Rusia Anggap Negaranya akan Serang Ukrania, Provokasi AS

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 21 Feb 2022 20:48 WIB

Rusia Anggap Negaranya akan Serang Ukrania, Provokasi AS

i

Jip UAZ warna hijau zaitun, yang diledakkan di Donetsk, Ukraina.

Analisis Barat sebut, Kekhawatiran Perang Dunia ke -3, Bukan di Ukraina, Tapi di Taiwan, Antara AS dan China

 

Baca Juga: Ritual Erotis Bule di Bali, Ribut

 

SURABAYAPAGI.COM, Kiev - Senin dini hari kemarin (21/2/2022),  Reuters, melaporkan ada ledakan di kota Donetsk yang menjadi 'garis depan' kelompok milisi versus pasukan Ukraina.

Selain Donetsk, ada wilayah di Ukraina yang mendapatkan serangan dari pasukan pendudukan Rusia yakni empat serangan ke Krasnohorivka, tiga serangan ke Avdiivka, dua serangan ke Hranitne.

Kemudian tiga serangan ke Starohnativka, lima serangan ke Luhanske, tiga serangan ke Opytne, dua serangan ke Pisky, tiga serangan ke Novohnativka, dua serangan di Shchastia, tiga serangan di Novotoshkivske, Artema, Taramchuk, dan Staromykhailivka.

Selain itu, tentara Rusia menembak dua kali ke Svitlodarsk, Zolote, dua kali di Pivdenne, Novotroitske, Troitske, Prychepylivka, Pavlopil, Bolotene, Krymske, Lopaskine, Novohryhorivka, Trudivske, Marinka, dan dua kali di Kalynove, Mykolaivka, Novozdanivka, dan Bohdanivka.

Praktis sampai sore kemarin, sotuasi di perbatasan timur Ukraina masih tetap mencekam.

Pasukan Rusia yang berada di perbatasan timur Ukraina , terus siaga.

Bahkan kini, sebagian penduduk yang beretnis Rusia di wilayah Ukraina Timur sudah diungsikan ke Rusia.

Yang masih tinggal hanyalah pemberontak dari etnis Rusia.

Hal itu diungkapkan pengamat hubungan internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr Ali Muhammad PhD, Minggu (20/2/2022).

 

 

Teror Pemerintah dan Pemberontak

‘’Setiap saat terdengar ledakan roket di daerah perbatasan. Pemberontak bilang, itu teror pemerintah. Sementara pemerintah menuduh itu dari pihak pemberontak untuk bikin kacau,’’ tegas Ali Muhammad.

Di dalam negeri Ukraina sendiri memang terbelah, ada yang pro barat, dan ada yang pro Rusia.

Masyarakat etnis Rusia pasti pro Moskow. Jumlah mungkin sekitar 20 persen dari penduduk Ukraina.

 

Serangan 53 kali

Ukraina menuding pasukan yang didukung Rusia melanggar gencatan senjata di wilayah Ukraina timur.

Hingga pukul 17.00, Minggu 20 Februari 2022, Layanan pers Operasi Pasukan Gabungan Ukraina mencatat pasukan tersebut melancarkan serangan sebanyak 53 kali.

Bahkan sebagaimana dilansir dari Kantor Berita Ukraina Ukrinform yang dikutip Senin (21/2/ 2022), serangan itu melibatkan senjata yang dilarang oleh perjanjian Minsk sebanyak 50 kal.

Terbaru adalah pernyataan yang disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky secara terpisah. Keduanya bikin statement usai berbicara dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Pembicaraan itu, karena AS memperingatkan terkait kondisi terkini maka invasi Rusia ke Ukraina makin terlihat. Maka kantor Macron mendorong upaya untuk mencegah konflik yang semakin membesar di Ukraina.

 

Provokasi AS

Dalam 105 menit pembicaraan dengan Macron, Putin mengatakan penyebab eskalasi itu tak lain adalah provokasi yang dilakukan pasukan Ukraina di wilayah mereka yang berbatasan dengan Rusia yang dibantu AS. Putin pun kembali menekankan kepada AS dan NATO untuk memenuhi permintaan Rusia demi menjamin keamanan secara serius.

Melalui sambungan telepon, Presiden AS Joe Biden telah memperingatkan pemimpin Rusia Vladimir Putin akan risiko yang dihadapinya bila serangan terjadi.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkata peringatan invasi ini bisa memicu kepanikan, sesuatu yang disebutnya sebagai "teman baik musuh-musuh kami".

Gedung Putih memperingatkan invasi bisa dimulai kapan saja, dan dapat diawali dengan pengeboman dari udara. Rusia menyebut tuduhan ini sebagai "spekulasi yang provokatif".

 

Jokowi Himbau Tahan Diri

Presiden RI, Joko Widodo, juga ikut buka suara terkait ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Ia mengimbau seluruh pihak menahan diri agar tak terjadi perang.

"Rivalitas dan ketegangan di Ukraina harus dihentikan sesegera mungkin. Semua pihak yang terlibat harus menahan diri dan kita semua harus berkontribusi pada perdamaian. Perang tidak boleh terjadi," ujar Jokowi di Twitter, Senin (21/2/2022).

Banyak negara, termasuk Australia, Italia, Israel, Belanda, dan Jepang sebelumnya telah mengimbau warganya untuk meninggalkan Ukraina. Beberapa telah mengevakuasi staf diplomatik mereka dengan keluarganya.

Tidak jauh di utara, di dekat perbatasan dengan Belarus, latihan perang Rusia telah dimulai. Foto-foto dari Departemen Pertahanan Rusia, yang dirilis pagi kemarin, menampakkan sejumlah pelontar roket yang ditembakkan.

 

Rusia Pantau Kapal AS

Ketegangan terus meningkat, terlebih setelah Rusia terus mengirim pasukan ke sepanjang perbatasan timur Ukraina. Tentara Rusia juga melakukan latihan militer di Belarus, sementara angkatan laut berlatih di Laut Aziv yang terletak di sebelah tenggara.

Latihan laut ini menyebabkan munculnya tuduhan bahwa Rusia memblokade akses Ukraina ke laut.

Baca Juga: Kerusuhan antar Perguruan, Polisi Baru Tetapkan Satu Tersangka

Sementara itu, di 7.500km sebelah timur Rusia, kementerian pertahanan Rusia mengatakan melihat kapal selam milik Angkatan Laut AS di dalam wilayah mereka. Pejabat AS berkata kapal selam itu berada di dekat Kepulauan Kuril dan gagal naik ke permukaan saat diperintahkan.

Kapal perusak Marsekal Shaposhnikov mengambil tindakan "pantas" yang tidak dijelaskan secara detail, dan kemudian kapal AS tersebut meninggalkan area itu, kata kementerian pertahanan Rusia. Seorang pejabat pertahanan AS dipanggil oleh Moskow terkait insiden ini.

Meski begitu, pejabat AS belakangan memberikan keterangan yang berbeda dengan versi Rusia.

"Tidak benar klaim Rusia yang menyebut kami beroperasi di wilayah perairan mereka," kata Juru Bicara Militer AS Kapten Kyle Raines dalam pernyataan, dikutip dari Reuters.

"Saya tidak akan mengatakan lokasi spesifik kapal selam kami, tapi Amerika terbang, berlayar, dan beroperasi dengan aman di perairan internasional."

 

Maskapai Belanda Hentikan Penerbangan

Saat konflik  Rusia -Ukrania memanas, banyak maskapai penerbangan menghindari wilayah udara Ukraina. Maskapai Belanda, KLM, diketahui telah menghentikan penerbangan ke negara bekas Uni Soviet itu sejak akhir pekan.

Maskapai Jerman, Lufthansa, juga sedang mempertimbangkan hal serupa. Sementara, maskapai Inggris British Airways (BA) memilih rute lain, untuk penerbangan antara London, Inggris ke Asia

“Saat ini kondisi sehari-hari, termasuk di ibu kota Kiev, "masih berjalan seperti biasa, dan tidak ada panic buying", kata Erna Herlina, pejabat KBRI Ukraina, Senin kemarin.

Di tengah situasi ini, warga sipil Ukraina - selain persiapan latihan oleh tentara - mendapatkan pelatihan militer untuk bersiap menghadapi serbuan Rusia.

 

Disiapkan Bunker-bunker

Sementara itu seorang warga negara Indonesia yang telah tinggal di Ukraina selama lebih dari lima tahun, Benni Sitanggang mengatakan pemerintah daerah tempatnya tinggal sudah menyiapkan berbagai kemungkinan bila sampai penyerbuan terjadi.

"Warga tidak terlalu panik, tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. Namun bila terjadi hal tak diinginkan, seperti pengeboman ,semoga tidak terjadi, kita dikasih peta untuk tempat persembunyian, bunker-bunker untuk keamanan. Kita sudah dikasih peta, masyarakat tahu ke mana perginya bila terjadi hal-hal yang tak diinginkan," kata Benni kepada BBC News Indonesia.

Benni juga mengatakan pemerintah setempat juga meminta warga tak terlalu panik dan terus mengikuti berita dan mendengar seruan pemerintah apa yang harus dilakukan.

Benni yang tinggal di Ternobil, sekitar lima jam berkendara dari Kiev, mengatakan kekhawatiran tertangkap namun mereka semua tetap waspada.

Ia juga mengatakan seruan dari KBRI meminta WNI tenang dan diberikan penyuluhan untuk persiapan, termasuk "mempersiapkan dokumen dalam tas, pakaian seperlunya" untuk berjaga-jaga.

"Kalau mau pulang pun kita bisa dipulangkan dengan keluarga. seperti saya yang menikah dengan warga Ukraina, saya bisa pulang bersama istri dan anak saya ke Indonesia," tambahnya.

Pada Kamis lalu, melalui keterangan pers secara daring, Kementerian Luar Negeri Indonesia memastikan kondisi 145 WNI yang ada di negara itu aman dan sehat.

 

Baca Juga: 5.000 Properti di Rusia Terendam Banjir

Bukan Satu-Satunya Timbulkan Perang

Rusia diyakini akan menyerang Ukraina dalam waktu dekat. Klaim intelijen Barat mengatakan sekitar 100.000 pasukan dari Moskow sudah berada di perbatasan dengan Kyiv.

Namun perbatasan Rusia dan Ukraina bukan satu-satunya wilayah yang rentan menjadi tempat meledaknya Perang Dunia 3 (World War III).

Dr. Robert Farley, pengajar studi keamanan dan diplomasi di The Patterson School di Amerika Serikat (AS), memaparkan wilayah lain yang berpotensi menjadi lokasi pecahnya perang tersebut.

 Robert Farley, menyebut ada empat negara yang berpotensi menjadi lokasi perang dunia ke-3.  Mengutip 19fortyfive ancaman terbesar justru bisa timbul di Taiwan.

Selama setahun terakhir, Taiwan jadi titik panas antara China dan AS. China menganggap Taiwan sebagai provinsinya namun pulau itu sebaliknya. Meski belum mengakui kemerdekaan Taiwan, AS, merupakan pendukung utama Taiwan, sudah menyokong sejumlah hal untuk Taipei termasuk militer.

"Perang dapat dimulai dengan beberapa cara berbeda," kata Farley. "China dapat meluncurkan serangan ... yang dirancang untuk membuat pasukan AS dan Taiwan tidak menyadarinya."

"Dalam segala kemungkinan, eskalasi akan sulit untuk dikelola oleh kedua belah pihak dan perebutan akses ke Taiwan dapat dengan cepat berubah menjadi perang umum," tambahnya.

 

Menyusul Iran

Iran juga bisa menjadi tempat terjadinya Perang Dunia 3. Negosiasi untuk mengembalikan Iran ke Kesepakatan Nuklir (JCPOA) dengan Barat, China dan Rusia hingga kini masih buntu.

"Jika negosiasi gagal membawa Iran ke dalam kesepakatan, ancaman aksi militer mengintai," ujar Farley. "Meski pemerintahan Biden tampaknya tidak bersemangat tentang prospek perang, sekutu AS di Riyadh (Arab Saudi) dan Yerusalem (Israel) dapat mencoba untuk memicu konfrontasi ini."

"Serupa dengan itu, jika Iran percaya bahwa serangan tidak dapat dihindari, itu bisa mendahului konflik ... Ini bisa membuka peluang di masuknya Rusia dan China." tambahnya.

 

Lalu, Korea Utara (Korut)

Negeri Kim Jong Un, Korut juga bisa jadi titik Perang Dunia 3. Korut diketahui memang tak mesra dengan tetangganya Korea Selatan (Korsel) dan Jepang, yang mendapat dukungan dari AS.

Pembicaraan damai soal nuklir juga tak membuahkan hasil. Bahkan di awal 2022 ini, negara itu melakukan pengujian senjata sebanyak enam kali dan makin membuat tetangganya khawatir.

Keempat, Himalaya

Terakhir, ketegangan muncul di wilayah ini terkait India dan China. Kedua negara tegang akibat klaim perbatasan. Konfrontasi mematikan sempat terjadi di 2020. Meski ketegangan menurun, masih banyak hal tak pasti soal masalah China dan India, yang kini merapat erat ke AS.

"Ini merupakan sumber keprihatinan bagi Beijing, terutama mengingat kesediaan baru AS untuk terlibat (India) dalam perjanjian teknologi jangka panjang seperti AUKUS," katanya. n rts, ws, ts

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU