Produk Impor Dikeluhkan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 20 Sep 2023 21:08 WIB

Produk Impor Dikeluhkan

i

Kondisi Pasar Atom Surabaya, Rabu (20/9/2023) cenderung sepi. Padahal, beberapa tahun lalu, Pasar Atom, hampir setiap hari selalu dipadati pembeli. SP/Nur Aini

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, Prihatin Makin Banyak Artis hingga Influencer Meng-endorse Produk-produk Impor 

 

Baca Juga: Geliat Industri Alas Kaki di Mojokerto Jadi Pendongkrak Ekonomi Warga

Pedagang Pasar Atom Sebut Produk Impor dari China Diminati dan Gerus Produk Lokal 

 

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Kondisi Pasar Atum, Pasar Turi, Pasar Genteng Surabaya dan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, makin sepi pembeli. Salah satunya diserang produk impor murah. Bahkan, barang produk impor dari China, dianggap memiliki harga murah dan kualitas bagus ketimbang barang lokal. Hal ini yang membuat para pedagang mengeluhkan penurunan omzet yang drastis, yang kemudian dikaitkan dengan keberadaan e-commerce dan social commerce.

Pedagang Tas di Pasar Atom, saat ditemui Surabaya Pagi, Rabu (20/9/2023) menyebut dalam 1-2 tahun terakhir, hampir seluruh di pedagang barang-barang lokal di Pasar Atom cenderung menurun karena gempuran barang impor dan penjualan online melalui e-commerce.

"Ya gini ini mbak, sabtu minggu sama aja, jarang yang beli. Hanya lihat-lihat saja. Ini gak saya aja, tapi kebanyakan disini. Kena online sama produk impor. Lokal sudah gak ada minat," kata Mega, pedagang Tas yang sehari-hari berjualan di Pasar Atum Baru.

Bahkan, saat ditanya barang impor dari mana, Mega, menyebut paling banyak dicari barang impor dari China. "Ini hampir semuanya import mbak, dari China semua. Orang suka yang import, jarang mau yang lokal," katanya.

Ia mengaku produk import kualitasnya bagus dan harga jualnya juga terjangkau. Sehingga banyak diminat masyarakat.

Berbeda di ITC Mega Grosir. Meski terlihat sepi, namun para pedagang mengaku kini sudah bermain penjualan online dengan sistem grosir.

Salah satu pedagang kain dan baju-baju batik di ITC Mega Grosir yang meminta namanya tidak disebut menyebut, kini tokonya banyak bermain di penjualan online melalui e-commerce.

"Meski kayak gini sepi, tapi kita main di online, mbak. Banyak yang sudah tau, produk kita di online. Bahkan kita kirim sampai luar kota dan luar pulau," ucapnya.

 

Adaptasi Lewat Online

Ia pun mengakui, saat ini pedagang yang berjualan di mall seperti ITC Mega Grosir dan pasar-pasar lain, membuka toko hanya untuk menunjukkan eksistensi dan memudahkan pembeli yang masih ingin membeli langsung.

"Beberapa disini (ITC Mega Grosir) masih tetap buka, buat pembeli yang ingin liat fisiknya," ceritanya.

Ia pun miris melihat sesama pedagang di Pasar Tanah Abang yang makin sepi. "Makanya mbak, saya baca di berita, Tanah Abang yang dulu ramai sekarang sepi. Memang kalau kita penjual gak mulai adaptasi ke online, yah mati kayak itu," lanjutnya.

Sedangkan, bagi pusat bisnis terutama perdagangan di kawasan pecinan Kota Surabaya terus eksis di tengah gempuran "ecommerce". Kesibukan di salah satu toko yang ada di Jalan Kapasan pada Rabu (20/9/2023), masih ramai konsumen di kawasan pasar yang menerapkan pembelian grosiran.

Meski waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB, suasana di kawasan Pasar Kapasan yang berada di kawasan pecinan Surabaya, masih saja ramai.

Beda dengan Pasar Atum. Makin banyaknya stan yang masih tutup."Saya kaget, toko langganan kaos sudah kosong. Juga stan sekitarnya," kata Rini, ibu rumah tangga asal Surabaya Barat. Juga banyaknya stan kosong, berimbas sepinya pengunjung di Pasar Turi Baru Surabaya. Suasana ini menjadi salah satu kendala bagi para pedagang yang buka tidak mendapatkan omzet sama memadai.

 

Pasar Turi Baru Masih Sepi

Berdasarkan pantauan Surabaya Pagi, hari Rabu, ratusan stan tersedia di Pasar Turi Baru Surabaya memang banyak yang belum dibuka para pemiliknya. Ada pengunjung yang berlalu-lalang di lantai 1 dan 2. Sedangkan ketika memasuki lantai 3 dan 4, tidak banyak pengunjung yang bertandang.

“Ya seperti yang terlihat, sepi kayak gini setiap hari,” kata salah satu penjaga toko baju di lantai 3, Jamilah

Sepinya pengunjung membuat dagangannya hampir setiap hari tidak mendapatkan omzet cukup. Menurut pengakuannya, terkadang pengunjung akan datang saat akhir pekan. Itu pun sekadar melihat-lihat tidak berniat membeli.

“Hampir setiap hari gak dapet (pembeli) sama sekali. Notok-notok (maksimal) paling Rp300 ribu, itu pun sudah bersyukur banget,” ungkapnya.

Menurut pengakuannya, terkadang pengunjung akan datang saat akhir pekan. Itu pun sekadar melihat-lihat tidak berniat membeli.

“Hampir setiap hari gak dapet (pembeli) sama sekali. Notok-notok (maksimal) paling Rp300 ribu, itu pun sudah bersyukur banget,” ungkapnya.

 

Baca Juga: Targetkan 170 UMKM Naik Kelas, Dinkop-UKM Blitar Gelontorkan Rp 1,2 M

Jarang ada Pembeli

Selaras dengan Jamilah, salah satu pedagang dompet di lantai 4 bernama Fera juga mengaku jarang mendapat pembeli.

“Nol rupiah setiap hari,” tutur Fera sambil memperagakan jari tangan membentuk angka nol.

Menurut dia, banyaknya stan yang belum buka dengan area luas seperti Pasar Turi Baru Surabaya menjadi kendala bagi pembeli untuk mampir.

“Ya mungkin karena areanya terlalu luas ya, terus banyak yang nggak buka. Jadinya, kalau orang nyari apa gitu (barang yang diinginkan) pasti nggak ada. Karena nggak banyak macam-macamnya,” ucap Fera.

 

Kondisi Di Tanah Abang

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki bahkan menyebut penurunan omzet pedagang Pasar Tanah Abang di atas 50%. Ia mengingatkan kondisi ini bisa saja menjadi permanen.

"Tadi saya diskusi dengan PD Pasar Jaya, memang terjadi penurunan. Kemungkinan bisa permanen walaupun pada waktu-waktu tertentu seperti Lebaran akhir tahun ada peningkatan, tapi bisa dipastikan dampak penurunannya bisa permanen," katanya di Blok A Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, dikutip Rabu (20/9/2023).

Bukannya tanpa usaha, para pedagang di Pasar Tanah Abang sudah mencoba menjual produk mereka secara online. Sayangnya upaya tersebut kurang menghasilkan dan produk mereka gagal bersaing. Menurut Teten, hal ini disebabkan barang impor yang sudah dijual online harganya jauh lebih murah.

"Mereka juga sudah coba jual di online. Tapi saya simpulkan produk yang dijual tidak bersaing karena ada produk-produk impor yang dijual harganya sangat murah sekali," lanjutnya.

 

Heran Produk Impor Murah

Di lain tempat, Anton, salah satu pedagang pakaian di Blok B Pasar Tanah Abang mengaku heran mengapa produk di platform online bisa dijual murah. Padahal dari perhitungannya, ongkos produksi produk jauh lebih mahal dari harga barang yang dijual.

Padahal dari perhitungannya, ongkos produksi produk jauh lebih mahal dari harga barang yang dijual.

Baca Juga: Tingkatkan Ekosistem Halal, DPMD Jatim Tonjolkan UMKM Lokal Lewat Program Kampoeng Kreasi

"Kualitas sama barang sama, tapi harga jauh beda, itu yang kita jauh bingung, kenapa dia bisa jatuhin. Kayak gini kita jual Rp 100 ribu, di online bisa Rp 49 ribu, Rp 39 ribu. Kalau kita beli bahan produksi sendiri, kita pikir-pikir sendiri nggak bisa nggak masuk harganya. Kenapa di online itu bisa," bebernya.

Oleh karena itu ia mendesak pemerintah segera bertindak dan mencarikan solusi terkait hal ini. Apalagi omzetnya dan para pedagang lain disebut sudah turun drastis. Dari sebelumnya memperoleh omzet Rp 20 juta per hari, kini untuk mendapat Rp 2 juta saja Anton mengaku kesulitan.

 

Harga Barang Impor Diatur

Sementara itu Menteri Teten menyebut pemerintah sudah memberikan catatan terkait kondisi ini. Menurutnya barang-barang impor yang masuk ke Indonesia perlu diatur.

"Apakah produk-produk consumer goods yang masuk ke Indonesia ini ilegal atau kita terlalu rendah menerapkan bea masuk terlalu longgar, rendah, atau tidak ada pembatasan produk-produk apa saja yang boleh dan tidak boleh masuk," bebernya.

 

 

Larangan Impor dari Presiden

Presiden Joko Widodo (Jokowi) berulang kali mengingatkan untuk tidak mengimpor barang yang bisa diproduksi sendiri. Pemerintah bakal lebih ketat mengawasi apakah barang yang dijual di platform digital punya legalitas atau tidak.

"Saya juga melihat apa perlu kita atur platform-platform digital domestik atau luar, apakah barang yang mereka jual di sana, dokumen barang mereka legal atau tidak. Punya izin, SNI atau tidak, dan lainnya. Supaya kita cegah masuknya barang ilegal lewat online yang masif sehingga memukul yang dalam negeri," terang Teten.

 

Artis Meng-endorse produk Impor

Pada kesempatan itu Teten juga menyinggung artis hingga influencer yang meng-endorse produk-produk impor. Produk tersebut dipromosikan secara live streaming atau secara online. Teten menilai endorse yang dilakukan publik figur turut mempengaruhi kondisi pedagang saat ini. n jk/erc/c-1/ain/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU