Neraca Dagang RI Surplus 31 Bulan Berturut - turut, Capai US$ 5,16 M

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 15 Des 2022 12:19 WIB

Neraca Dagang RI Surplus 31 Bulan Berturut - turut, Capai US$ 5,16 M

i

Ilustrasi. Foto: Kemenkeu.

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada November 2022 mengalami surplus US$5,16 miliar atau setara dengan Rp80,6 triliun (asumsi kurs Rp15.621 per dolar AS). Surplus neraca perdagangan terjadi karena ekspor lebih tinggi dari impor.

Nilai ekspor Indonesia pada November sebesar US$ 24,12 miliar. Sementara untuk impor mencapai US$ 18,96 miliar.

Baca Juga: BPS: Impor Beras RI per Januari – Februari 2024 Tercatat 880,82 Ribu Ton

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah mengatakan capaian neraca dagang Indonesia sudah mengalami surplus dalam 31 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

"Neraca perdagangan barang mencapai surplus sebesar US$5,16 miliar. Neraca perdagangan Indonesia sampai dengan November 2022 membekukan surplus selama 31 bulan berturut-turut," kata M. Habibullah, Kamis (15/12/2022).

Baca Juga: BPS Catat Harga Emas dan Kontrak Rumah Picu Inflasi Komponen Inti Terbesar

Ekspor Indonesia mengalami kenaikan 5,58% secara year on year (yoy) menjadi US$ 24,12 miliar dari periode yang sama tahun lalu yakni US$ 22,85 miliar. Namun, secara bulanan (month to month/mtm) terjadi penurunan sebesar 2,46%.

Sementara nilai impor Indonesia pada November sebesar US$ 18,96 miliar. Nilai impor secara bulanan (mtm) turun 0,91% sedangkan secara tahunan (yoy) juga turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 19,33 miliar.

Baca Juga: Bukan hanya di Bali, BPS Catat Aceh Berpotensi Jadi Pilihan Wisata Favorit Wisman

Adapun neraca perdagangan komoditas nonmigas tercatat surplus US$6,83 miliar dengan komoditas penyumbang surplus utama yaitu bahan bakar mineral kode HS 27, lemak dan minyak hewan nabati kode HS 15, serta besi dan baja kode HS 72.

Sedangkan, untuk neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar US$1,67 miliar dengan komoditas penyumbang defisit yaitu minyak mentah hasil minyak hasil minyak. jk

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU