Prabowo, Disodok Anies-Ganjar, Kian Jelas Aslinya....

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 13 Des 2023 20:38 WIB

Prabowo, Disodok Anies-Ganjar, Kian Jelas Aslinya....

i

Raditya M Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Tema debat pertama, Rabu (12/12/2023) malam, sudah dijalankan oleh KPU RI. Tema yang mengusung Pemerintahan, Hukum, HAM, Pemberantasan Korupsi, Penguatan Demokrasi, Peningkatan Layanan Publik, dan Kerukunan Warga, menurut saya menarik sebagai tontonan termasuk generasi Milenial seusia saya.

Saya punya pendapat debat capres pertama itu memukau, karena saya lebih terbuka dalam mengali informasi, selain terbiasa menggunakan berbagai media.

Baca Juga: Jokowi-Mega, Hanya Relasi Politik

Pandangan saya, debat Capres dan Cawapres pertama itu bisa mempengaruhi suara rakyat. Prakiraan saya, tiga capres itu benar-benar akan memanfaatkan forum debat itu semaksimal mungkin.

Ternyata menurut pendapat saya, dari debat pertama itu makin kelihatan warnanya. Anies Baswedan sejak awal gaspol, menunjukan tabiat oposisi. Prabowo, cenderung defend seperti mewakili petahana. Ganjar Pranowo, pertanyaan dan sanggahannya tajam tapi agak sepo. Menurut saya bak buah simalakama. Ini karena posisinya separuh "masih" di kubu pemerintahan Jokowi.

Praktis, debat Rabu malam itu diluar agenda menyampaikan program, juga ajang menguji kelayakan para pasangan calon (paslon).

Kelihatan antara satu capres dengan capres saling tanya jawab, atau bahkan saling menyanggah. Ada nuansa saling menjatuhkan.

Contoh soal saling sanggah antara capres Prabowo dengan Anies. Dan Capres Ganjar dengan Prabowo. Saling sanggah malam itu didukung posisi nomor urut dan setting panggung. Prabowo, berada di tengah tengah. Anies tampak menyerang gaspol semua kebijakan pemerintah Jokowi. Sementara Ganjar mengkritisi policy kabinet Jokowi. Sosok jawa Ganjar lebih menonjol.

Sedangkan Prabowo, seolah petahana, banyak menangkis. Padahal pencapresan ini tidak ada incumbent dan the opposite of incumbent. Sebagai calon pemilih dari generasi milineal, saya makin tahu asli capres Prabowo. Istilah guyonannya, watuk bisa diobati. Watak ora ono (batuk ada obatnya, tapi watak tidak ada obatnya.) Soal watak saya teringat sifat toxic pada diri sendiri. Ada self-esteem.

 

***

 

Malam itu, kesan saya, capres Prabowo Subianto, seperti kikuk saat diberondong pertanyaan dari Ganjar soal kasus HAM dan penanganannya.

Meski pertanyaan Ganjar soal HAM sangat substantif, tampak kader PDIP itu bertanya gaya naif ingin kejujuran Prabowo. Saya kaget melihatnya. Wajah Prabowo, tampak marah. Matanya agak melotot.

Jadinya, Ganjar dituding Prabowo tendensius dalam bertanya soal penghilangan 13 mahasiswa. Apa hubungannya pertanyaan yang sudah jadi konsumsi publik dianggap tendensius? Apa karena peristiwa penghilangan 13 mahasiswa itu diaktualkan setiap lima tahun sekali.

Malah Prabowo Subianto mengatakan, kasus penghilangan aktivis merupakan sesuatu yang tendensius. Saya penasaran, yang tendensius itu penanya, materi pertanyaannya atau penghilangan aktivis?

Saya harus membuka kamus. Ini agar saya tidak gagal paham wartawan menulis secara tendensius.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti tendensius yakkni 1 bersifat berpihak; dan 2 suka menyusahkan (melawan); rewel.

Mungkin Ganjar tidak merasa berpihak, tetapi tetap ngejar bertanya gaya inocencenya. Ganjar dengan gaya "bloon" nya malah mengejar bertanya terkait lokasi kuburan 13 aktivis itu.

“Apakah bapak bisa menemukan, menunjukkan, membantu kepada keluarga, agar mereka bisa berziarah?” kata Ganjar.

Dan pertanyaan itu tidak dijawab oleh Prabowo. Dalam debat urusan penculikan, Prabowo menjawab ngambang. Padahal, jejak digital belum terhapus penculikan mahasiswa saat itu terkait pembentukan Tim Mawar. Dan Tim Mawar erat dikaitkan dengan kasus penculikan aktivis saat menjelang era reformasi.

“Loh kok dibilang saya tidak tegas? Saya tegas akan menegakkan HAM. Masalah yang bapak tanyakan, agak tendensius. Kenapa pada saat 13 orang hilang ditanyakan kepada saya? Itu tendensius, Pak,” kata Prabowo, dengan nada suara meninggi.

Dari rekam jejak digital disebutkan penculikan aktivis 1997/1998 adalah penculikan aktivis pro-demokrasi yang terjadi antara Pemilu Legislatif Indonesia tahun 1997 dan jatuhnya Presiden Soeharto tahun 1998.

Kasus penculikan aktivis 1997/1998 dilakukan oleh tim khusus bernama Tim Mawar, yang dibentuk oleh Mayor Bambang Kristiono. Tim Mawar merupakan tim kecil dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Grup IV, TNI Angkatan Darat. Saat itu, Prabowo berstatus sebagai Danjen Kopassus. Dari kasus penculikan ini, terdapat 13 aktivis yang masih hilang dan sembilan aktivis dilepas oleh penculiknya. "Padahal rakyat tahu bagaimana beliau membentuk Tim Mawar saat itu. Sehingga menampilkan sesuatu yang tidak berasal dari dirinya, maka kesulitan," ingat Sekjen PDIP yang nonton debat di gedung parlemen, Senayan.

Nyatanya pertanyaan Ganjar itu tak dijawab lugas oleh mantan Komandan Kopassus, sehingga Ganjar mengalihkan ke komitmen pemimpin soal pelanggaran HAM. Ganjar, sendiri berjanji bahwa ke depan nggak ada lagi persoalan terkait dengan HAM dan tidak ada lagi kekerasan. Termasuk di Papua. Ganjar berkomitmen menegakan hukum menggunakan satunya kata dan perbuatan.

 

***

 

Baca Juga: Sandra Dewi, Perjanjian Pisah Harta, Sebuah Strategi

Sebagai generasi milenial, saya menyaksikan gaya kepemimpinan ketiga capres. Terutama gaya leadership capres Prabowo.

Ini jadi catatan jurnalistik saya. Saat capres nomor urut 1 Anies Baswedan menjawab pernyataan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto soal polusi di Jakarta. Anies mengatakan penanganan polusi di Jakarta berdasarkan data.

Awalnya, dalam debat capres perdana, Prabowo menyoroti penanganan polusi di Jakarta hanya terkait dana dan manajemen pengelolaan kota. Prabowo menilai tak bisa menerima argumentasi Anies yang 'menyalahkan angin' terkait polusi di Jakarta.

"Ini lah bedanya yang berbicara pakai data dan yang berbicara pakai fiksi. Ini saya pakai data. Jadi ketika tunjukan ya memang ada sumber polutan dari dalam kota, tapi kalau sumber polutan itu hanya dari dalam kota maka pakai logika sederhana sekali," kata Anies menanggapi Prabowo, disambut suara riuh dan tepuk tangan.

Anies memberi contoh data jumlah sepeda motor dan mobil di Jakarta selalu sama. Namun, ada perbedaan satu waktu polusi di Jakarta tak muncul.

"Jumlah motor dari hari ke hari sama, jumlah mobil dari hari ke hari sama, maka harusnya angka polusinya sama setiap waktu, betul tidak? Ini ada posisi sangat tidak polusi. Nanti kalau perlu saya kirimkan gambar satelitnya ke Pak," kata Anies.

"Supaya Bapak bisa menyaksikan. Inilah mengapa kita mengambil langkah itu pakai ilmu pengetahuan, pakai data, dan menggunakan scientist. Kalau tidak pakai itu, tidak akan ada langkah yang benar," imbuhnya.

Anies menegaskan bahwa pengendalian polusi di Jakarta menggunakan data. Jika menjadi presiden, Anies akan menggunakan cara itu di wilayah lainnya.

"Bagaimana pengendalian itu dikerjakan untuk dalam Jakarta. Jika saya terpilih presiden, maka yang luar Jakarta saya kendalikan juga," imbuhnya.

Prabowo Subianto bertanya kepada capres Anies Baswedan ini terkait indeks polusi DKI Jakarta yang menjadi tertinggi dunia. Prabowo mengatakan padahal Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki anggaran cukup besar mencapai Rp 80 triliun.

Besaran anggaran Rp 80 triliun ini diusik Prabowo, karena Anies, sebagai gubernur dianggap tidak dapat berbuat sesuatu berarti untuk mengurangi polusi.,

Anies menilai pertanyaan Prabowo kurang akurat. Dia tetap menegaskan bahwa polusi mengikuti arah angin. Prabowo tidak puas dengan jawaban Anies yang menyalahkan angin atas polusi di Jakarta.

 

***

Baca Juga: Budi Said, Dituding Mafia Tanah, Apa Iya??

 

Saya nonton debat malam itu tanpa pretensi. Kapasitas saya ikuti debat dari live streaming karena tugas meliput. Sama sekali tak ada hubungannya sebagai calon pemilih.

Malam itu saya juga terperangah. Disaksikan jutaan pemirsa rakyat Indonesia, sebagai capres, Prabowo memuji-muji kepemimpinan Jokowi. Apalagi dalam kapasitas Menteri Pertahanan, ia masih sempat menghitung jumlah kunjungan Presiden Jokowi ke Papua. Kata capres Prabowo, ada 19x kunjungan. Saya berpikir ulang apakah ada materi debat di publik memuji muji orang.

Saat saya ikut pelatihan seminar, disebut depat publik itu intinya dialog berbasis data untuk mematahkan pendapat lawan debat. Selain bersikap kritis terhadap materi yang diperdebatkan. Dan meningkatkan kemampuan dalam merespon atau menghadapai suatu masalah.

Saya berpikir diluar dugaan Prabowo, sampai memuji muji Presiden Jokowi. Dan ini membuat saya terbengong! Katanya baru dilatih debat oleh mantan Gubernur Jabar Ridwan Kamil.

Apa itu diluar konteks debat?

Terkait puji-pujian capres Prabowo, saya teringat guru agama saat masih sekolah dasar.

Saya buka kumpulan hadits shoheh.

Telah driwayatkan dari sahabat Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu. Beliau berkata, “Ada seseorang yang memuji orang lain di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Celaka kamu, kamu telah memenggal leher sahabatmu, kamu telah memenggal leher sahabatmu.”

Kalimat ini diucapkan oleh beliau berulang kali, kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Siapa saja di antara kalian yang tidak boleh tidak harus memuji saudaranya, hendaklah dia mengucapkan, “Aku mengira si fulan (itu demikian), dan Allah-lah yang lebih tahu secara pasti kenyataan sesungguhnya, dan aku tidak memberikan pujian ini secara pasti, aku mengira dia ini begini dan begitu keadaannya”, jika dia mengetahui dengan yakin tentang diri saudaranya itu (yang dipuji).” (HR. Bukhari no. 2662 dan Muslim no. 3000)

Dengan kata lain, ketika kita memuji seseorang kita bisa menggunakan kalimat semacam, “Sebatas yang saya tahu … “;

Diriwayatkan dari sahabat Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seseorang memuji orang lain secara berlebihan pujian berlebihan dalam arti tidak ada pujian tersebut dalam diri seseorang yang dipuji (asal memuji saja, serampangan). Yaitu pujian dengan bumbu-bumbu kebohongan atau pujian dengan rekayasa)". Masya Allah. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU