Terawan Akui Vaksin Nusantara Didanai Kemenkes

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 11 Mar 2021 21:22 WIB

Terawan Akui Vaksin Nusantara Didanai Kemenkes

i

Mantan Menkes Terawan Agus Putranto

 

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Mantan Menkes Terawan Agus Putranto memaparkan soal vaksin Nusantara yang digagas dan dikembangkan olehnya dan tim. Ia mengungkapkan, vaksin tersebut berbasis sel dendritik.

Baca Juga: Siti Fadila Supari dan Panglima TNI, Disuntik Vaksin Immunotheraphy Nusantara oleh Terawan Agus Putranto

"Kalau dilihat lengkap paparan surat perizinan kelengkapan dan dukungan dana waktu uji klinis I, sesuai diutarakan pak Menristek, begitu masuk uji klinis [maka] pendanaan dari Kemenkes. Dari BPOM juga makasih ikut mengawal, menyertai, dalam uji klinis karena sifatnya terbuka," kata Terawan, saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR dengan sejumlah pihak terkait pengembangan vaksin corona, khususnya vaksin Merah Putih dan vaksin Nusantara, Rabu (10/3/2021).

 

Kegiatan Anak Bangsa

Terawan mengatakan proses uji klinis I memang sudah selesai dan persiapan uji klinis II di Semarang telah dilakukan. Jadi dengan pernyataan Terawan ini, bisa dipastikan pemerintah akan terlibat jauh dalam pengembangan vaksin yang bekerja sama dengan Rama Pharma yang berbasis di Gresik dan AIVITA  Biomedical Inc dari California, AS ini.

Terawan pun kemudian flashback mengapa mengembangkan vaksin berbasis sel dendritik ini. Sejak 2015, ia mengaku telah mengembangkan sel dendritik ini di RSPAD Gatot Subroto. Kala itu, Terawan adalah Kepala RSPAD. "Sehingga ini terus mengembang dan ada ide dendritic vaccine untuk Covid-19, gayung jadi bersambut. Dan kami juga sudah dapatkan uji binatangnya mengenai dendritic vaccine melalui pihak ketiga di Amerika," tuturnya.

"Ini semua bisa berjalan baik membuat mantap kami. Saya waktu itu selaku Menkes untuk ikut peran serta di dalam ada kegiatan anak bangsa yang ingin kembangkan vaksin COVID-19 berbasis dendritic cells," imbuh dia.

Ia mengeklaim pengembangan ini masih bersifat autologus, individual, sehingga sangat aman. Terawan mengatakan juga pernah mensubmit penelitian sel dendritik untuk kanker.

"Jadi saya memang senangnya saya memang untuk riset dan kebetulan ini saya bisa mendorong teman Universitas Diponegoro untuk bisa ikut mengembangkan ini dan saya bersyukur Kemenkes bisa support dan mudah-mudahan bisa berlanjut," ujar Terawan.

Lebih lanjut, Terawan mengklaim vaksin ini bisa menjadi solusi mengatasi autoimun, komorbid berat, dan kondisi-kondisi yang tak bisa diatasi vaksin jenis lain. Ia berharap pemerintah bisa segera memberi lampu hijau

 

Baca Juga: Prof Terawan: Pendapat Profesor Diluar Keahlian saya, Bisa Menyesatkan

Undip Membantu

"Meski PPUK (Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinis) belum keluar, saya tetap siapkan, terima kasih ke BPOM dan Kemenkes," jelasnya.

"Mudah-mudahan bisa terus dilanjutkan menjadi fondasi yang baik, paling tidak untuk mengatasi autoimun atau komorbid berat atau yang terkendala dengan vaksin-vaksin yang lain ini, menjadi sebuah solusi maupun alternatif yang bisa digunakan," imbuhnya.

Ia pun mengapresiasi Undip yang telah membantunya mengembangkan Vaksin Nusantara. Pun dengan Kemenristek/BRIN dan pihak lain yang sudah memberi kritik dan masukan dalam pengembangan vaksin ini.

"Terima kasih semangat teman-teman Undip dan saya juga bersyukur atas nasihat Kementerian BRIN dan Eijkman, Pak Amin yang mendorong beri masukan dan kami sangat terima kasih, dan juga Prof Nidom dari Unair yang terus beri kritikan ke kami," terangnya.

"Mendorong kami tetap semangat. Hal yang kami kerjakan mudah-mudahan diridhoi dan jadi berkah untuk kita semua," tuturnya.

Baca Juga: Produksi Vaksin Nusantara, Bentuk Manajemen Efisiensi dengan AS

 

Tak Ada Efek Samping

Sementara, dalam uji klinis tahap 1 yang dilakukan di RSUP dr Kariadi Semarang, tim peneliti memaparkan tidak ada efek samping dalam hasil uji klinis yang disuntikkan ke 31 orang subyek penelitian itu.

"Tak ada efek samping berat yang didapat dalam uji klinis fase satu. Hasil yang dinilai berupa safety atau keamanan dengan melihat efek samping, efikasi atau manfaat perlindungan dan hasil imunogenitas," ujar tim peneliti RSUP dr Kariadi Semarang, dr Muchlis Achsan.

Ia menjelaskan, 14,2 persen subjek mengalami gejala lokal ringan, seperti nyeri, gatal, dan bengkak pada titik penyuntikan. Sementara 39,2 persen subjek mengalami reaksi sistemik ringan.

Kemudian, 65,6 persen subjek mengalami keluhan derajat ringan, tapi tidak ditemukan efek yang serius setelah pemberian vaksin. Adapun dari sisi imunogenitas atau efikasi, pihaknya melihat adanya peningkatan yang konsisten di semua panel pemeriksaan. "Tidak ditemukan kejadian serious adverse event pada seluruh objek vaksinasi," ujar Muchlis. n jk/erc/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU