Cak Imin, Bisa Bukan Representasi NU Lagi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 02 Okt 2023 21:34 WIB

Cak Imin, Bisa Bukan Representasi NU Lagi

i

Raditya M Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Kesimpulan saya dengan judul diatas, berdasarkan hasil survei beberapa lembaga survei politik kredibel. Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada Juli 2023 lalu, mengemukakan data, terdapat total 20 persen warga Indonesia yang mengaku sebagai anggota NU. Rinciannya, ada 8,6 persen orang mengaku anggota aktif NU dan 11,7 persen sebagai anggota tapi tak aktif.

Jika dihitung dari jumlah daftar pemilih tetap (DPT) yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI sebanyak 204,8 juta, maka jumlah anggota NU sebanyak 20 persen atau setara dengan 40,9 juta orang.

Baca Juga: Budi Said, Dituding Mafia Tanah, Apa Iya??

Belakangan ini, ada dua lembaga survei yang mengumumkan hasilnya. Pertama, Indikator Politik Indonesia. Kedua, survei dari Saiful Mujani Research Center (SMRC).

Saiful Mujani merinci Anies Baswedan hanya mengantongi 14,2 persen di Jawa Timur usai deklarasi dengan Cak Imin. Suaranya masih kalah telak dari Prabowo Subianto 23 persen dan Ganjar Pranowo 44 persen. Ini survei dilakukan pada 2-11 September 2023 tersebut.

Bahkan, Saiful menyebut suara Anies di Jatim ternyata lebih rendah usai menggandeng Cak Imin. Padahal, pada survei sebelumnya yaitu mulai 31 Juli-21 Agustus 2023, suara Anies di survei SMRC mencapai 20,4 persen.

Bahkan Indikator Politik Indonesia menyebut deklarasi capres-cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) alias AMIN belum memberikan dampak positif pada tingkat elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta itu di Jawa Timur.

"Kita ingin mengukur hubungan PKB terhadap Anies. Kurang lebih 2 sampai 3 minggu setelah Anies didukung PKB bahkan dengan memasang Muhaimin sebagai cawapres, belum ada implikasi positif sampai survei kita lakukan hingga 20 September," ujar Burhanuddin Muhtadi, peneliti utama Indikator saat rilis survei lewat daring, Minggu (1/10/2023).

Menurut Burhanuddin, popularitas Anies di Jawa Timur malah cenderung turun jika dibandingkan dengan popularitasnya tahun lalu.

Indikator Politik membandingkan popularitas Anies pada September 2023 dengan November 2022. Hasilnya perolehan suara Anies dari responden berkurang ke angka 14,4 persen dari sebelumnya 17,9 persen.

Padahal, Jawa Timur sendiri dinilai memiliki kedekatan yang cukup erat dengan Nahdlatul Ulama (NU). Dari 1.810 responden Indikator Politik, 96,6 persen beragama Islam dan 79,9 persen di antaranya merasa menjadi bagian dari NU.

Juga hasil survei Lingkaran Survei Indonesia atau LSI Denny JA. Ia menyebutkan, mayoritas kalangan Nahdlatul Ulama (NU) dalam pemilu lebih memilih PDI-P daripada PKB. Hasil survei empat partai politik peserta Pemilu 2024 menyebutkan, responden warga NU yang memilih PDI-P sebanyak 21,9 persen, Gerindra 13,6 persen, Golkar 11,2 persen, dan PKB 11,6 persen.

Elektabilitas PDIP di antara warga Nahdliyyin mencapai 21,9 persen. Partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu bahkan mengalahkan PKB, sebagai partai yang dilahirkan NU.

PKB hanya menempati posisi ketiga di bawah PDIP dan Gerindra dengan elektabilitas sebesar 11,6 persen.

Survei mencatat dari pemilih NU yang ke PKB hanya 11,6 persen saja. Bahkan lebih banyak pemilih NU yang ke PDIP itu sebanyak 21,9 persen," kata Denny dalam keterangannya di kanal YouTube miliknya, Senin (4/9/2023) lalu.

Menurut Denny, elektabilitas PKB bagi warga Nahdliyyin dipengaruhi oleh faktor sejarah Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dengan pendiri PKB Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Denny menyebut sebagian pemilih NU masih memendam kekecewaan kepada Cak Imin yang dianggap telah menyingkirkan Gus Dur.

Apalagi hingga saat ini, friksi di antara keduanya juga masih diembuskan oleh keluarga terutama oleh anak Gus Dur Yenny Wahid.

"Itu sebabnya mengapa di kalangan pemilih NU, PKB bahkan bukan partai favorit," kata dia.

Juga Hasil survei Litbang Kompas pada Mei 2023 turut menunjukkan PDIP sebagai partai yang paling banyak dipilih oleh warga NU. Elektabilitas PDI-P di kalangan NU ini tercatat meningkat dari 19,9 persen pada Januari 2023 menjadi 22,6 persen pada Mei 2023.

Dan PKB hanya (7,4 persen), dan Partai Golkar (7,1 persen). Survei Litbang Kompas itu dilakukan secara tatap muka pada 29 April-10 Mei 2023.

 

Baca Juga: Jual-beli Opini WTP, BPK Minta Rp 40 M

***

 

Bagi saya, survei bukan sembarang survei, termasuk survei politik. Sebuah survei yang saya pelajari harus mampu mengukur apa yang harus diukur untuk menghasilkan hasil yang konsisten.

Survei juga mempunyai ketepatan prediksi calon yang menang. Saya belum yakin dengan metode survei yang kira-kira bisa memprediksi dan memotret realitas dalam masyarakat?

Makanya, dalam membaca hasil survei politik, saya merasakan gampang-gampang susah. Bagi saya, hal pertama yang paling harus diingat dalam membaca hasil survei politik adalah siapa yang melakukan survei politik tersebut.

Mengingat survei politik yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang terpercaya, umumnya mempunyai sejarah dan integritas keilmuan yang panjang. Saya termasuk mengutamakan membaca sebuah survei politik yang terpercaya. Termasuk penjelasan tentang metodologi survei.

Kebiasaan saya dalan menganalisis Data Survei utamanya perhatikan benchmarking, tren, dan data pembanding. Lalu nengolah angka-angka yang ada.

Dari hasil survei itu saya mengambil kesimpulan. Untuk koalisi Cak Imin, saya menyimpulkan kini bisa jadi Cak Imin, bukan lagi representasi NU.

Tren PKB ikut dalam Pemilu legislatif tahun 1998 PKB berhasil mengumpulkan 13,2 juta suara (12,62%) suara sah nasional. Dengan raihan tersebut PKB berhasil menempatkan wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebanyak 51 orang (11,04%).

Namun, perolehan suara PKB menyusut menjadi hanya 11,99 juta suara (10,56%) daribsuara sah nasional pada Pemilu 2004. Perolehan suara PKB bahkan merosot menjadi tinggal 5,15 juta suara (4,95%) suara sah nasional pada Pemilu 2009. Alhasil, kursi yang diperoleh PKB juga merosot menjadi hanya 28 kursi (5%).

Pada periode 2019-2024, perolehan suara naik. Jumlah anggota DPR dari PKB juga bertambah menjadi 58 orang (10,09%) dari total 575 orang.

Baca Juga: Resiko Pejabat Bea Cukai Berkongsi

Saat ini, Anies Baswedan membutuhkan suara besar dari warga NU, atau yang sering disebut dengan Nahdliyin. Ini untuk mendongkrak jumlah pemilihnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dibandingkan dengan dua bakal capres lainnya, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, popularitas Anies memang rendah di daerah yang mayoritas anggota NU itu - Menurut hasil beberapa survei,

tidak hanya soal elektabilitas, ada pengamat politik yang mengatakan pasangan Anies-Cak Imin dikhawatirkan “kontraproduktif"

Sebab, dalam Koalisi Perubahan, ada dua partai politik Islam yang berbeda— PKB dengan Islam yang moderat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dinilai cenderung konservatif.

Sementara itu di akar rumput, suara pendukung NU tidak tunggal. Ada Nahdliyin yang mengaku mengikuti arah gerak Cak Imin, ada juga yang tidak.

Menurut hasil survei Litbang Kompas, warga NU memberikan sinyal bahwa pilihan mereka “tidak serta merta tunggal kepada partai politik tertentu”.

Makin riuh. Usai deklarasi bakal capres-cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, pada Sabtu (02/09), Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf, menyatakan sikap organisasi yang tidak mendukung pasangan capres dan cawapres manapun dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

“Tidak ada [bakal capres-cawapres]atas nama NU. Kalau ada klaim bahwa kiai-kiai PBNU merestui, itu sama sekali tidak benar,” kata Yahya kepada media.

Keesokan harinya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengeluarkan imbauan untuk masyarakat agar tidak memilih pemimpin yang memecah belah umat.

"Kita lihat calon pemimpin kita ini pernah menggunakan agama sebagai alat untuk memenangkan kepentingannya atau tidak. Kalau pernah, jangan dipilih," kata Yaqut di depan peserta tablig akbar di Garut, tanpa merujuk kepada pencalonan Anies-Muhaimin. Jelaskan Cak Imin, tak "dikehendaki" PBNU tentu dan mayoritas kyai- kyai NU. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU