Home / Opini : Jumat Berkah

Tirakat

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 02 Mei 2024 19:49 WIB

Tirakat

Ibadah puasa di bulan suci Ramadhan telah berlalu.  Untuk pengetahuan kita, dalam sejarah kerajaan di Jawa, puasa dapat dijadikan laku tirakat untuk menambah kekuatan, kesaktian serta kedigdayaan.

Saya catat, laku tirakat itu menahan nafsu. Ini sebagai upaya mendekatkan diri kepada Tuhan supaya keinginannya terkabul.

Baca Juga: Puasa Syawal

Sementara dalam khazanah pesantren, tirakat diserap dari kata thariqah yang berarti jalan.

Thariqah, tarekat, dan selanjutnya menjadi tirakat mempunyai arti tata cara atau jalan untuk mendekatkan diri pada Allah swt.

Dalam dunia pesantren tirakat bukanlah kata yang asing, bahkan sangat familiar dan menjadi laku spiritual para santri, agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, dan umumnya bagi masyarakat luas.

Tirakat biasanya identik dengan menjalankan puasa dan menahan lapar, disertai menjalankan amalan-amalan yang diijazahkan oleh para masyayikh atau kiai seperti doa, shalawat atau bahkan hizib.

Tirakat oleh Nabi Muhammad saw.

Tirakat nabi sudah jamak diketahui adalah puasa. Puasa merupakan senjata dan benteng yang sangat ampuh untuk mengendalikan semua bentuk hawa nafsu dan kemaksiatan.

Maka itu, para leluhur orang Jawa mengenal puasa pada era sebelum masuknya Islam.  Namanya Pasa atau Upawasa.

Puasa itu berasal dari kata Jawa kuno Pasa dan Upawasa, Pasa artinya belenggu, rantai, diikat.

Upawasa juga bisa diartikan sebagai menahan nafsu, yang kemudian diadopsi menjadi puasa dan pasa diadopsi menjadi poso dalam bahasa jawa.

Puasa sendiri adalah ritual ibadah yang tidak hanya dilakukan oleh umat islam saja.

Baca Juga: Nyekar, Ziarah Kubur

Seorang ulama mengatakan semua agama mengenal puasa tidak hanya Islam.

Konon di Nusantara sendiri sudah mengenal puasa sebelum Islam masuk ke Indonesia.

Puasa saat itu artinya tidak jauh beda dengan hakikatnya puasa yang diajarkan dalam Islam yakni menahan hawa nafsu membuat puasa dalam ajaran jawa mudah diterima bagi masyarakat jawa waktu itu.

Para Walisongo yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa dengan mudah mengajarkan puasa kepada para masyarakat tersebut.

Meski praktik puasa Islam dengan puasa yang menjadi tradisi di Tanah Jawa berbeda, namun secara hakikatnya sama, yakni melakukan ritual untuk menahan diri dari makan, minum, dan berkumpul dengan pasangan.

Artinya, puasa dalam tradisi kejawen mengandung maksud yang berbeda, diantaranya untuk menolak bala, untuk mendapatkan ilmu kanuragan dan kesaktian dan berbagai tujuan lain. Literasi yang saya baca, ada enam macam puasa yang jadi laku Tirakatnya.

Baca Juga: Bulan Ramadhan

Puasa dalam tradisi kejawen, selain banyak dilakukan pada zaman dahulu dengan tujuan tertentu, hingga kini tidak sedikit masyarakat jawa yang melakukan salah satu dari puasa tersebut dengan tujuan tertentu. ([email protected])

 

 

Oleh:

Hj. Lorna Putri

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU