Ada Cak Imin, Warga NU dan PKB Justru Pilih Prabowo dan Ganjar, Bukan Anies

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 15 Sep 2023 21:05 WIB

Ada Cak Imin, Warga NU dan PKB Justru Pilih Prabowo dan Ganjar, Bukan Anies

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Muhaimin Iskandar, sejak awal September 2023 mencuri perhatian di pentas politik jelang Pemilihan Presiden 2024 mendatang. Cak Imin, sapaan Muhaimin, digandeng Anies Baswedan sebagai bakal calon wakil Presiden untuk menemani maju Pilpres. Anies menggandeng Cak Imin, diyakini untuk merebut suara di Jawa Timur. Ini karena Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi basis suara terbesar di Jatim, yang dikenal sebagai tempatnya basis Nahdliyin. Mampukah Cak Imin, Dongkrak Suara Anies di Jatim? Berikut laporan wartawan Surabaya Pagi, Riko Abdiono.

Seperti diketahui, Pada tahun 2019, khususnya di daerah yang sering disebut sebagai “penentu akhir hasil pilpres di Indonesia” itu, PKB memperoleh suara sebanyak 4,19 juta. Jumlah itu setara dengan 19,02% dari total perolehan suara di Jawa Timur. PKB menjadi partai dengan perolehan suara terbanyak setelah PDIP sebanyak 4,31 juta.

Baca Juga: Hakim MK Nilai Sejak Pilpres KPU tak Serius

Sebagai basis pemilih kelompok Islam tradisionalis, sejumlah hasil lembaga survei menunjukkan Anies paling lemah di wilayah tersebut. Salah satunya, rilis survei LSI Denny JA pada akhir Mei lalu merekam elektabilitas Anies yang lemah di dua wilayah itu. Dibanding dua pesaingnya, bacapres PDIP Ganjar Pranowo dan Ketum Gerindra Prabowo Subianto, elektabilitas Anies di Jatim dan Jateng bahkan tak sampai menyentuh 10 persen.

Di Jatim, Anies hanya mencatat angka 8,2 persen. Sedangkan di Jateng, dia hanya mencatat 4,3 persen. Sedangkan, Ganjar dan Prabowo unggul jauh dengan elektabilitas di atas 20 persen di dua wilayah itu.

 

Suara NU Jadi Rebutan

Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia, Ali Rif'an mengatakan tiga bakal capres saat ini lemah atau tak ada yang unggul dominan di basis pemilih Nahdliyyin Jawa Timur. Oleh karena itu, Ali menganggap wajar jika Jatim menjadi rebutan di antara tiga bakal capres favorit saat ini.

"Makanya saya sering katakan bahwa dalam konteks pilpres 2024, Jatim adalah kunci sebagai komplementer atau pelengkap dari capres-capres yang ada," kata Ali, baru-baru ini kepada Surabaya Pagi.

Ali tak menampik, Cak Imin memang memiliki basis suara loyal di antara pemilih NU di Jatim. Suara Cak Imin berbeda dari Gusdurian misalnya, yang mewakili anak-anak atau kelompok Gus Dur. Namun, Ali belum menemukan angka pasti seberapa besar signifikansi pengaruh antara keduanya. "Bagaimana pengaruhnya, perlu memang dicek secara saintifik melalui survei," kata dia.

Hal senada juga diungkap pengamat Politik Bawono Kumoro, yang menyebut tidak semua pemilih PKB memilih Cak Imin. Sebab, dalam Koalisi Perubahan, yang mengusung bakal capres dan cawapres itu, ada dua partai politik Islam yang berbeda— PKB dengan Islam yang moderat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dinilai cenderung konservatif.

“Bukan salah (strateginya) ini lebih banyak perjudiannya. Dari segi basis massa Islam, perbedaan jenis keberislaman (antara NU dan Anies Baswedan yang didukung PKS) itu juga berbeda,” kata Bawono.

 

Cak Imin Gak Ngefek

Sementara itu di akar rumput, suara pendukung NU tidak tunggal. Ada Nahdliyin yang mengaku mengikuti arah gerak Cak Imin, ada juga yang tidak.

Tak heran, dalam hasil survey Surabaya Research Syndicate (SRS), meski Anies menggandeng Cak Imin, Ketua Umum PKB dan ngeklaim orang Nahdliyin, justru nggak ngefek mendongkrak suara NU di Jatim. Pasalnya, warga NU 'enggan' memilih Cak Imin.

Peneliti Senior SRS, Edwin Abdul menyebut warga NU Jatim masih cenderung memilih Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo dibanding Anies Baswedan.

“Mengingat Jatim merupakan basis terbesar warga NU, dan penentu kemenangan Pilpres sejak 2004. Maka, kami melakukan survei pilihan warga Nahdliyin Jatim. Hasilnya, warga NU Jatim masih cenderung memilih Prabowo dibanding Anies,” kata Edwin saat paparan survei, Jumat (15/9/2023).

Dalam survei SRS, sebanyak 41,4% responden yang mengaku warga Nahdliyin di Jatim memilih Prabowo. Kemudian, 34,3% responden memilih Ganjar Pranowo. Hanya 13,6% responden memilih Anies Baswedan. Masih ada 10,7% responden warga Nahdliyin Jatim yang belum menentukan pilihan.

Edwin kemudian membeberkan survei terhadap pemilih PKB untuk dukungan capres di Pilpres 2024 pasca deklarasi Anies-Cak Imin. Hasilnya, pemilih PKB cenderung memilih Prabowo daripada Anies.

Baca Juga: Ganjar tak Hadir, Sinyal Kuat PDIP Oposisi

“Ada 38,4% pemilih PKB memilih Prabowo. Lalu, 34,5% pemilih PKB justru memilih Ganjar. Hanya 18,8% pemilih PKB yang memilih Anies. Dan, 8,3% sisanya belum menentukan pilihan,” tegasnya.

“Ini mengindikasikan bahwa deklarasi pasangan Anies-Cak Imin tidak mengubah secara signifikan konfigurasi elektabilitas bacapres di Jatim,” tambahnya.

Dalam simulasi head to head pun, Edwin menyebut, Prabowo unggul atas Anies maupun Ganjar Pranowo di Jatim meski sudah ditinggal PKB.

"Saat head to head lawan Ganjar angka Prabowo 51,3%, Ganjar 45,2%. Saat di-head to head-kan Prabowo dengan Anies, hasilnya Prabowo 56,8%, Anies 40,1%. Masing-masing ada undicided voters sebesar 3% lebih," jelasnya.

 

Jokowi dan Gus Dur Effect

Dirinya membeberkan dua temuan SRS terkait elektabilitas Prabowo yang masih tinggi di Jatim pasca kepergian PKB dan Cak Imin.

“Warga NU di Jatim berdasarkan analisis SRS lebih menjadikan pilihan politik Gus Dur sebagai rujukan dalam memilih bacapres. Sebagaimana telah diberitakan di berbagai media, menurut Gus Dur tokoh nasional yang paling ikhlas mengurus rakyat adalah Prabowo Subianto,” ujarnya.

“Gus Dur juga pernah menyatakan bahwa Prabowo akan menjadi Presiden Ri di saat usia senja. Faktor Gus Dur inilah yang membuat bagian terbesar warga NU dan pemilih PKB lebih memilih Prabowo daripada Anies Baswedan yang telah menggandeng Cak Imin,” lanjutnya.

Selain itu, Edwin menyebut faktor Jokowi Effect turut mengatrol elektabilitas Prabowo. “Karena Prabowo merupakan bacapres yang di mata publik paling mendapatkan endorsement dan approval dari Presiden Jokowi, maka para simpatisan dan relawan Jokowi cenderung menjatuhkan pilihannya pada Prabowo,” jelasnya.

Baca Juga: Tudingan Politisasi Bansos tak Terbukti, Jokowi Senang

 

Track Record Cak Imin

Namun, apa yang diungkapkan SRS terkait pilihan politik Gus Dur dan PKB. Bila merunut ke belakang, Cak Imin pernah punya catatan tak bagus dengan Gus Dur lantaran merebut PKB dari tangan KH Abdurrahman Wahid.

Pendapat tersebut disampaikan KH Musta'in Syafi'ie, Dosen Pascasarjana UNHASY Tebuireng, Jombang. Baginya, duet AMIN atau Anies-Muhaimin biasa-biasa saja. Ia menilai, Cak Imin bukan representasi Islam moderat.

"Rasanya kok biasa-biasa saja. Lagian kalau sosok beliau bukan representasi seorang religius. Kok tidak populer kalau disebut representasi Islam moderat. Karena Mas Muhaimin  bukan sosok keilmuan. Mas Muhaimin saya kira bukan representasi kalau dikesan-kesankan lewat ke-NU-annya itu. Kan orang NU tidak mutlak di PKB," kata Kiai Musta'in baru-baru ini.

Ia menilai, Cak Imin bukan anak saleh di bidang politik, karena merebut PKB dari Gus Dur secara tidak halal. Sehingga, akan berat bagi pasangan Anies-Cak Imin merebut suara warga nahdliyin di Jatim.

"Kalau tentang Mas Muhaimin ketika di politik itu kan merebut PKB secara tidak halal ya. Dari sisi politik, Mas Muhaimin bukan anak saleh. Karena menyakiti orang tua, Gus Dur kan orang tuanya, pamannya," bebernya.

Namun, sebagai kiai yang masuk struktural NU, Kiai Fahmi mematuhi instruksi Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya yang menyatakan tidak ada capres atau cawapres yang mengatasnamakan NU.

"Artinya, secara struktural kami terikat organisasi. Namun, kiai-kiai kultural bisa jadi ada yang mendukung (Cak Imin), ada yang tidak. Saya pikir untuk urusan satu ini, NU tidak bisa disatukan. Mungkin urusan caleg bisa, tapi urusan politik tentang presiden dan sebagainya dari dulu tidak bisa disatukan. Saya pikir itu biasa di lingkungan NU," ungkapnya. rko/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU