Tokoh Wanita Surabaya, tak Setuju Janda Diberi Sembako

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 31 Agu 2021 21:10 WIB

Tokoh Wanita Surabaya, tak Setuju Janda Diberi Sembako

i

Ilustrasi karikatur

Jumlah Janda di Jatim Capai 2,79 Juta saat Pandemi Covid-19

 

Baca Juga: DPR dan Rakyat, Akui Harga Bapok Tinggi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya – Hingga pandemi Covid-19 sudah berjalan hampir dua tahun, kasus meninggal Covid-19 di Jawa Timur sudah mencapai 28.203 orang. Selain 383.189 orang yang terjangkit positif Covid-19. Dampak dari pandemi Covid-19 itu, banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan terutama kepala keluarga yang menjadi tulang punggung keluarganya, meninggalkan istri dan anaknya. Alhasil, dalam satu tahun terakhir, sudah 2,79 juta perempuan di Jawa Timur berstatus janda.

Dari data Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK), dari 2,79 juta perempuan berstatus janda itu, selain diceraikan suaminya, juga dalam satu semester terakhir banyaknya suami mereka yang meninggal dunia akibat Covid-19.  

Jumlah tersebut merupakan 20 persen dari total jumlah keluarga di Jawa Timur sebanyak 13,82 juta keluarga. "Kota Surabaya menjadi wilayah terbanyak perempuan berstatus janda," ucap Kepala DP3AK Jatim Ardiyanto, baru-baru ini.

Ardiyanto menuturkan, selama pandemi Covid-19 perempuan yang ditinggal meninggal suaminya juga menjadi jadi single parent.  Para janda tersebut terpaksa menjadi orang tua tunggal bagi anak-anak mereka.

Ardiyanto menyebut, kondisi ini dapat memicu stres yang tinggi bagi mereka, terutama dalam masalah ekonomi.  "Khusus Covid-19 ini akhirnya banyak perempuan memilih jadi single parent ini harus jadi perhatian pemerintah juga," katanya.

 

Pemerintah Turun Tangan

Tingginya angka perempuan yang menjanda itu menjadi perhatian dua tokoh perempuan Surabaya, yakni Aning Rahmawati, politisi PKS yang duduk menjadi anggota Komisi C DPRD Surabaya dan Reny Widya Lestary, Ketua DPC Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Kota Surabaya yang dihubungi terpisah Surabaya Pagi, Selasa (31/8/2021) kemarin. Dua tokoh perempuan ini meminta juga turut andil pemerintah untuk mengatasi janda yang terdampak akibat Covid-19.

“Kehilangan orang-orang tercinta bisa memicu kesedihan yang mendalam.  Maka dari itu self healing ini harus dilakukan oleh perempuan- perempuan yang sedih saat kehilangan suaminya apa lagi saat ini banyak yang meninggal akibat pandemi,” kata Aning Rahmawati,  Selasa (31/8/2021).

Untuk itu, ia melihat, dengan self-healing diharapkan perempuan yang menjanda itu bisa menyembuhkan diri dari luka batin. Dimana para janda-janda itu tetap harus bangkit dan menyembuhkan psikis mereka dari dalam dulu.

Melihat kondisi realitas saat ini, Aning juga meminta Pemerintah Kota Surabaya, melalui Bappeko Surabaya, untuk melakukan pemetaan ulang terkait hal ini. “Saya pernah mengatakan ke pihak Bappeko Surabaya agar mereka melakukan pemetaaan terkait potensi ini. Setelah dipetakan ini tentunya  ada banyak orang atau instansi yang ahli dalam memetakan potensi dan Surabaya ini mix and match-nya luar biasa,” beber Aning.

 

Beri Pelatihan

Baca Juga: Baznas Probolinggo Siapkan Sembako Jelang Ramadhan

Setelah memetakan potensi, lanjut Aning, maka Disnaker Kota Surabaya harus ikut andil mengambil peran ini. “Misalnya Disnaker bisa masuk dengan memberikan pelatihan-pelatihan, training dan sebagainya. Kemudian dengan mix and match ini bisa untuk menguatkan ketika mereka tentunya dengan potensi yang sudah digali,” lanjut politisi PKS ini.

“Kemudian bila para Janda ini memiliki potensi di bidang entrepreneur atau kewirausahaan ya dibina . Jadi pemerintah harus ada di sini karena pandem ini belum tentu akan selesai dalam jangka waktu pendek,  sementara mereka masih terdampak dan mereka pun tetap harus bangkit. Jadi Ini mungkin ya introspeksi untuk pemerintah baik itu kota provinsi yang mana mereka diperlukan,” kata Aning, kemudian.

 

Tingkatkan Sosial

Karena menurut Aning, negara atau pemerintah, di tengah pandemi Covid-19 ini harus bisa membentuk imej dan menguatkan positioning perempuan yang menjadi janda itu di mata masyarakat.

“Perempuan yang ditinggal suaminya meninggal karena Covid-19 itu kan banyak. Mereka itu syahid (secara Islam). Jadi pertama harus meningkatkan positioning perempuan itu dari dalam dirinya sendiri. Kemudian ada bentuk intervensi dari pemerintah untuk menguatkan. Kemudan yang terakhir, harus ada peran serta secara sosial, agar di mata masyarakat bisa terangkat,” lanjut Aning.

Senada dengan Aning, Ketua DPC IWAPI Kota Surabaya Reny Widya Lestari melihat, perempuan yang menjanda dampak pandemi Covid-19, harus ada peran serta dari negara yakni pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten atau pemerintah kota.

 

Baca Juga: Penjelasan Lengkap Pj Gubernur Adhy Karyono Antisipasi Inflasi Akibat Harga Sembako

Gandeng Organisasi

Peran serta ini, tambah Reny, tidak hanya diberi bantuan sembako, tetapi juga diberi pembinaan dengan menggandeng beberapa organisasi agar kondisi ekonomi dan strata sosial bisa lebih meningkat.

“Disini memang perlu ada perhatian pemerintah yang bisa bekerjasama dengan organisasi. Jadi tidak hanya (janda) itu diberi bantuan sembako aja, tapi juga lebih pada pembinaan skill,” kata Reny Widya Lestari, Selasa (31/8/2021).

Reny pun menawarkan, organisasinya, IWAPI, siap digandeng pemerintah sebagai stakeholder untuk meningkatkan keterampilan para janda yang ditinggal suaminya meninggal karena Covid-19.  “Kami dari IWAPI siap untuk digandeng melakukan pembinaan skill. jadi dikasih keterampilan bagi ibu-ibu yang belum pernah punya keahlian dan keterampilan manajemen untuk berdagang sembako misalnya atau keterampilan untuk handmade buat misalnya kerajinan-kerajinan tangan gitu sekali-sekali bilangnya itu langsung sama pemasarannya kemudian juga kalau sudah oke dikasih permodalannya,” kata wanita yang juga politisi Partai Gerindra  ini.

Ia pun juga menawarkan putra-putrinya terdampak karena orang tua meninggal Covid-19, untuk diberikan bimbingan keterampilan. “Jadi mungkin perlu ada konseling yang bisa kapan-kapan aja gitu ditelepon untuk bisa menanyakan hal-hal yang mungkin tidak ada pengalamannya ya di situ yang misalnya tentang parenting, tentang tumbuh kembang anak harus apa itu harus mestinya ada lembaganya juga,” lanjutnya.

Ia juga berpesan supaya pemerintah memberikan perhatian baik secara emosional maupun secara fisik  kepada para janda-janda tersebut. Kalau memang masih belum bisa punya penghasilan sendiri ya ganti support dari sisi konsumsi sehari-hari untuk makan keluarga.

Selain itu, Reny sendiri menyadari dan berpesan kepada para janda karena pandemi Covid-19 ini untuk tetap ikhtiar untuk bisa menjalani fase kehidupan yang sudah digariskan oleh Allah SWT. “Jadi ya kita harus sekali lagi sebagai orang yang beriman menyadari bahwa itu semua adalah suratann dan garis tangan takdir dan kita tidak boleh tenggelam terlalu lama dalam kesedihan. Karena pastinya sudah banyak tanggung jawab- tanggung jawab yang menunggu,” katanya. arf/ana/cr2/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU