Persaingan Makin Sengit, SPBU Swasta Ajukan Izin Penambahan Unit

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 18 Okt 2022 14:05 WIB

Persaingan Makin Sengit, SPBU Swasta Ajukan Izin Penambahan Unit

i

SPBU Swasta.

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak ( BBM ) seperti Pertalite dan Pertamax beberapa waktu lalu membuat persaingan bisnis BBM antara PT Pertamina (Persero) dengan perusahaan swasta semakin kompetitif.

Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi Direktorat Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Maompang Harahap mengatakan terdapat sejumlah pengajuan izin penambahan unit SPBU yang disampaikan badan usaha swasta hingga akhir tahun ini. Namun, pihaknya enggan memberi tahu detil jumlahnya.

Baca Juga: Kementerian ESDM: Pendaftaran Beli LPG 3 Kg Diperpanjang hingga Mei 2024

"Jumlah (SPBU) ini masih akan bertambah karena ada beberapa pengajuan izin yang masih dalam proses," kata Maompang, Selasa (18/10/2022).

Sebagaimana diketahui, Pertamina menaikkan harga beberapa produknya mulai 3 September 2022. Harga Pertalite naik dari sebelumnya Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter. Harga Solar subsidi berubah dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter. Selanjutnya, harga Pertamax nonsubsidi naik dari Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.

Para perusahaan SPBU swasta pun menyusun sejumlah untuk memperbesar bisnisnya dan menggaet lebih banyak pelanggan. Salah satunya, PT Shell Indonesia menjadi perusahaan yang menikmati hadirnya peluang dari penyesuaian harga Pertamax, Solar subsidi dan Pertalite dari Pertamina.

Presiden Direktur dan Country Chair Shell Indonesia Ingrid Siburian mengatakan, penyesuaian harga BBM oleh Pertamina, cukup berpengaruh terhadap peningkatan penjualan BBM milik Shell.

“Ada tren positif dari penyesuaian harga itu [BBM Pertamina], karena dilihat dari meningkatnya volume kendaraan yang datang ke SPBU kami. Tapi ini kan masih baru, September lalu. Jadi kalau ditanya dampaknya secara menyeluruh kita perlu monitor dulu tapi kita lihat ada tren positif,” ujar Ingrid.

Baca Juga: Berkat Program Biodiesel Pasar Domestik, Negara Hemat Rp 120 Triliun

Sementara itu, Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, persaingan tersebut sangat wajar terjadi karena saat ini pasar untuk industri hilir sudah dibuka secara bebas. Dengan demikian, masyarakat dapat memilih BBM sesuai kelebihan masing-masing.

"Jadi, masyarakat juga punya pilihan untuk mendapatkan BBM sesuai dengan kelebihan masing-masing dan juga kantong mereka," ucap Mamit, Selasa (18/10/2022).

Menurut Mamit, dengan banyaknya SPBU swasta yang bermain di hilir maka setiap badan usaha akan berusaha untuk memberikan dan mempromosikan produk andalannya. Namun, pihak swasta juga diminta memperhatikan penyebaran SPBU-nya.

Baca Juga: Kementerian ESDM Targetkan Konversi 150 Ribu Motor Listrik di 2024

"Hanya saja saya kira swasta juga harus fair. Mereka jangan hanya membangun SPBU di wilayah gemuk saja, tetapi juga wilayah di luar Pulau Jawa, khususnya Indonesia Timur," tuturnya.

"Bahkan harus ke wilayah 3T biar merasakan bagaimana sulitnya pendistribusian BBM di Indonesia," imbuhnya.

Sebelumnya diketahui, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengimbau kepada perusahaan yang masuk pada bisnis hilir penyaluran bahan bakar minyak alias BBM untuk melakukan penetrasi pembangunan SPBU di kawasan yang masih minim infrastruktur. jk

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU