Home / Peristiwa : Mudik ke Jakarta Naik Kereta Api Sembrani

KA Sembrani Tambahan, 28 April, Oblong-oblong Sampai Semarang

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 01 Mei 2023 21:27 WIB

KA Sembrani Tambahan, 28 April, Oblong-oblong Sampai Semarang

i

Suasana kereta api Sembrani Tambahan di dalam gerbong yang berangkat dari Stasiun Pasar Turi, pada Jumat (28/4/2023) lalu, yang saya tumpangi. SP/Raditya khadaffi

Akhirnya, tradisi mudik dan balik sudah tuntas. Meski cuti bersama Hari Raya oleh Pemerintah ditambah sejak tanggal 19 April hingga 26 April. Tapi, injury time cutinya diperpanjang mulai 27 April hingga 1 Mei. Alasannya, untuk arus balik mudik tidak uyel-uyelan. Baik itu menggunakan transportasi darat, kereta api, kapal api atau pesawat terbang. Saya mencoba bagaimana arus balik di masa injury time yakni pada tanggal 28 April 2023 lalu, bersama keluarga saya. Dari Surabaya ke Jakarta, menggunakan kereta api Sembrani (yang karena saya diberi tiket mudik itu kereta api). Saya membayangkan, mudik pertama saya bersama keluarga setelah dua tahun Pandemi, bakal penuh bareng beberapa pemudik yang balik ke Jakarta. Berikut laporan reportase mudik pertama saya sejak pandemi Covid-19 di Indonesia mulai "mereda" dari Surabaya menuju Jakarta.

 

Baca Juga: Cegah Timbulnya Karatan, Wajib Cuci Mobil Usai Lewati Wilayah Pesisir

SURABAYA, Raditya Mohammer Khadaffi

 

Jumat (28/4/2023) pagi kemarin, saya sudah bergegas lebih awal untuk datang ke Stasiun Pasar Turi. Tujuannya saya mengantar istri mudik ke Jakarta. Ini mudik pertama kali sejak pandemi Covid-19 dua tahun ada di Indonesia.

Saya menggunakan Kereta Api Sembrani Tambahan (yah karena di tiket dan papan informasi, namanya Sembrani Tambahan) jurusan Stasiun Pasar Turi Surabaya ke Stasiun Gambir, Jakarta pukul 07:50 WIB.

Sejak dua jam sebelum jadwal keberangkatan, saya sudah jaga-jaga untuk berangkat. Karena antisipasi, karena hampir berbarengan jadwal arus balik usai cuti bersama Hari Raya Idul Fitri. Ternyata, setiba di Stasiun Pasar Turi, tidak seramai apa yang saya bayangkan. Para penumpang yang balik ke Jakarta menggunakan Sembrani Tambahan tidak sebanyak yang saya kira. Dari 9 gerbong kereta Sembrani Tambahan (belum termasuk gerbong Restorasi dan gerbong logistik), terlihat gelondang alias oblong-oblong. Bahasa indonesianya itu lengang.

"Kenapa kok nama Sembrani Tambahan yah pak? Biasanya hanya Sembrani saja," tanya saya ke petugas yang memeriksa tiket saya bersama istri dan dua anak saya itu.

"Ini kereta tambahan, disediakan khusus untuk mengantisipasi adanya lonjakan pemudik di hari raya tahun ini, mas," jawab petugas itu singkat, kepada saya.

Setelah sempat singgah di lounge keberangkatan Eksekutif Stasiun Pasar Turi. Terdengar sayup-sayup panggilan kepada seluruh penumpang Kereta Api Sembrani Tambahan jurusan Surabaya-Jakarta untuk segera masuk ke dalam kereta api. Bahasa kerennya, kalau di penerbangan pesawat terbang, sudah waktunya boarding.

Dari situ, saya melihat tidak banyak yang masuk ke beberapa gerbong. Bahkan ada sepasang opa-oma (saya perkirakan berusia 60 tahunan) sempat berbincang. "Tumben yah gak seramai. Padahal pas kita mau beli online, sudah banyak yang full booked," ucap Oma yang kebetulan saya dengar dari perkataan mereka berdua.

Benar saja, saat saya masuk ke gerbong Eksekutif 7, saya bersama istri dan dua anak saya yang masih berusia 1 tahun 3 bulan dan 2 tahun 9 bulan, kaget. Istri saya sempat komen, "Wah sepi yaah, gak terlalu ramai," celetuknya kepada saya. Karuan saja, dua anak saya yang masih kecil itu terlihat senang. Apalagi ini pengalaman mereka berdua naik kereta api. Naiknya siang hari pula, bisa melihat pemandangan.

Ternyata, satu gerbang yang saya tumpangi dari Stasiun Pasar Turi, masih hanya terisi 4-5 baris. Termasuk baris yang saya dan keluarga isi. Satu baris ada tempat duduk, dengan nomor A, B, C dan D. Satu gerbong ada 13 baris.

Tepat pukul 07:50 WIB, kereta Sembrani Tambahan ini berangkat. "Sangat ontime sekali KAI saat ini. Kalah pesawat. Ini sudah jadwal kereta di luar negeri," gumam saya dalam hati.

Selama perjalanan, kereta Sembrani berhenti di 7 stasiun di beberapa kota, mulai dari Stasiun Lamongan, stasiun Cepu, Stasiun Semarang Tawang, Stasiun Pekalongan, Stasiun Tegal, Stasiun Cirebon, Stasiun Jatinegara dan terakhir di Stasiun Gambir.

Usai kereta berangkat, karena masih lowong, anak-anak kami pun bebas berlarian di gerbong kereta api yang kami tumpangi. Baru selepas berhenti di Stasiun Lamongan, meski belum banyak penumpang yang bertambah, kami mencoba menyempatkan cari sarapan di gerbong Restorasi.

 

Perubahan Restorasi KAI

Gerbong restorasi ini yang memang kami ingin eksplor selama naik kereta api. Pasalnya, sejak PT KAI ditangani Ignasius Jonan, perubahannya sangat drastis. Terutama dari kebersihan, kenyamanan dan keamanan bagi setiap penumpang. Semua kelas di setiap kereta juga sudah diberi keadilan, yakni setiap gerbong sudah ber-AC. Baik itu kelas ekonomi, bisnis, hingga eksekutif.

Bahkan, kini, gerbong restorasi sudah naik kelas. Dirut PT KAI saat ini, Didiek Hartantyo, pun tinggal melanjutkan 'naik kelasnya' KAI saat dibangun Jonan. Khususnya gerbong restorasi yang ingin banget saya eksplor. Karena gerbong restorasi saat ini, setiap penumpang bisa menemukan beragam menu makanan dan minuman yang beragam.

Berbeda saat saya naik kereta bersama Papa saya dan almarhum Nenek ke Jogjakarta serta Klaten. Hanya ada Nasi Goreng dan Mie Goreng khas kereta, yang disajikan dengan piring beling yang dibungkus plastik wrap.

Kini, makanan pun beragam, khususnya saat saya dan keluarga menuju Gambir Jakarta dengan Sembrani Tambahan ini. Pagi itu, di gerbong restorasi, yang gerbongnya berdempetan dengan gerbong Eksekutif 7 yang saya tumpangi, sudah disambut pramugari-pramugara Kereta yang ramah, dengan penampilan bak pramugari pesawat.

Bahkan belum saya bertanya ada menu apa, pramugari itu sudah menjelaskan. "Silahkan Bapak, Ibu, menu pagi ini yang tersedia ada Nasi Goreng Parahyangan yang khas ala kami di kereta api, Nasi Ayam Geprek, Nasi Rames Nusantara, Nasi Ayam Goreng, Nasi Bakar Ayam dan Nasi Bakar Tuna," ucap pramugari itu.

Baca Juga: Pemkab Pasuruan Beri Toleransi ASN yang Mudik Luar Daerah

Lantas pramugara yang disampingnya pun menimpali, "Nasi Bakarnya disini rekomen lho pak. Selain nasi goreng dan ayam geprek. Mumpung masih ada 3 kotak, sebab Nasi Bakarnya gak bawa banyak. Nanti saat siang hari, menu sudah berbeda lagi pak," ucap pramugara.

"Selain itu, ada Pop Mie, Cuanki, dan mee bakso. Tapi kita panaskan dulu," timpal Pramugari memberikan pilihan.

Sempat bingung memilih, akhirnya kita mencoba sarapan pertama kali di gerbong restorasi dengan menu khas KAI, yakni Nasi Goreng Parahyangan, dan Nasi Bakar Tuna. Yang kebetulan tidak terlalu pedas, sehingga bisa dimakan oleh anak saya yang pertama.

Untuk harga, Nasi Goreng Parahyangan dibandrol Rp 25 ribu dan Nasi Bakar seharga Rp 20 ribu. Sedangkan untuk minuman, untuk Kopi hitam seharga Rp 15 ribu dan Teh Pucuk dan air mineral rata-rata dibandrol Rp 10 ribu.

Hebatnya, kini Restorasi KAI, sudah menerapkan cashless. Sudah disediakan QRIS dengan berbagai layanan uang elektronik yang ada.

Selama menikmati makanan di Restorasi, suasana pun nyaman. Tidak boleh lagi ada yang merokok di ruang gerbong. Ruangan pun ber-AC. Anak-anak saya bisa menyantap sarapan.

Untuk urusan menu pun, menu di pagi hari atau awal keberangkatan dengan siang hari, pun berbeda. Bila pagi seperti menu Nasi Goreng dkk. Menu restorasi siang hari, ada Nasi Padang Rendang, Nasi Bistik Daging serta Mee Bakso. Menu pagi sudah tidak dihidangkan.

Seseorang penumpang yang sempat duduk di samping seberang saya dan keluarga saya sempat berbincang, kalau menu di kereta saat ini paling enak. "Ter the best pak menu kali ini. Mulai dari makanan berat sampai makanan seperti cuanki, enak-enak. Makanya, kalau pas jam makan siang, bakal ramai banget. Disini (gerbong restorasi) sudah gak kebagian tempat. Jadinya kalau pengen makan disini sambil menikmati pemandangan, yah datang lebih awal. Hehehe," kata seorang pria berusia 40 tahunan itu bersama seorang kawannya.

 

Penuh di Semarang Tawang

Setelah melewat kurang lebih empat jam perjalanan, saat tiba di Stasiun Semarang Tawang, baru mulai terlihat setiap gerbong sudah terisi penuh. Bahkan, bisa dibilang, di Stasiun Semarang Tawang, pemberhentian paling lama diantara stasiun lain.

Saya sempat menghitung kurang lebih 5-10 menit pemberhentian. Bahkan saya sempat turun dari gerbong untuk membeli Lumpia khas Semarang yang dijual di ruang tunggu Stasiun Semarang Tawang. Bahkan, saya nyaris ditinggal kereta, kalau tidak diingatkan petugas.

Baca Juga: Libur Hari Raya, Harga Suku Cadang Naik 40 Persen dari Harga Normal

Memang benar, saya mencoba berjalan meyusuri setiap gerbong mulai dari Eksekutif 7, Eksekutif 6, Eksekutif 8, setiap gerbong sudah penuh. Sudah tidak seperti berangkat dari Stasiun Pasar Turi sebelumnya.

Kata petugas pemeriksa tiket yang didampingi seorang pamdal yang setiap memeriksa tiket seseorang, juga berbicara kepada saya, hampir 60 persen gerbong kereta Sembrani Tambahan masuk dari Semarang Tawang. "Penuhnya di Semarang (Tawang, red) tadi pak. Dari Surabaya tidak penuh. Makanya 2-3 minggu sebelumnya, sudah full booked di online," ucap petugas itu.

Saya memantau, petugas pemeriksa tiket saat ini sudah bukan pakai plong-plongan yang melubangi tiket penumpang. Kini petugas hanya membawa sebuah tablet kecil berukuran 13 inchi yang sudah berisi data penumpang. Petugas pun cukup bertanya nama penumpang. Tak perlu meminta tiket.

Di dalam tablet itu sudah muncul data penumpang naik dari mana, dan tujuan mana. "Disini sudah lengkap pak. Kita cukup tanya namanya saja. Sebab ini sudah muncul by sistem," lanjutnya sembari menunjukkan tabletnya kepada saya.

Setelah melewati Semarang Tawang, kurang lebih empat jam 30 menit kemudian, KA Sembrani Tambahan itu sampai di Stasiun Gambir tepat pukul 16:35, atau 'meleset' sedikit 5 menit dari jadwal yang seharusnya tiba 16:30 WIB.

 

Arus Balik ke Jakarta 18.172

Manajer Humas KAI Daop 8 Surabaya Luqman Arif dalam keterangannya di Surabaya, Jumat (28/4) mengatakan hingga saat ini masih tersedia beberapa kereta api (KA) bagi pelanggan yang akan melakukan perjalanan saat arus balik lebaran.

"Data ini menunjukkan bahwa KAI masih menjadi favorit masyarakat. Kami mengucapkan terima kasih atas kepercayaannya telah menggunakan kereta api sebagai transportasi utama dengan berbagai keunggulan," katanya.

Sementara, pada masa arus balik pihaknya mencatat sebanyak 22.006 pelanggan datang pada Jumat, 28 April 2023 atau hari ke-15 masa arus balik Angkutan Lebaran 2023 di wilayah kerjanya. Sedangkan untuk keberangkatan sebanyak 18.172 pelanggan.

Jadi pengalaman naik kereta api untuk mudik pertama kali sangat nyaman dan aman. Bahkan, Anda bisa merasakan sensasi kelezatan makanan di restorasi sembari melihat pemandangan alam (bila berangkat naik kereta api pagi). rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU