Inggris.

Pasalnya, Bahlil menerangkan, Inggris mengalami ketidakstabilan ekonomi usai terjadinya transisi kepemimpinan. Hal ini diakibatkan salah mengambil kebijakan soal pajak yang justru direspons negatif oleh pasar keuangan dan menyebabkan nilai tukar poundsterling jadi berada di bawah dolar AS.

Baca Juga: Menteri Bahlil, Diinvestigasi Wartawan

Sebagai informasi, nilai tukar poundsterling terhadap dolar per Senin (6/2/2023) tercatat sebesar USD1,20 per poundsterling.

"Artinya yang mau saya sampaikan, hati-hati. Stabilitas kepemimpinan nasional dalam konteks membawa ekonomi itu harus betul-betul kita pikirkan,” kata Bahlil dalam Kuliah Umum bertajuk “Menggenjot Investasi di Masa Sulit”, dikutip Selasa (7/2/2023).

Kendati demikian, Bahlil optimistis bahwa kepemimpinan Indonesia dengan semangat kolaborasinya akan mampu melewati berbagai tantangan yang disebabkan oleh melemahnya kondisi ekonomi global.

Baca Juga: KPK Pelajari Dugaan Penyalagunaan Wewenang Menteri Bahlil Soal Izin Usaha Pertambangan

“Bagaimana Indonesia? Indonesia tidak seberat seperti di global, kita punya secercah harapan yang besar terutama dengan kolaborasi, kehati-hatian, dan leadership,” tegasnya.

Menurut Bahlil, hal itu tercermin dari realisasi investasi tahun 2022 yang mencapai Rp1.207,2 triliun, naik 34,0% jika dibandingkan investasi tahun 2021 atau melebihi target yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yaitu Rp1.200 triliun.

Baca Juga: Menteri Kabinet Jokowi, Klaim Urus Investasi dengan Cara Hantu!

"Ini syarat utama pertumbuhan ekonomi kita di atas 5%," ujarnya.

Maka dari itu, ia mengingatkan bahwa stabilitas kepemimpinan nasional sangat penting dalam mementukan nasib perekonomian. jk

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU