Kejar Target Bauran EBT 23% di 2025, Kementerian ESDM: Indonesia Butuh 10 Juta Ton Sampah

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 26 Okt 2022 10:31 WIB

Kejar Target Bauran EBT 23% di 2025, Kementerian ESDM: Indonesia Butuh 10 Juta Ton Sampah

i

Foto ilustrasi.

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Guna mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23% di 2025, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa Indonesia membutuhkan 10 juta ton sampah biomassa per tahun untuk co-firing.

Sebagai informasi, teknologi co-firing akan memanfaatkan biomassa sebagai substitusi parsial batubara untuk dibakar di boiler pembangkit listrik. Biomassa ini dapat diperoleh dari beragam bahan baku, seperti limbah hutan, perkebunan, atau pertanian. Pemanfaatan limbah biomassa dapat mengurangi emisi metana yang disebabkan oleh degradasi limbah biomassa itu sendiri.

Baca Juga: Berkat Program Biodiesel Pasar Domestik, Negara Hemat Rp 120 Triliun

Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, realisasi bauran EBT sudah mencapai 12%-13% dari target bauran EBT 23% di 2025. Artinya, masih ada sekitar hampir separuhnya yang harus dikejar dalam waktu kurang dari tiga tahun ini.

Untuk bisa mencapai target tersebut, Dadan menerangkan, Indonesia bisa mengejarnya melalui dua cara yakni pemanfaatan PLTS dan biomassa untuk co-firing.

"PLN sudah bergerak ke arah sana dan sudah ada 35 unit PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang menggunakan biomassa," kata Dadan dalam acara webinar Road to G20 Himpuni, Selasa (25/10/2022).

Dadan menyampaikan, pemanfaatan biomassa akan terus meningkat dari waktu ke waktu.

Untuk mencapai target bauran EBT hingga 23% di 2025, Dadan mengungkapkan, Indonesia memerlukan 10 juta ton sampah biomassa per tahun di mana sumbernya sudah tersedia saat ini.

“Kalau hitung limbah dari bahan pertanian saja ini sudah lebih dari cukup. Kami mencari cara bagaimana ini masuk karena barangnya sudah ada,” ujarnya

Baca Juga: Kementerian ESDM Targetkan Konversi 150 Ribu Motor Listrik di 2024

Jika melihat laman resmi Kementerian ESDM, hasil pemetaan Direktorat Jenderal EBTKE mengungkapkan limbah dari hutan memiliki potensi sebesar 991.000 ton (eksisting), serbuk gergaji 2,4 juta ton, serpihan katu 789.000 ton, cangkang sawit 12,8 juta ton, sekam padi 10 juta ton, tandan buah kosong 47,1 juta ton, dan sampah rumah tangga 68,5 juta ton.

Namun dari segi harga, Dadan menuturkan, harga listrik yang dihasilkan dari biomassa dan batubara tidak bisa dibandingkan setara (appel to apple) karena harga batubara dibatasi (cap). Oleh sebab itu, harga listrik yang dihasilkan dari biomassa tentu akan lebih mahal dibandingkan dengan PLTU.

Selain mengembangkan biomassa, Kementerian ESDM juga mendorong pengembangan biodiesel dan biofuel. Dadan mengatakan, Indonesia merupakan satu-satunya negara yang menggunakan B30 secara nasional dan seluruh sektornya menggunakan sawit secara berkelanjutan.

Jika negara Brasil unggul dengan pengembangan bioethanolnya, maka Indonesia boleh membusungkan dada sebagai negara yang sangat maju dalam memanfaatkan biodiesel.

Baca Juga: Menteri ESDM Pastikan Stok LPG 3 Kg dan BBM Jelang Nataru Aman

Sebagaimana diketahui, PT PLN (Persero) berhasil melakukan uji coba penggunaan 75% biomassa kepingan kayu alias woodchips untuk bahan bakar pengganti batubara (cofiring) pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Bolok di Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Direktur Utama PLN Nusantara Power, Ruly Firmansyah menyampaikan, penggunaan 75% biomassa dalam uji coba High Co-Firing (HCR) di PLTU berkapasitas 2×16,5 Megawatt (MW) Oktober 2022 ini merupakan langkah lanjutan, menyusul kesuksesan inovasi penerapan 100% biomassa pada PLTU Tembilahan Juni 2022 lalu.

“Saat ini PLTU Bolok sudah berhasil melakukan cofiring hingga 75% biomassa. Kami akan terus uji dan evaluasi agar bisa mencapai 100 persen biomassa seperti PLTU Tembilahan,” ujar Rully. jk

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU